Negara Tetangga Lockdown, Indonesia Blow On...
Malaysia, pun sudah mengumumkan, 18-31 Maret negaranya lockdown. Informasi dari anak yang masih studi di Malaysia, dia sempat bimbang. Peningkatan angka infeksi corona sehari di Malaysia bisa mencapai 100an orang. Sementara mau balik ke Indonesia kondisi dinilai masih "mencekam". Di sana, sekolah atau perkuliahan sudah diputuskan untuk dilakukan secara online sampai lebaran. Karenanya banyak mahasiswa dan dosen sudah balik ke rumahnya masing-masing.
Indonesia? Alih-alih serius menangani penyebaran virus yang dilakukan seperti negara lain, di sini sejumlah imigran masih diizinkan masuk. Di Kendari Sultra, 49 WNA China diizinkan masuk. Kendati ada sikap yang berbeda antara Polda dan petugas imigrasi. Belum lagi informasi ribuan orang asing di kapal pesiar yang mendarat di Semarang. Dan diduga banyak yang positif tertular Covid-19. Saatnya otoritas negara memastikan semua berita itu yang telah viral dan menambah "ketakutan" masyarakat.
Bukan malah sebaliknya. Di pusat masih berlempar tanggung jawab siapa dan harus melakukan apa. Lockdown 14 hari yang ditetapkan pemerintah daerahpun belum menjadi kebijakan nasional. Karuan saja upaya yang dilakukan pemda DKI membatasi peredaran busway jadi tidak efektif karena banyak para pekerja yang harus antre untuk tetap beraktivitas seperti biasa di kantor. Padahal sudah ada himbauan bekerja di rumah dari Presiden. Namanya juga himbauan, kadang hanya dianggap sebagai angin lalu saja. Alhasil bukan ketegasan yang diambil malah seperti "blow on the wind", meniup angin. Coba kalau kebijakannya dibuat tegas dan "memaksa" mungkin bisa lebih efektif.
Pertanyaannya, masih ada negara di sini? Hemmm....
(By Kusairi Muhammad)