Heboh, Politikus PSI Diusir dari Rapat Anggaran di DPRD DKI

Anggota Fraksi PDI Perjuangan Cinta Mega (berdiri kiri) ditenangkan oleh anggota Fraksi Partai Gerindra Andyka (berdiri tengah) saat berdebat sengit dengan anggota Fraksi PSI Anthony Winza (berdiri kanan). Foto: Antara

[PORTAL-ISLAM.ID]  Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta kembali bikin heboh Kebon Sirih. Kali ini, salah satu anggotanya terlibat adu mulut sengit dengan politikus PDIP dalam rapat pembahasan RAPBD 2020.

Insiden itu terjadi dalam rapat Komisi C membahas anggaran Penyertaan Modal Daerah untuk PDAM di Gedung DPRD, Kamis (5/12/2019) malam.

Saat rapat tersebut, anggota Fraksi PDI Perjuangan Cinta Mega tiba-tiba menuding politikus PSI Anthony Winza menyebarluaskan hasil rapat kepada media. Hal itu langsung ditanggapi oleh Anthony dengan nada tinggi. "Ini tuduhan apa?" ujar Anthony.

Anthony dan Cinta akhirnya perang kata-kata, bahkan hingga saling berdiri dan menunjuk, sampai harus ditenangkan oleh anggota dewan lainnya.

Melihat semakin panasnya suasana, Ketua Komisi C DPRD DKI Habib Muhamad bin Salim Alatas kemudian menunda rapat dan juga meminta Anthony meninggalkan ruangan.

"Anthony, saya pimpinan rapat, silakan saudara masuk ke dalam dulu," ujar dia.

Anthony menuruti permintaan tersebut, dan beberapa saat kemudian peserta rapat dari BUMD dan pemprov dipersilakan pulang. Setelah itu, para anggota Komisi C, termasuk Anthony dan Cinta Mega, melakukan pertemuan tertutup.

Anggota Komisis C Andyka menyatakan bahwa insiden tersebut adalah hal yang lazim dan merupakan dinamika dalam rapat anggota dewan.

Andyka melanjutkan bahwa anggota Komisi C kecewa karena Anthony menyebarkan hasil pembahasan rapat ke media, yakni tentang pengadaan komputer senilai Rp 128 miliar. [jpnn]

***

Yang patut disesalkan adalah penyebutan 'komputer' sehingga menimbulkan disinformasi, informasi yang tidak benar karena tidak utuh.

Yang betul adalah bukan pemebelian sebuah komputer, tapi pengadaan infrastruktur big data yang terdiri dari berbagai unit system.

Kesalahan informasi dengan menyebut 'komputer' seharga Rp 128 Miliar, ujungnya hanya untuk menyerang Pemprov DKI dan gubernurnya.
Baca juga :