Bismillahirrahim, Pak Idham di Puncak Polri


[PORTAL-ISLAM.ID]  Innasshalati wa nusuki, wa mahyaya, wa mamati lillahirabbil ‘alamin (sesungguh salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam). Yang penting kita jalan saja, niat baik. Insya Allah Tuhan akan sayang kita. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nasir (cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya penolong kami. Kira-kira seperti itu yang “saya yakini” tanda petik dari penulis, sampai saya ada dengan keluarga (Viva.co.id, 30/10).

Kalaimat-kalimat di atas disampaikan Pak Jendral Idham Aziz pada  sesi fit and proper test di Komisi III DPR beberapa hari lalu. Pernyataan ini berkelas. Kalimat-kalimat itu, sejauh fakta empiris bisa bicara, harus dinilai tidak biasa. Beda, sangat beda. Keyakinan religius ditampilkan sebegitu jelas sebagai panduaan, tuntunan  dan pemandu dirinya memasuki puncak Polri. Alhamdulillah.

Bismillahirrahim

Tidak banyak bicara, begitu sososk ini dikenal oleh sebagian orang. Tetapi  begitu bicara,  terlihat jelas kelasnya. Dalam sidang itu, Jendral yang tak akan menggunakan rumah dinasnya menerima anggota Polisi, meminjam kalimat penuh nuansa kepasrahan kepada Dia Yang Maha Tahu dan Maha Memberi Pentujuk. Kalimat itu ditemukan dalam buku Pak Habibie (almarhum) semoga selalu dalam pelukan kasih-Nya yang tak berbatas untuk direnungkan.

Kalimat apa? Kepada Tuhan saya tidak akan bertanya mengapa, kenapa, dan bagaimana. Namun jika hamba diperkenankan mengajukan satu permohonan, maka berilah hamba petunjuk serta kekuatan untuk mengambil jalan, yang benar sesuai dengan kehendak-Mu. Bismillahrirahmanirrahim (kumparan, 30/10).

Jalan benar, cukup jelas, bukan jalan sembarangan. Jalan ini tak  lembut, juga tak  kasar. Jalan ini juga bukan jalan emosi, bukan pula jalan korps, jalan kekuasaan, dan jalan kawan serta lawan. Bukan, jelas bukan. Jalan ini teran seterang Dia membuat terang dunia, siang dan malam. Ini jalan unik.

Tak bisa dititi hanya dengan akal hebat dan kecerdasan otak Pak Jendral.

Jalan ini tidak pernah gelap dari Dia, Allah Yang Maha Tahu, Maha Melihat, yang Pak Jendral “maaf” mohon diberi petunjuk. Tak ada, sekecil apapun yang bisa disembunyikan dari-Nya. Bila ada yang disembunyijkan, saya haqqulyakin Pak Jendral tahu, hal yang disembunyikan itu akan, sesuai takdir alamiahnya mendatangi, memasuki setiap sudut alam bathin Pak Jendral. Langgamnya pasti mengusik.

Pak Jendral, saya gembira lebih dari yang bisa dibayangkan, karena Pak Jendral secara terang-benderang juga memandu diri dengan surat Yasin. Dalam keterangan Viva.co.id, tertulis Pak Jenderal mengutip salah satu ayatnya. Sekali lagi saya gembira Pak Jenderal. Mengapa? Saya yakin Pak Jendral juga tahu ayat lain dalam surat ini. Ayat yang mengilhami Pak Taufik Ismail, Sastrawan langka ini, menulis syair lagu yang dinyanyikan Crisye (almarhum) semoga Allah Yang Maha Pengasih selalu melimpahkan kasih dan rahmat-Nya yang tak terlukiskan. 

Itulah ayat ke-65, yang terjemahannya “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”

Akan datang waktu  mulut terkunci, kaki bicara, tangan bicara. Tidak ada kata-kata. Begitulah sepenggal syair lagu almarhum Crisye, yang ditulis Pak Taufik Ismail, yang diilhami ayat ini.

Bismillahirrahmanirrahim Pak Jendral. Dunia hukum di tangan Pak Jendral, Insyaa Allah menjadi dunia yang indah. Insyaa Allah keadilan menemukan jalan untuk mekar, bicara dengan bahasa hati yang tak pernah bohong. Bismillahirrahmanirrahim Pak Jendral, tuntunlah hukum dengan mata hati, mata  bening sebening dan seindah keadilan Dia Yang Maha Adil.

Konsekuensi

James Comey, Direktur FBI pada awal pemerintahan Presiden Trump, dipecat oleh pada tanggal 15 Mei.  Apa penyebabnya? Tanggal 8 Juni dari pukul 10.00 hingga pukul 1.00 siang Comey, mantan Direktrur FBI ini memberi kesaksian terbuka di hadapan Komite intelijen Senat. Apa yang diterangkan? Menurut Micahel Wolf ucapan Comey sangat jelas; Presiden menganggap Direktur FBI bekerja langsung untuknya. Karena sudah memberi pekerjaan, lanjut Comey, Presiden menginginkan imbalan.

Menurut penuturan Comey, tulis Wolf lebih lanjut, Presiden ingin FBI menjauh dari Micael Flynn. Dia ingin FBI berhenti melakukan investigasi terkait Rusia. Intinya sangat jelas; jika Presiden mencoba memaksa Direktur FBI melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena khawatir penyelidikan terhadap Micael Flynn akan membahayakan dirinya, itu berarti sudah terjadi upaya menghalagi keadilan.

Comey, untuk alasan apapun, saya berpendapat, merupakan pria dengan keteguhan moral top, punya harga diri dan semua yang sejenis untuk seorang laki-laki berkelas. Dia tak mundur dari investigasi “membahayakan” presiden. Comey, malah terus bekerja, sampai presiden menggunakan otoritasnya mengeluarkan dia dari jabatannya.

James Comey, bukan Pak Hoegeng, mantan Kepala Polisi yang dikenang sepanjang masa ini. Mirip Comey, Pak Hoegeng (almarhum) juga tersingkir dari jabatannya. Lurus dalam menegakan hukum menjadi penanda moralitas hukum tak terbantahkan dari pria berpembawaan sederhana ini. Almarhum, semoga Allah Subahanhu Wata’ala merahmatinya, tak peduli siapa yang dihadapinya. Sikap teguhnya membawa dirinya keluar dari jabatan.  Hebat, sangat hebat.

Hukum bukan soal teks semata. Hukum itu juga soal hati, soal moralitas penegaknya, dan soal bagaimana penegak hukum mendefenisikan diri mereka. Termasuk mendefenisikan hari esok yang akan dilaluinya. Itu perkara besar, terlalu besar untuk tak ditimbang dengan mata akal dan mata bathin. Hanya dengan cara itulah jalan benar yang dirindukan Pak Jendral terbentang disepanjang masa jabatan ini ke depan.

Hukum juga bukan soal siapa kuat dan siapa lemah. Hukum bukan soal kelompok kita dan lawan kita. Sama sekali bukan. Hukum ada untuk memastikan orang kuat bisa lemah dan orang lemah bisa kuat. Hukum diperlukan untuk menuntun kehidupan yang fana ini menjadi indah untuk semua ummat manusia. Itulah inti dari pidato pertama Sayidina Umar Bin Khattab saat menerima amanah menjadi pemimpin. Luruslah di jalan ini Pak Jendral dengan semua konsekuensinya.

Bismillahirrahmanirrahim Pak Jendral. Selamat bertugas.

Jakarta, 2 November 2019.

Penulis: Margarito Kamis
Baca juga :