Ketua Umum Muhammadiyah ke Menag Baru: Jangan Sembarangan Menyimpulkan Radikal


[PORTAL-ISLAM.ID]  Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta pengangkatan Menteri Agama Fachrul Razi yang berlatar belakang tentara tidak dipandang hitam putih untuk menghadapi radikalisme agama. Muhammadiyah juga meminta Menteri Agama tak gebyah uyah atau menyamaratakan suatu pandangan agama sebagai radikalisme.

“Menjadi menteri harus melepas semua latar belakangnya. Apapun itu. Menteri harus berpegang teguh pada kebijakan dasar dan sistem yang berlaku,” kata Haedar kepada Gatra.com di rumahnya, di Bantul, Rabu (23/10).

Jawaban ini disampaikan Haedar menanggapi pertanyaan Gatra.com soal pengangkatan Razi sebagai Menteri Agama sebagai upaya Presiden Joko Widodo melawan radikalisme agama di Indonesia.

Haedar menyatakan, sesuai tugas pokok fungsi atau tupoksinya, Menteri Agama harus menaungi semua agama di Indonesia tanpa terikat dengan golongan tertentu. Kedua, Menag harus menjadikan agama sebagai kekuatan yang mencerdaskan, memajukan, mendamaikan, dan menumbuhkan nilai rohani yang baik.

“Terakhir, Menag harus memberi keadilan bagi semua golongan dan memiliki komitmen memajukan semua agama. Ini penting,” ujarnya.

Dengan tupoksi itu, Haedar berharap Menag baru tidak gebyah uyah atau menyamaratakan semua pandangan agama sebagai radikalisme agama. Bagi Haedar, radikalisme agama harus ditentukan ukuran-ukurannya.

Ia berpendapat, menentukan suatu pandangan agama itu radikal atau bukan diperlukan pemahaman komperehensif. Sebab saat ini Indonesia perlu menata banyak hal. Apalagi radikalisme bukan hanya terjadi di agama, melainkan juga di perilaku berbangsa dan bernegara.

“Jadi, jangan lekatkan radikalisme pada agama saja. Terlebih lagi pada agama tertentu. Hindari sikap gebyah uyah,” pintanya.

Haedar juga meminta pengangkatan Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi dan Wakil Panglima TNI periode 1999-2000 sebagai Menteri Agama dihubung-hubungkan dengan sikap tegas Presiden Jokowi melawan radikalisme.

“Saya pikir arahnya bukan ke situ dan tidak perlu diarahkan ke situ. Saat ini pembinaan agama yang mengarah ke sikap positif lebih banyak dibandingkan yang tidak. Jangan gunakan kacamata hitam putih. Itu keliru,” ujarnya. [Gatra]
Baca juga :