SURAT UNTUK GUS MUS DAN HABIB LUTHFI


UNTUKMU GUS MUS DAN HABIB LUTHFI

Selamat pagi Gus, gimana kabarmu? Sudah lama tidak mendengar tausyiah sejukmu. Apakah kau baik-baik saja?

Selamat pagi 'bib, apakah kau pun baik-baik saja? Selesai pilpres, sudah jarang namamu terbaca di media.

Semalam, mendadak teringat dengan kalian berdua. Yang pasti, mengingat mendadak ini bukan perkara rindu. Namun bertanya, dimana kalian selama ini.

Ingin bertanya pada kalian berdua.

"Apakah kalian masih bangga memakai jaket ansor?"

Dalam 1 bulan ini, sudah 2 kejadian yang melibatkan ansor atas peristiwa hadangan pengajian.

Di DKI, balaikota mengadakan acara pengajian bersama ustad Felix Siauw, dan ansor menentang kedatangannya. Mereka datang ke balaikota, dan berteriak di pintu pagar balaikota sebagai tanda protes.

"Kemana dirimu Gus? Masih nyaman berselimut ulama sejuk namun tidak bisa menyejukkan santri sendiri?"

Di Tegal, acara di sebuah hotel yang rencananya di hadiri ustad Hanan Hataki, harus di batalkan karena penolakan juga dari ansor.

"Apakah kau tau permasalahan itu 'bib?"

Jarak Tegal ke Pekalongan hanya 1 jam 'bib, apakah telinga mu tidak mendengar pelarangan kajian di sana? Apakah tidak ada info yang masuk ke pesantrenmu atas aksi yang akan ansor lakukan di sana?

Kami jengah..

Jengah dengan slogan sejuk dari kalian, tapi di tempat lain anak Didik kalian menampilkan radikalisme dengan pelarangan.

Kami jengah dan mencibir, saat kalian hadir di acara kebangsaan yang mengajak rakyat bersatu tapi di lain tempat anak didik kalian memecah umat.

Kami bosan melihat foto kalian selalu terpampang dengan maskot ulama yang menjadi rujukan, tapi tidak bisa mendidik anak sendiri.

Dalam segi apapun, apa yang Ansor lakukan sudah melanggar berbagai aturan. Jika kalian memuja konstitusi dan taat pada 'NKRI, mengapa aturannya kalian langgar sendiri?

Persepsimu, hasil daya pikir mu bukanlah palu pengadilan yang memutuskan. Jangan jadi hakim jalanan yang asal memberikan vonis pada pihak yang di anggap lawan.

Gus...'bib..

Sudah lelah berkata pada anak didikmu, dan tidak ada hasilnya. Sekarang, sudah saatnya bicara pada diri kalian berdua. Memohon pada kalian untuk berpikir dan bertindak atas kelakuan mereka.

Beri nasehat pada mereka..
Ajari ajaran Nabi yang sesungguhnya.

Kami takut, apabila hal ini terus di jalankan, kita akan terlihat permusuhan yang abadi. Dan akhirnya, penolakan atas ajaranmu di daerah selain Jawa akan meluas dengan imbas pengusiran.

"Apakah kau membayangkan hal itu Gus/bib..?"

Sudah terlalu sabar umat melihat kelakuan mereka. Jangan uji sabar ini hingga batas waktunya.

Jika masih menjadi kyai, jika masih menjadi panutan, tolong beri pengarahan pada mereka.

Tolong, kali ini berperan lah sebagai kyai yang sebenarnya.

Salam dari saya,
Pengamat Ansor Indonesia

8 Juli 2019

(Setiawan  Budi)

*Sumber: fb penulis

Baca juga :