TARBIYAH 4.0
Oleh: Adriano Rusfi (Aad)
Mataku nanar... aku tak bisa lagi menahan tangis. Airmataku tumpah membaca ini: kawan-kawanku Muslim Psikologi UI lintas angkatan mengajak kami khatamkan 30 juz Al-Qur'an secara kolektif dalam 5 hari: 24-28 Juni 2019. Dipanjatkan kapada Allah agar Hakim Konstitusi bernurani, jujur dan adil. Bersama airmata aku isi checklist... ku pilih juz 16. Kelompok ini sangat banyak mengajakku kepada kebaikan : tentang doa yang merintih di tengah malam... tentang qiyamul lail. Ada banyak nasihat setiap hari, tentang perjuangan, tentang kebenaran, tentang istiqamah, tentang kesabaran.
Ada banyak kelompok semacam ini. Sejatinya ini kelompok politik praktis: mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Isinya tak melulu tentang nasihat dan kebaikan. Ada kemarahan yang diluapkan lewat caci-maki... Ada hoax yang dishare berulang-ulang... ada canda-canda yang tak perlu... Tapi aku selalu berbahagia dengan kerumunan ini. Mereka disatukan oleh nasib dan kepedulian: bahwa agama dan negara mereka dalam bahaya. Kulihat ini bukan tentang 02, tapi tentang sebuah rejim yang menggila memusuhi setiap ons suara kebenaran.
Terkadang aku tersenyum membaca caci-maki, dan terkadang aku jengah. Tapi aku adalah salah seorang pengucap caci-maki itu sendiri. Aku memaklumi untuk mereka dan diriku, karena kemarahan itu tak lagi tertampung dalam wadah sabar yang tersedia. Biarlah itu terventilasi ke udara, agar tak dimuntahkan dalam perseteruan di darat. Kumaafkan, karena mereka berhak meledak. Selayaknya caci-maki, ia tak pernah adil dan obyektif. Ini lebih mirip reaksi emosional daripada respons intelektual
Hari ini aku bertanya dalam hati: apakah ini semacam halaqah millennial ?... apakah ini sebentuk usrah dunia maya ?... apakah ini versi terbaru dari kisah Ashabul Kahfi ?... Entahlah, karena ini kelompok-kelompok yang terbangun secara primordial: alumni SMP, alumni SMA, alumni kampus, komunitas parenting, presidium sebuah gerakan, dan sebagainya. Ini bukan kolompok pengajian, tapi disatukan oleh ruh yang sama.
Hari ini aku bertanya dalam hati: apakah kelompok ini akan bubar atau mengalami disorientasi, setelah Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan yang mengencingi rasa keadilan itu? Apakah kelompok ini akan memperpanjang umurnya dari hari ke hari lewat isyu-isyu politik praktis terbaru?... atau kelompok ini akan menguatkan himpunannya lewat ikatan emosi keimanan untuk menegakkan kebenaran hakiki di negeri ini?
Aku hanya bisa berdoa: semoga ikatan indah ini tak berhenti sampai di sini. Ia terlanjur berfungsi sebagai media taushiyah. Ada keyakinan aqidah yang semakin menguat dan mengental, karena ini adalah ikatan iman. Dan aqidah selalu sangat mudah terbangun dalam gairah emosi yang bergejolak, seperti yang terjadi di masa lalu. Tapi tentunya aku berharap: ini tak lagi sebatas tentang 02. Terlalu duniawi dan profan.
Dan lewat Keputusan MK mungkin Allah sedang berpesan: tarbiyah kalian belum selesai, maka tekanan atas kalian harus diperpanjang. Bukankah kader Islam militan awal tahun 80-an terbentuk lewat tekanan kasus jilbab?... Bukankah kader Islam militan awal 90-an terbentuk lewat tekanan Asas Tunggal?... Dan bukankan era reformasi gagal melahirkan kader militan karena tak ada tekanan?
Dan aku sungguh berharap yaa Rabb... bahwa tarbiyah ini tak hanya melahirkan kader perlawanan, tapi kader peradaban... Aamiin...
28-06-2019
(Dari fb penulis)