Roman Revolusi; Soal Fahri Hamzah


Roman Revolusi; Soal Fahri Hamzah

Oleh: Agus Cuprit

Fahri Hamzah ini petarung, setiap episode hidupnya adalah perlawanan, karena ia benci dengan ketidakadilan. Terdepan melawan jika melihat kesewenang-wenangan, jangankan partai, rezim penguasa dia lawan.


Hingga hari ini, ia lantang bersuara, membela harkat negara. Bukan panggung popularitas yang di cari. Pernah dibilangnya ke saya, jika kebenaran itu terus disuarakan, niscaya panggung akan tercipta dengan sendirinya. Dimana Fahri Hamzah berbicara selalu menarik untuk disimak, ramai orang mengundangnya bicara apa saja. Bahkan di ILC-TV One, Fahri Hamzah adalah magnetnya.

Sebagai pimpinan DPR membuatnya leluasa berbicara apa saja tentang negara ini, menempatkan hidupnya penuh dengan resiko. Banyak yang terjadi, setelah dicari celah kasus tak juga ketemu, maka pemecatan melalui partai adalah jalan melemahkannya. Untungnya, skenario itu berantakan karena banyak melanggar aturan. Simplenya, nafsu melengserkannya lebih dominan. Saya sendiri menganggap ini bukti kebenaran ayat yang menyebut barangsiapa makar, maka sesungguhnya Allah lah Maha Pembuat Makar. Ini cara Allah menjaga kebaikan bagi negeri ini, melalui Fahri Hamzah. Tak terbayang carut marutnya negri ini jika tak ada suara lantang Fahri Hamzah.

Kita saksikan perlawanan terhadap pemecatan itu. Ia memilih persidangan negara karena ketidakadilan dipersidangan partainya, berujung kasasi, inkracht, berkekuatan hukum tetap, Fahri Hamzah menang. PKS dan pimpinannya ingkar, tak mau mematuhi putusan negara, berbagai alasan dibuat, sampai ada rekaman suara di sebuah pertemuan yang menyebut pengadilan negara penuh transaksional dan mahkamah partai paling adil.

Bukan Fahri Hamzah namanya jika tak bisa memisahkan persoalan. Seusai live untuk siaran TV One kemarin malam, ia ceritakan peristiwa di debat capres kedua, dimana ia datangi petinggi-petinggi PKS yang hadir, disapa dan dipeluknya satu-satu. Ia bukan yang memutus silaturahmi, meski dihujat dalam pertemuan-pertemuan tertutup partainya, bahkan dibuat bayanat khusus terkait pelarangan untuk berinteraksi dengannya. Fahri Hamzah memenangkan semua pertarungan: melawan ketidakadilan dan menjaga ukhuwah sesama insan.

Ketidakadilan itu nyata. Bahwa penyalahgunaan kewenangan oleh oknum pemimpin partai itu tak dapat disembunyikan. Ditutup rapat seperti apapun, perbuatan dzolim akan terkuak juga pada akhirnya. Pemecatan Fahri Hamzah akhirnya dibatalkan oleh pengadilan negara disemua tingkatan. Inkracht. Pemimpin partai mutlak salah dan harus bayar 30 M. Isi putusannya terang benderang. Bisa dibaca.

Pada awalnya sebagian besar kader PKS manggut-manggut soal pemecatan Fahri Hamzah ini, apalagi ada bayanat larangan untuk berinteraksi dengannya. Begitulah karakteristik kader PKS, menganggap kebenaran pimpinan adalah segalanya, karena dikira sudah diputuskan secara matang. Kader tidak lebih tahu daripada apa yang diketahui pimpinan: FH pasti salah.

FH melawan internal PKS, ini tidak biasa. Saya cari info dan data, ketemu: ini mutlak penyingkiran. Ketua Majelis Syuro' merayu. Ini soal ketakutan-ketakutan permasalahan hukum mantan pejabat dari PKS, istilahnya semacam barter, dengan permohonan FH yang mundur dari pimpinan DPR RI, juga soal kubu-kubuan, FH bagian dari kelompok Anis Matta.

FH melihat gelagat tak baik di PKS, partai digunakan untuk kepentingan oknum, bahaya bagi masa depan partai dan jamaah, ia menolak mundur jika tak sesuai konsideran aturan internal, karena bukan keputusan majelis syuro, lembaga tertinggi. Maka dibikin skenario FH dipecat, laporan di BPDO: soal FH melawan KPK, bermain 7 proyek besar DPR, dijatuhi sanksi MKD, dan pernyataan kontroversial.

Semua mentah, tuduhan mengada-ada, tak satupun bisa dibuktikan, bahkan demi memecat FH, sampai dibuat surat palsu sanksi MKD, ujungnya Surahman Hidayat lengser dari ketua MKD. Wamakaru, wamakarullah, Wallahu Khoirul Maakiriin. Perbuatan dzolim akan dibalas sama Allah SWT.

Perlawanan adalah cara Fahri Hamzah menghentikan permainan itu, perusakan partai. Sejak awal ia sudah tahu, tapi ragu, makin kesini makin jelas, puzzle-puzzle itu tersusun, siapa orang luar dan oknum internal yang bermain. Ditemukan juga apa target besarnya.

Jauh hari sebelum surat pemecatan ditandatangani Presiden PKS, Pimpinan DPR didatangi Sigid Haryo Wibisono, orang luar PKS, seorang yang dikenal dekat dengan Soeripto didunia intelejen, yang menunjukkan salinan pemecatan Fahri Hamzah. Ada permintaan agar FH nego tentang pemecatan itu, FH tak mau. Ini seakan menjawab, ada orang luar partai yang bermain dalam kasus pemecatan FH. Ada big deal jika FH lengser dari kursi pimpinan DPR.

Rentetannya begini, menurut dokumen:
- Tanggal 11 Maret 2016 majelis tahkim memutus pemecatan FH
- Tanggal 15 Maret 2016 SHW datangi pimpinan DPR
- 1 April 2016 dokumen bocor ke publik
- 3 April 2016 Presiden PKS menandatanganinya, malam harinya, surat tersebut diantar seorang kurir (OB DPP) ke rumah FH.

Mengapa bukan pimpinan partai yang menyerahkan? Agaknya mungkin tak mau atau justru malu jika FH bertanya bagaimana surat pemecatan itu bisa di tangan orang lain sebelum sampai padanya.

Seakan untuk menutupi kejanggalan diatas, disebar ke kader PKS, Fahri Hamzah tidak taat qiyadah. Dihembuskan bahwa keputusan pemecatan merupakan hak qiyadah, sudah melalui prosedur yang benar. Dibuat bayanat pelarangan interaksi dengan FH. Yang kepo nanya, ditandai, yang ngelike status sosmed FH juga ditandai, kalau bertemu FH, diinterogasi, apalagi terang-terangan membela, ikutan diisolasi. Ada kesan tak boleh terkuaknya kebenaran.

Fakta mengejutkan lainnya, justru proses pemecatannya melanggar AD/ART. Pelapor adalah DPP (kaderisasi), penyidiknya BPDO, dan penuntutnya majelis qodho. Ternyata majelis hakimnya berisi perwakilan dari majelis syuro', pelapor, penyidik dan penuntut. Apakah ini peradilan yang akan memutus secara adil, jika para hakimnya merupakan orang yang melaporkan dan menuntut FH untuk dipecat? Konflik kepentingan, peradilan yang sengaja bertujuan memecat FH. Ini sudah keluar dari nilai keadilan dalam islam dan hukum negara.

(bersambung)

*dari fb penulis


Baca juga :