Politisi dan Rakyat


[PORTAL-ISLAM.ID]  Politisi dan Rakyat, tema ini sangat menarik dikaji mengingat dinamika politik jelang pemilu serentak, baik pemilihan presiden dan pemilihan legislatif yang tinggal menghitung hari, diakui atau tidak masih jauh dari isu-isu penting tentang bagaimana mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia.

Isu dan fenomena yang mengemuka belakangan ini ialah majunya beragam kasus yang membuat tema tentang hukum menjadi halaman depan kehidupan masyarakat, baik di media massa, media sosial, bahkan tempat dimana warga duduk santai sembari minum kopi.

Padahal, tidak lama lagi pemilihan presiden akan berlangsung. Semestinya, di momentum yang sangat krusial seperti ini, partai politik, para kandidat, meramaikan bahasan publik dengan tema-tema soal bagaimana bangsa ini maju, bagaimana rakyat sejahtera, bagaimana rakyat dapat hidup merdeka dalam arti yang sesungguhnya di negeri ini.Tetapi faktanya tidak. Isu yang berkembang justru berlainan arah. Lebih ke masalah tangkap-menangkap, hoak, pencitraan dan lain sebagainya yang penting dipahami, sebagian besar rakyat

Indonesia telah mengerti situasi yang terjadi, bahkan skenario yang sedang dijalankan oleh para politisi belakangan ini.

Dengan kata lain, sebaiknya seluruh politisi, seluruh kandidat, berkonsentrasi bagaimana
menyampaikan kepada rakyat program yang akan dijalankan pada 2019 hingga 2024 yang secara matematis, logis, benar-benar dapat dicapai. Andai pun meleset, tidak terlalu jauh, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Langkah-langkah semacam ini belum begitu gamblang kita lihat. Padahal inilah yang sangat penting, bahkan jika diibaratkan "jualan" marketing yang demikian inilah yang saat ini dinantikan. Jadi bukan lagi poles wajah atau kelihaian berperang, tetapi kesungguhan ingin mewujudkan perubahan
kehidupan rakyat.

Terlebih bagi petahana, dibutuhkan kebesaran jiwa, kelapangan dada, untuk mengakui segenap kritik dari berbagai pihak dengan menemukan ramuan baru di dalam program berikutnya, sehingga rakyat bisa dinomersatukan, alias tidak diabaikan, disia-siakan, dan ditelantarkan.

Bagi penantang, segala kelemahan petahana hendaknya tidak menjadi pintu masuk untuk
menerapkan politik ala preman, yang setiap hari hanya sibuk mengorek kesalahan, sampai lupa menyiapkan program yang jelas untuk mengatasi segala keadaan buruk yang terjadi dalam empat tahun terakhir.

Jika cara-cara seperti ini diutamakan, maka tahun politik tidak menjadi keriuhan massif tanpa kualitas, tetapi akan menjadi sorak-sorai kegembiraan menyambut perubahan kehidupan yang didambakan. Sorak-sorai yang membangkitkan jiwa, menumbuhkan kebanggaan, terhadap siapapun
yang bertanding di dalam kontestasi politik dari tahun ke tahun.Dengan kata lain, politik tahun 2019 adalah politik rakyat, dimana media massa, media sosial, tidak tepat dijadikan sebagai alat pencitraan. Tetapi sebagai wadah interaksi, sekaligus pemberian bukti terhadap kesejahteraan rakyat.

Jika tidak, siapapun, dari partai apapun, akan ditinggalkan oleh sebab, akses informasi yang sudah terbuka membuat rakyat tersadar akan strategisnya politik. Oleh karena itu, sekarang mereka yang terjun untuk perjuangan politik, benar-benar all out melakukannya. Sekarang, rakyat tidak lagi bicara "Gue dapat apa." Tetapi, "Kalau gue nggak turun, akan seperti apa bangsa dan rakyat Indonesia nanti."

Politik Global

Sebagian politisi dan elit, mungkin belum seluruhnya melihat bagaimana rakyat masa kini memiliki kesadaran politik yang tinggi. Tetapi, jika mau melakukan analisa sederhana saja, dari mana kesadaran rakyat sampai pada titik tersebut. Jawabannya sangat mudah, yakni fakta perdagangan bebas, yang diikuti dengan revolusi digital, dimana sekarang jual beli dan transaksi keuangan sudah
mulai mengarah pada dunia digital.

Sementara perpolitikan bangsa Indonesia, dari dulu sampai sekarang masih berkutat pada
“pertengkaran” yang tidak substansial. Pada saat yang sama, rakyat pasti akan mendapat kado kenaikan tarif dasar listrik, BBM, dan beragam jenis kebutuhan lainnya yang sejak reformasi berlangsung, masih terus terjadi sampai saat ini.

Sekalipun terjadi penurunan, maka itu penurunan yang tidak begitu menggembirakan rakyat.Berikutnya, fakta banjirnya kedatangan tenaga kerja asing ke Indonesia. Fakta ini tentu saja tidak direspon dengan gerakan demonstratif oleh rakyat. Akan tetapi rakyat sebagian besar mulai sadar bahwa mereka harus bergerak, tidak bisa berpangku tangan, dengan apa yang terjadi di negeri ini.

Maka, fenomena emak-emak militan adalah satu gambaran nyata betapa rakyat kini mulai sadar dan karena itu akan semakin cerdas di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seperti sistem kekebalan tubuh dimana sel-sel melakukan yang namanya apoptosis (bunuh diri untuk kekebalan tubuh), rakyat dengan sendirinya rela melakukan rekayasa sosial yang dalam bahasa Karl Popper disebut social engineering demi kemajuan bangsa dan negara. Gerakan ini terus berjalan dan tidak mungkin dihentikan.

Oleh karena itu, berhentilah bermain politik dengan cara-cara usang, yang hanya mampu
menjelekkan pihak kompetitor, namun tidak siap dengan konsep dan metodologi yang lebih ampuh dan dapat dipahami oleh rakyat benar-benar mujarab.Berhentilah memandang rakyat Indonesia hari ini sama dengan masa orde lama, orde baru, dan satu dekade era reformasi, rakyat Indoensia saat ini telah sadar dan melek politik.

Maka, kepada para politisi, jadilah diri Anda yang sejati, tuangkan segenap kecanggihan gagasan Anda dengan penuh tanggungjawab, hindari menggunakan kalimat-kalimat ambigu dan ambivalen, dan tetapkan posisi Anda di depan masyarakat secara jelas, rakyat atau kenyamana pribadi. Soal ini, rakyat akan mengerti dengan caranya sendiri. Jika hal ini dapat diwujudkan, maka akal sehat rakyat dapat meradar Anda untuk bisa dipertimbangkan bahkan dijadikan pilihan.

Sebaliknya, jika politisi kini gagap dengan situasi yang tengah berlangsung, maka berapapun modal yang telah dikucurkan untuk menerapkan marketing politik yang termodern sekalipun, sama sekali itu tidak akan berguna. Karena kini rakyat melihat bukan lagi pada kemasan dan pencitraan, tetapi kesejatian dan kesungguhan pembelaannya terhadap nasib dan kesejahteraan rakyat.

Penulis: Imam Nawawi
Baca juga :