Catatan Mengenai Istimewanya Prabowo di Mata K.H. Maemun Zubair


[PORTAL-ISLAM.ID]  Prabowo sowan ke K.H. Maemoen Zubair. Tokoh dan ulama kharismatik Jawa Tengah. Kehadiran Prabowo disambut istimewa oleh K.H. Maemoen Zubair. Bahkan teramat istimewa.

Sebelumnya, Ma’ruf Amin juga diantar Romahurmuziy, ketum PPP, silaturahmi ke pengasuh salah satu pesantren Sarang ini. Tapi tak sesahdu dan sesakral sambutannya kepada Prabowo. Lima hari sebelumnya, (24/9) menristek Muhammad Nasir juga sowan ke pesantren Al-Anwar Sarang ini. Tampak biasa.

Apa yang membedakan sambutan K.H Maemoen Zubair ke Prabowo dari yang lainnya? Pertama, K.H. Maemoen Zubair meminta khusus kepada putra keduanya, KH. Najih Maemoen Zubair untuk menyambut kedatangan Prabowo di jalan raya.

Biasanya, K.H. Maemoen Zubair menunggu tamu di dalam rumah. Jika tamunya khusus, kiyai sepuh ini mengajak sejumlah putranya menjamu tamu di dalam rumah. Hanya kadang-kadang beliau minta kepada salah satu putranya yang lebih muda untuk menyambut tamu di depan rumah.

Kali ini, ada perintah khusus kepada K.H. Najih Maemoen Zubair, untuk menyambut Prabowo di jalan raya. Sementara KH. Kamil Maemoen Zubair, putra ketiganya, menyambutnya di depan panggung yang telah disiapkan untuk Prabowo. Ini tentu istimewa. Jarang-jarang tamu mendapat sambutan seistimewa ini.

Kedua, K.H. Maemoen Zubair mendoakan Prabowo jadi presiden. Doa ini dibacakan dengan bahasa Arab oleh Sang Kiyai di hadapan Prabowo dan ribuan santri serta tamu undangan. yakuuna imaaman Indonesia. Semua yang hadir mengaminkan. Doa itu eksplisit, sharih dan semua yang mendengarkan mengaminkan.

Bagi santri Sarang, ketika dalam konstelasi politik, Mbah Yai, panggilan akrab K.H. Maemoen Zubair, berkenan mendoakan calon itu jadi, itu istimewa. Dalam urusan politik, K.H. Maemoen Zubair sangat jarang berkenan mendoakan seseorang secara terang-terangan di depan publik. Ini semata-mata dalam rangka menjaga ketersinggungan pihak yang berbeda pandangan politiknya.

Ketiga, saat Prabowo dalam sambutannya mengatakan bahwa ia sowan ke Sarang tidak dalam rangka minta dukungan, karena ulama dan kiyai itu posisinya di atas. Saya diterima saja oleh Romo Kiyai Haji Maemoen Zubair disini sudah sangat senang. K.H. Maemoen Zubair spontan tepuk tangan, lalu diikuti oleh para santri dan semua yang hadir.

Seorang santri pun, meski sudah tahunan nyantri, belum tentu pernah menyaksikan K.H. Maemoen Zubair tepuk tangan. Kali ini Sang Kiyai mengawali tepuk tangan yang sontak diikut tepuk tangan para santri dan semua tamu yang hadir. Pemandangan istimewa yang hampir tak pernah disaksikan oleh santri sebelumnya. Kalau K.H. Maemoen Zubair sudah mau tepuk tangan, itu pastilah sesuatu yang di luar kebiasaan. khariqatun lilnaadah.

Keempat, usai acara,K.H. Maemoen Zubair menggandeng erat tangan Prabowo masuk ke dalam rumah. Lalu menggandengnya lagi ke ruang makan. Yang istimewa, setelah makan, Prabowo digandeng K.H. Maemoen masuk ke kamar khusus. Kamar yang tidak ada seorangpun boleh masuk kecuali diminta khusus oleh Sang Kiyai.

Di dalam kamar, hanya ada K.H. Maemoen Zubair dan Prabowo. Entah pesan dan wasiat apa yang disampaikan Sang Kiyai kepada Prabowo, tak ada yang tahu. Keluarga, para tokoh dan sejumlah kiyai hanya menunggu di depan pintu kamar.

Hal yang sama pernah K.H. Maemoen Zubair lakukan untuk Jokowi lima tahun lalu, saat jelang pilpres 2014. Sebuah perlakuan istimewa. Kali ini giliran yang diistimewakan oleh K.H. Maemoen Zubair adalah Prabowo. Ada apa? Allahu a’lam, kata para santri.

Tidak hanya bagi para santri, putra-putri K.H. Maemoen Zubair pun menganggap bahwa sikap Mbah Yai Maemoen mengajak tamunya masuk ke kamar khusus itu teramat istimewa. Apa keistimewaan Prabowo di mata Mbah Maemoen? Hanya Mbah Maemoen yang tahu. Sang Kiyai punya standar sendiri. Bukan hanya standar rasional (intelektual) tentu saja, tapi terutama standar moral dan spiritual. Terkait dengan pilpres, setidaknya standar moral dan spiritualnya itu erat kaitannya dengan nasib bangsa ke depan.

Kelima, usai sowan ke K.H. Maemoen Zubair,

Prabowo pamit. Cium tangan Sang Kiyai, mohon doa restu dan minta ijin mau sowan ke kediaman K.H. Najih Maemoen Zubair. Jarak rumahnya kira-kira 200 meter. K.H. Maemoen Zubair meminta santri untuk menyiapkan mobil putih buat antar Prabowo. Prabowo bilang: biar kami jalan kaki saja. Tidak, itu jauh, kata K.H. Maemoen Zubair. Biar kami jalan kaki saja Mbah, jawab Prabowo.

Bukan menolak, tapi kesantunan, adab dan tata Krama. Prabowo tidak ingin merepotkan Sang Kiyai. Tapi, K.H. Maemoen Zubair kekeuh. Minta ajudannya menyiapkan mobil putih untuk Prabowo. Sang Kiyai bilang, ini mobil saya seperti mobil presiden.

Prabowo ”sami’na wa atha’na”. Mobil pun disiapkan di depan pintu rumah kediaman Kiyai kharismatik ini. Prabowo diantar K.H. Maemoen Zubair sampai di depan pintu. Sebelum naik mobil, Prabowo menyalami kembali K.H. Maemoen Zubair dan mencium tangan kiyai sepuh ini. Lalu naik mobil putih mirip mobil istana menuju kediaman K.H. Najih Maemoen Zubair. Semua tamu undangan dan ribuan santri mengiringi dari belakang. Mereka menggemakan shalawat badar. Pesantren mendadak bergemuruh dengan shalawat badar. Sesekali terdengar teriakan para santri: Prabowo presiden. Wis wayahe (sudah saatnya Prabowo Presiden).

Apakah sikap istimewa K.H. Maemoen Zubair ada pengaruhnya buat Prabowo di 2019? Tentu! Sangat berpengaruh! K.H. Maemoen Zubair bukan sekedar pengasuh pesantren dan ketua MPP PPP. Kiyai kharismatik ini selain tajam pengamatan dan analisis politik kebangsaannya, juga punya pengaruh massa luar biasa besar. Terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Apapun yang Sang Kiyai putuskan, kendati hanya berupa isyarat, akan diikuti secara militan oleh para santri dan seluruh keluarga santri. Mesin politik santri akan bergerak massif dan sistematis.

Di Jawa Tengah, alumni pesantren Sarang ada di 31 kabupaten dari 35 kabupaten yang ada. Dan umumnya mereka menjadi ulama dan tokoh yang sangat berpengaruh di daerah masing-masing. Belum lagi di Jawa Timur, Jawa Barat dan luar Jawa.

Komunikasi kiyai-santri seringkali dengan bahasa isyarat. Inilah yang dalam teorinya George Mead disebut dengan istilah “percakapan isyarat”. Terkadang, percakapan isyarat diperlukan untuk menjaga kesantunan, etika dan hubungan baik dengan pihak lain agar tak tersinggung.

Sungguh sangat beruntung Let.Jen (purn) Prabowo ini. Sangat istimewa di mata K.H. Maemoen Zubair, ulama kharismatik dari pesantren Al-Anwar Sarang Rembang.

Penulis: Tony Rosyid
Baca juga :