GARBI: Berseminya Kesadaran Arus Bawah

Body

GARBI:
BERSEMINYA KESADARAN DARI BAWAH
(Catatan Deklarasi GARBI Aceh)

Nangro Aceh,
Dar Al Salam...
Tanah damai...
Pelindung keselamatan..

Ini catatan kecil tentang GARBI yang mulai menggeliat. Ini tentang ikhtiar berkaca. Dan tentang memandang dengan ketrampilan yang lebih kompleks. Karena kita tak mungkin disederhanakan, manusia saja tidak sederhana. Ini saatnya melihat diri lebih jujur apa adanya.

Pernahkah kita merasa bahwa sebuah generasi juga punya perasaan? Ya, kita ini sebagai generasi yang melihat persoalan dari jarak dan waktu yang berbeda... Pribadi kita pasti punya rasa, massa juga, generasi juga. Maka sejarawan sering membuat pembagian angkatan..

Dan dalam seni, dalam lagu, dalam arsitektur, dalam mode dan dalam banyak hal, sebuah generasi biasanya diikat oleh trend dan gelombang... Ummat manusia hidup dalam gelombang, generasi melintas di punggung gelombang sejarah.

Waktu kuliah dulu saya gandrung membaca karya-karya Alvin Toffler, futurolog Amerika yang wafat 2 tahun lalu itu menulis banyak buku dan salah satunya adalah The Third Wave yang membagi gelombang sejarah secara materialistik. Pertanian, Industri, lalu informasi.

Ada banyak futurolog dan ada banyak prediksi tentang masa depan dunia dan ummat manusia. Dan tentang Indonesia, tidak banyak yang membuat prediksi. Mungkin juga karena sejarawan kita mulai tidak mendapatkan insentif yang memadai untuk menjadi penasehat masa depan.

Ada tulisan menarik dari buku pak Anis Matta yang menulis buku Gelombang Ketiga beberapa waktu yang lalu. Beliau membaca Indonesia dalam perspektif pembentukan kelembagaan negara sehingga menuju tantangan baru dari gelombang baru.

Menurut @anismatta Indonesia mengalami 3 fase; Pertama menemukan Indonesia, sebuah kata yang belum pernah ada lalu kita temukan menjadi nama diri kita dalam Sumpah Pemuda. Maka Jadilah ia bangsa dan menjadilah ia negara yang puncaknya pada proklamasi 17/8/45.

Fase kedua menurut Anis Matta adalah fase menjadi negara bangsa moderen (a modern nation-state). Dan kita telah lampaui semua tantangan menjadi negara bangsa moderen itu sampai sekarang.  Kita hanya perlu persiapan memasuki Gelombang Ketiga yang dinamis.

Gelombang Ketiga ditandai dengan lahirnya realitas baru, jika dalam gelombang 1 kita menghadapi imperialisme, kita sekarang menghadapi demokrasi global dan abad Asia. Jika dulu ada solidaritas komunal sekarang Kita menghadapi individualisme. Sanggupkah kita bertahan?

Singkat cerita dari Anis Matta maka realitas baru inilah yang membuat kita memerlukan semacam gerakan untuk mengalami Gelombang Ketiga, dan rasanya inilah yang menyeruak dan tampil sebagai gerakan dari bawah yang salah satunya diwakili oleh Gerakan Arah Baru Indonesia, GARBI.

GARBI ini kesadaran dari bawah. Garbi adalah gerakan pemikiran, sosial dan politik.. Dibangun dari kesadaran sejarah untuk mengisi gelombang ketiga sejarah Indonesia.. Dengan sebuah narasi baru yang menjadi landasan dari arah baru Indonesia..

Garbi diinisiasi oleh generasi baru Indonesia, yang tumbuh dan bergelut dalam sistem demokrasi, sekaligus merasakan bagaimana globalisasi dengan semua bawaannya mengubah wajah hidup bangsa kita..

Meski baru, tapi GARBI juga mewakili generasi yang juga dengan kepercayaan diri yang tinggi bahwa dengan semua potensi yang dimilikinya Indonesia bisa menjadi kekuatan ke-5 dunia, secara ekonomi, teknologi dan militer, dan ikut serta menjadi pemain global.

Entahlah, tapi menurut saya rasanya memang ada perasaan generasi yang diwakili oleh narasi ini. Saya paling tidak, lama dalam pemerintahan yang nampak letih dan sulit bergerak. Pencarian kita seperti mengalami stagnasi. Kita memerlukan arah baru.

20 tahun setelah reformasi kita memang seperti tidak lagi menemukan konsepsi untuk lebih maju. Dan kita mulai merasa “segini aja kemampuan kita”. Ini menjalar dan penyakit budaya kita yang gampang puas itu sepertinya tersalurkan: korban berjatuhan tanpa terasa.

Inilah sebuah pengantar kecil, sebuah gerakan yang mencoba membangun konsepsi. Dan mencoba terus melangkah dari perasaan tak berdaya dan frustrasi. Mari bergabung. Membangun optimisme. Mari jaga negeri ini, NKRI dan semua warisannya.

Indonesia memerlukan tenaga dan arah baru yang membuatnya terbang tinggi melampaui perasaan cemas kita yang berlebihan tentang diri sendiri. Mari kita mulai. Bismillah.

(Twitter @Fahrihamzah 01/11/2018)

[Video - cuplikan Orasi FH Deklarasi Garbi Aceh, 1 November 2018]
Baca juga :