Ustaz Abdul Somad Target Monsterisasi Demonologi dan Character Assassination


Ustaz Abdul Somad Target Monsterisasi Demonologi Dan Character Assassination

BY JACKVARDANIN*

Kita tentu saja sudah mengenal Abdul Somad. Ya, Ustadz Abdul Somad (lahir di Silo Lama, Asahan, Sumatera Utara, 18 Mei 1977; umur 41 tahun) adalah seorang pendakwah dan ulama Indonesia yang sering mengulas berbagai macam persoalan agama, khususnya kajian ilmu hadis dan Ilmu fikih. Selain itu, ia juga banyak membahas mengenai nasionalisme dan berbagai masalah terkini yang sedang menjadi pembahasan hangat di kalangan masyarakat. Namanya dikenal publik karena Ilmu dan kelugasannya dalam memberikan penjelasan dalam menyampaikan dakwah yang disiarkan melalui saluran Youtube.

Nama beliau begitu digandrungi sebab model dakwahnya dan bobot keilmuannya. Saya sendiri adalah salah satu penikmat ceramahnya. Meskipun jarak kami berjauhan, alhamdulillah teknologi memudahkan. Insyaa Allaah, jika ada kesempatan dan ada rizki, saya ingin sekali berdiskusi, menimba ilmu, atau sekadar bertanya satu pertanyaan singkat. Ya, “Nasihat Tentang Kematian” itu yang ingin saya dengar, bagaimana menjemput ajal dengan ada iman di dada, sementara godaan dunia begitu luar biasa. Ah, jadi panjang kalau curhat seperti  ini. Tentu ini juga akan jadi keinginan kalian, bukan?

Bertatap temu, menimba ilmu, mengais pengetahuan dari mereka yang punya bobot keilmuan yang luar biasa.

Mengaku saja, jangan gengsi.

Melihat perjalanan dakwah Ustadz Abdul Somad akhir-akhir ini, mulai dari ramaianya cerita penghadangan (persekusi), tuduhan anti NKRI, Ustadz Radikal, anti bhineka. Membuat saya ingin mempelajari sebuah pola sistematis ini. Seperti ada gerak atau tepatnya demonologi, monsterisasi, character assasination, terhadap beliau.

Ya hal-hal yang saya telah sebutkan itu dialami oleh Ustadz Abdul Somad. Saya akan kupas sedikit saja.

Kalangan Bani Whatever atau Ahokers Garis Beton

Dendam pilkada masih berlanjut, Ustadz Abdul Somad pernah berorasi dengan lantang. Mengingatkan para penegak hukum, agar jangan gunakan hukum sebagai alat negera untuk tidak menjadi adil, berpihak. Sehingga seruan beliau untuk menolong agama Allah ditengah orasi membuat saya pribadi ketika memutar ulang video tersebut merinding.

Sontak hal inilah yang sangat jadi sorotan para pendukung Ahok, militansi mereka di dunia maya sangat luar biasa. Apapun akan dilakukan demi membela junjungan mereka. Ya, stigma radikal akan diberikan kepada siapa saja. Ustadz Abdul Somad disematkan gelar Anti NKRI oleh mayoritas buzzer dan akun siluman pendukung Ahok di media sosial. Dengan bermodal video penggalan acara HTI – padahal video lawas – dan itupun acara dihadiri oleh lapisan ulama lainnya, karena konteksnya adalah terkait islam.

Video tidak utuh dipenggal dan disebar dengan secara massiv oleh para pendukung ahok, termasuk sejumlah video mengenai kasus suap, seruan jihad media, framing busuk pernyataan sikap saat terjadi hal viral; artis ibu kota yang membuka hijabnya, penggalan dan penggalan terus bermunculan. Stigma atau labeling, pembusukan karakter dilakukan, karena hanya Ustadz Abdul Somad pernah berorasi keras tentang kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, agar penegak hukum mampu berbuat adil dan segera memproses kasus penistaan agama yang dilakukan ahok.

Sentimen Sekterian Bani Karbala; Syiah Rafidhah, Syiah Nushairiyah

Kita tahu Ustadz Abdul Somad memiliki pengetahuan luar biasa, mengenai tafsir, sirah, tauhid, fiqih, dan tentunya pandangan ilmu tentang mahzab. Materi yang disodorkan dengan melemparkan pandangan lintas mahzab, sehingga fanatisme tidak muncul, tetapi tegas dan lugas terhadap yang haq dan batil, penyimpangan dan tidak menyimpang jelas.

Sorotan ustadz Abdul Somad, bagi kaum pelaknat Sahabat Nabi dan keluarganya sangat tegas. Mereka bani karbala, sekterian; syiah adalah yang paling dekat dengan sesuatu hal yang dilarang dalam islam tersebut. Serta kajian-kajian Ustadz Somad perkara kebatilan yang dilakukan oleh kalangan syiah ini sangat tegas, penyimpangan terkait menyembah kubur dan melaknat sahabat dan keluarga Nabi sangat tegas dan lugas. Inilah yang membuat berang kalangan syiah di Indonesia. Minimnya keilmuan dan kontradiksinya syiah dengan hadis dan quran – yang selama ini menjadi pegangan umat islam di seluruh dunia, dan juga pedoman utama dakwah Ustadz somad – membuat kalangan syiah ini tak sanggup berargumentasi, sehingga monsterisasi, labeling, character assasination dilakukan oleh syiah Indonesia, terutama di media sosial.

Pola yang sama seperti ahoker, narasi anti bhineka, anti NKRI disematkan, bermodal potongan video yang sengaja dipenggal dan disebaluaskan.

Kalangan ahoker ini yang kebetulan ada unsur non-muslim gagal move on, serta syiah bersatu. Yah, syiah di Indonesia yang saya tahu mendukung ahok. Bagaimana anda tahu Jack?

Well, ingat Imam Tawhidi, Atau di media sosial Twitter dikenal dengan Imam Of Peace? Syaikh beraliran syiah ini pernah diundang ke Balai Kota dan hadir berjumpa dengan Ahok. Ya mereka satu paket, Syaikh syiah itu juga gunakan jargon “Against Radicalism And Barbarism” itu caption foto dirinya saat berjumpa dengan Ahok, dan diupload di halaman medsosnya.

Sayangnya, Syaikh itu Syaikh palsu. Dia imam palsu, hal ini saya tahu karena saya memiliki bukti pernyataan tertulis sejumlah institusi yang menangani perkara “Imam” di Australia. Di media sosial, saya membahas hal ini lengkap dengan bukti.

Lucu, dibohongi oleh Abu Janda versi bule. Dan celakanya orang-orang syiah pendukung Ahok mau tertipu. Sempat ramai “Syaikh luar negeri saja dukung Ahok”. Disitu saya tertawa, karena saya tahu siapa sosok yang mereka klaim sebagai Syaikh. Bahkan saya diblokir oleh sang Imam Palsu itu setelah saya desak dengan sejumlah fakta / bukti ontentik bahwa di Australia sejumlah institusi berlepas diri dari klaimnya.

Dua dari hal unsur pembunuh karakter Ustadz Abdul Somad di atas seperti mata rantai yang berkaitan. Polanya sama, mereka juga kadang klaim dan benturkan Ustadz Abdul Somad dengan Nahdatul Ulama, celakanya lagi, mereka tidak tahu atau miskin info, bahwa Ustadz Abdul Somad adalah tokoh Nahdatul Ulama di Riau, tepatnya pernah menjadi Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau.

Belum lagi para syiah ini sangat marah ketika Ustaz Abdul Somad berbicara perkara pembantaian yang dilakukan syiah di Syria. Ya, Syiah Nushairiyah ini telah lakukan genosida di Syiria, sontak para infiltran yang ada di Alsyami seolah ingin tabayyun dengan Ustadz Abdul Somad.

Oh dengan mata kepala saya sendiri, dan saya keluar masuk Syria untuk misi kemanusiaan, berawal dari project berhubungan dengan media sebelum konflik syria terjadi. Saya pernah bahas bagaimana secuil tragedi kota Homs di Syria, dan saya pastikan, saya memiliki bukti pribadi dari jurnalis era konflik di Syria, bahkan tak sedikit kawan saya yang meninggal saat lakukan liputan di sana. Perkataan Ustadz Abdul Somad itu benar. (Kutuliskan Catatan Ini Untukmu).

Tentu dengan kabar tersebut, sontak syiah di Indonesia ingin lakukan pembelokan fakta. Ada sejumlah kasus terkait global politik namun perang sekterian juga terjadi di Syria. Silahkan cari tahu apa itu syabiha, dan pengibaran panji berhawa syiah yang disematkan saat para pasukan syabiha bertempur di Syria dan lakukan genosida sebagai contoh di kota Homs dan juga di Idlib, Ghouta, dan Allepo.

Mesin politik umat dan dakwah dengan basis umat yang luar biasa

Agenda dakwah yang padat, mulai dari Aceh hingga sejumlah titik strategis lainnya. Melambungnya nama Ustadz Abdul Somad baik di darat ataupun dunia maya, membuat sebagian pihakwas-was. Basis massa (umat) dan sambutan yang luar biasa ini menjadi seperti bola salju. Tentang memilih pemimpiin, inilah yang disuarakan oleh Ustadz Abdul Somad. Belum lagi tentang studi perkara umat islam melek politik dan harus berpolitik, membuat unsur penguasa di sebuah negeri – tepatnya penumpang gelap yang menumpang hidup di ketiak penguasa – merasa risih jika umat islam paham politik dan masuk dalam gerakan politik. Hal ini tentu meresahkan posisi mereka yang saat ini ada di penguasa. Dimana masuk tahun politik umat sangat kontra dengan kebijakan yang dilakukan penguasa, terutama terait kriminalisasi ulama, adonan stigma radikal yang menyeret aroma berbau islam.

Ustadz Abdul Somad dengan basis massa yang tak sedikit, yang tersebar di sejumlah titik strategis (kantung suara) menyadarkan umat untuk paham berpolitik dan menggunakan kekuasaan demi kemashlahatan umat.

Ini seperti bola salju.

Dan menjadi mesin politik umat untuk bersatu memenangkan kontestasi politik yang dipilih oleh ijtima ulama. Dan kebetulan kontra dengan petahana, dimana para penumpang gelap yang menumpang hidup di ketiak penguasa berada.

Pola-pola propaganda dengan metode “call name” penyematan unsur buruk yang dialami Ustadz Abdul Somad begitu sistematis. Terutama para remah oligarkian, pendukung pasukan sakit hati pilkada Jakarta, kelompok sekterian, dan pemilik kepentingan politik yang sadar akan mesin politik senyap Ustadz Abdul Somad.

Jadi semakin paham dengan adanya wacana kontestasi politik ke depannya, bahwa Abdul Somad bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Keilmuannya, basis massanya, dan dukungan sejumlah pihak, menjadikan Abdul Somad menjadi target monsterisasi, demonologi, character assasination dari kubu yang terikat simpul yang sama.

Kita tahu, bahwa efek dari pola yang sistematis dalam menghancurkan karakter Ustadz Abdul Somad berdampak pada sejumlah percobaan penggagalan dakwah. Mulai dari Bali, beliau dipersekusi di hotel tempatnya menginap, hingga yang terbaru percobaan penggagalan dakwah di Semarang, dengan tuduhan sama, anti NKRI. Padahal kita tahu bahwa Ustadz Abdul Somad sering mengisi ceramah di instasi pemerintah hingga militer. Berjumpa dengan kepala Badan Intelijen Negara, Wakil Presiden, Kapolda di berbagai wilayah, hingga Kapolri. Beliau juga sudah mengajar di pedalaman, mengajarkan agama, baca tulis pada anak-anak negeri di pelosok, yaitu dakwah ke wilayah suku pedalaman Talang Mamak. Suku Talang Mamak merupakan sekumpulan masyarakat yang terasing dan hidup masih secara tradisional di sehiliran Sungai Indragiri, Provinsi Riau, Indonesia.

Sedang para pelaku persekusi entah sudah berbuat apa. Hanya menjadi residu mesin politik dengan permainan stigma yang disebarkan tiga simpul kebencian yang saya sebutkan tadi.

Cara-cara lewat aneka metode propaganda (Soft Terror) ini sudah terbaca dengan jelas. Semoga tulisan ini bisa menjelaskan tentang pola monsterisasi, demonologi, character assasination yang menargetkan sebuah nama “Abdul Somad”,

Semoga ada kesempatan untuk bertemu dengan beliau, sampaikan salam saya, semoga beliau tetap istiqomah dan senantiasa dijaga dari segala fitnah serta diberikan kesehatan. Jika ada kesempatan, saya akan bertanya dan meminta nasihat tentang perkara, “Nasihat Tentang Kematian”.

Sekian terima kasih.

___
*Sumber: https://thejacksound.wordpress.com/2018/09/11/ustaz-abdul-somad-target-monsterisasi-demonologi-dan-character-assination/

Baca juga :