Fahri Hamzah: 20 Tahun Runtuhnya Orba Momentum untuk Menentang Rezim Otoriter Jokowi


[PORTAL-ISLAM.ID]  Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menilai Pemerintahan Joko Widodo sudah mulai menunjukkan sikap represif layaknya Orde Baru di masa lalu. Fahri menilai, 20 tahun runtuhnya Orde Baru pada Mei 2018 nanti dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menentang kebijakan Jokowi yang cenderung represif.

“Bukan cuma gejala. Ini sudah muncul. Gagal memberantas terorisme, bikin perppu ormas dan lain-lain. Banyak sekali,” kata Fahri di sela acara diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis 11 Januari 2018.

Fahri menegaskan kebebasan berpendapat dan berkumpul yang telah tercapai pasca Orde Baru harus dipertahankan. Seluruh elemen masyarakat mesti sadar bahwa memperjuangkan kebebasan berpendapat dengan meruntuhkan Orde Baru adalah capaian yang luar biasa.

Karena itu, masyarakat mesti menentang pemerintah Jokowi bilamana mengeluarkan kebijakan yang berupaya memasung kebabasan berpendapat dan berkumpul. Fahri menilai, otoriterisme layaknya Orde Baru tidak boleh lagi ada di masa sekarang.

“Jangan sampai otoriter itu kembali ada. Sekecil apa pun harus kita lawan,” kata FahrI.

Lebih dari itu, Fahri menambahkan, seluruh masyarakat perlu merayakan 20 tahun runtuhnya Orde Baru yang jatuh pada 21 Mei mendatang. Runtuhnya Orde Baru pada 1998 silam itu ditandai dengan lengsernya Soeharto dari kursi Presiden RI.

“Kita perlu merayakan 20 tahun runtuhnya Orde Baru untuk mengingatkan apa yang kita runtuhkan dan apa yang kita tegakkan,” ucap Fahri.

Fahri menjelaskan, runtuhnya Orde Baru merupakan kekalahan rezim otoritarianisme yang membelenggu Indonesia puluhan tahun lamanya. Meruntuhkan Orde Baru, lanjut Fahri, juga sama dengan menghilangkan mental pejabat pemerintahan yang kerap memiliki kendali dalam menentukan kebenaran.

“Seolah-olah (para pejabat) pemegang versi tunggal kebenaran. Itu yang kita lawan,” kata Fahri.

Menurut Fahri, runtuhnya Orde Baru merupakan tonggak perubahan sejarah Indonesia yang sangat penting. Pascakejatuhan Soeharto dan kroni, Indonesia memulai fase awal reformasi. Momentum tersebut adalah rujukan untuk mengukur apa yang telah dibangun.

Selain itu, juga untuk mengukur perkembangan kualitas demokrasi yang mana kebebasan terpasung selama Orde Baru berkuasa. Seperti dikutip dari CNN.

Atas dasar asumsinya tersebut, Fahri menilai masyarakat Indonesia perlu untuk memperingati dan merayakan ambruknya Orde Baru setelah berkuasa kurang lebih 32 tahun.

Fahri lalu mengatakan, merayakan runtuhnya Orde Baru juga dijadikan sebagai media masyarakat untuk melawan lupa. Rezim otoriter di masa lalu tidak boleh lagi terulang di masa kini.

Baca juga :