Ingatkan Anies-Sandi, Ex Wartawan BBC: Cermati Peta “Friends and Enemies”


[PORTAL-ISLAM.ID]  Sebentar lagi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno akan memulai pekerjaan berat, sebagai gubernur DKI Jakarta –salah satu pekerjaan yang paling melelahkan. Jabatan yang penuh risiko tetapi sekaligus membuka peluang untuk menunjukkan keteladanan dalam pengelolaan pemerintahan yang bersih dan humanis. Pemerintahan yang terbebas dari segala bentuk korupsi dan penyimpangan. Pemerintahan untuk semua.

Warga Jakarta sangat wajar meletakkan optimisme baru di pundak gubernur yang baru. Rakyat menyodorkan ekspektasi yang cukup tinggi. Ekspektasi yang terbangun dari pemaparan program dan janji semasa kampanye Pilgub tempo hari.

Besok, Anies-Sandi resmi berada di posisi yang seharusnya bisa menjawab ekspektasi itu. Tetapi, ekspektasi tidak mungkin dipenuhi tanpa peran serta warga Jakarta secara aktif dalam bingkai “positive thinking”. Berpikir positif. Dan juga bersangka baik. Berhusnuzzon, dalam bahasa reliji.

Harus diakui bahwa Anies-Sandi muncul dari proses Pilkada yang sifatnya divisif (membelah) dan cukup menegangkan. Tidak dipungkiri pula bahwa keterbelahan itu masih menyisakan suasana disharmoni antara kubu pendukung Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan kubu pendukung Anies.

Kita semua berharap agar warga Jakarta tidak lagi tersandera oleh perpecahan yang mendalam itu.

Anda, Pak Anies, tentu sudah mulai paham dengan medan yang akan Anda hadapi. Anda tentu sudah menyiapkan fokus kerja yang harus dipriorotaskan. Pastilah ada hal-hal positif dari gubernur pendahulu yang bisa diteruskan dan wajar dilanjutkan. Namun, sesuai dengan “konsensus pilkada” enam bulan yang lalu, rakyat pemilih menghendaki manajemen dengan formula baru. Inilah yang harus Anda siapkan.

Kami semua berasumsi Anda sudah siap. Kami juga yakin formula baru itu seharusnya tersimpulkan di dalam dua kata: yaitu mumpuni dan tegas.

Pasti tidak mudah bagi Anda. Dalam upaya untuk menerapkan manajemen yang mumpuni dan tegas itu, Anda akan diganjal oleh banyak hambatan. Karena itu, Anda harus senantiasa waspada. Waspada agar tidak terjerumus ke lubang yang membahayakan. Waspada agar tidak sampai lalai terhadap berbagai bentuk jebakan yang akan mencelakakan Anda berdua.

Tidak ada salahnya kalau Pak Anies menggunakan konstelasi politik pra-Pilkada. Yaitu, peta “friends and enemies” (kawan dan lawan) yang begitu lantang selama sekian bulan menjelang pemilihan gubernur tempohari. Tetapi, perlu ditegaskan bahwa Anda hanya menggunakan petanya saja, tidak melanjutkan suasana “perpecahan” itu. Sebab, Anda bukan gubernur kelompok.

Peta yang saya maksudkan itu adalah bahwa di mata kubu yang berseberangan dengan Anda, Anda dianggap tidak mampu. Anda dianggap tidak pantas, dsb. Bisa jadi juga mereka belum mau menerima realitas demokrasi; realitas pilihan mayoritas warga Jakarta. Artinya, tidak tertutup kemungkinan akan ada orang yang “bertugas” mencatat dan mengeksploitasi kekeliruan Anda.

Tapi, yang tak kalah penting untuk dicermati ialah “curiousity” alias rasa penasaran warga Jakarta terhadap kegubernuran Anda, Pak Anies! Mereka ingin tahu gaya Anda menjalankan mandat pemerintahan. Mereka ingin tahu apakah Anda bisa atau tidak mengendalikan bermacam-macam keinginan rakyat dan juga keinginan para pegawai Pemprov di semua level. Termasuk pula keinginan pemerintah pusat.

Selain ingin tahu, orang juga akan mengamati langkah-langkah Anda. Hampir pasti, Anda akan dipelototi oleh semua orang. Bukan hanya penduduk Jakarta. Bukan hanya “kubu seberang”. Bukan hanya Luhut Binsar Panjaitan. Bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga orang-orang luar yang, biasanya, berkepentingan untuk menceritakan kelemahan dan kekurangan Anda.

Kamera-kamera TV yang tidak suka Anda, Pak Anies, sudah siap berjejer untuk merekam kesalahan ucapan dan tindakan Anda.

Pak Anies dan Pak Sandi! Anda tidak hanya diperhatikan oleh para pemilik modal, tetapi juga oleh orang-orang tidak punya modal. Orang kaya dan orang miskin. Lebih khusus lagi, Anda akan diperhatikan oleh para koruptor yang akan selalu mencoba mencari celah untuk melakukan korupsi.

Terakhir, menepati janji kampanye adalah kewajiban. Sangatlah bagus kalau semua janji dipenuhi. Tetapi, patut diingat bahwa kesempurnaan bukan milik manusia. Tidak ada gading yang tak retak!

Penulis: Asyari Usman, Mantan Wartawan BBC

Baca juga :