Zeng Wei Jian: Sentimen Anti Islam nyata di Myanmar


(by Zeng Wei Jian)

Via satellite images, Human Rights Watch nyatakan sedikitnya ada 10 area "titik api" di sebelah utara Provinsi Rakhine. Jurnalis dilarang masuk. Muslim Rohingya dikejar. PBB menduga sekitar 38 ribu orang berusaha mengungsi ke Bangladesh. Antara 200-400 orang, termasuk perempuan dan balita, tewas.

Kekerasan pecah, muslim Rohingya ditarget, pasca meletus clash antara Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) dan polisi. Bentrokan menewaskan 104 orang, termasuk 12 orang aparat keamanan.

Pihak militer merespon dengan merilis "collective punishment". Termasuk melancarkan pembunuhan massal dan menghancurkan seluruh desa.

Sentimen Anti Islam nyata di Myanmar. Bhikkhu Wirathu merilis Gerakan Anti Islam 969. Dia menyerukan agar umat Buddhist berbisnis, jual-beli, dan menikah dengan sesama Buddhist.

Sikap militan Wiranthu membuatnya ngetop. Dia langsung jadi cover-boy Majalah TIME. Captionnya: "The face of Buddhist Terror". Presiden Thein Sein segera bereaksi. Dia bilang Wirathu adalah "son of Lord Buddha" (anak Sang Budha).

BBC merilis komentar Bhikkhu Wirathu. Dia bilang, Myanmar is part of a global war on militant Islam.

Via 969, Wirathu aktif meng-agitasi. Baginya, muslim hanya baik saat lemah. Begitu kuat, muslim akan menjadi jackel. Dia menutup mata akan Aksi Bela Islam 1-3 di Indonesia (yang damai, tetap menjaga toleransi walau Islam yang mayoritas dilecehkan oleh minoritas (Ahok) -red). Wirathu yakin ada Islam Master Mind yang punya agenda menjadikan Myanmar sebagai Negara Islam.

Ngaco, konyol, berlebihan. Muslim hanya 5% dari total populasi Myanmar (90% Buddhist) atau sekitar 1,1 juta orang. Di antara muslim Myanmar, Rohingya minoritas dari minoritas.

Di Myanmar, bukan kali ini etnik Rohingya jadi target genosida. Di tahun 2012, bentrokan antara Buddhist dan Islam di Rakhine menyebabkan 140.000 orang Rohingya meninggalkan rumah-rumah mereka. Ribuan tewas di tangan human traffickers.

Tadinya, sejak 10 tahuh lalu, dunia berharap Aung San Suu Kyi bisa berbuat banyak bagi kemanusiaan.

Tanggal 26 Agustus 1988, Suu Kyi memimpin revolusi melawan Jenderal Ne Win. Gagal. Dia jadi tahanan rumah selama 20 tahun. Selama itu, Suu Kyi katanya banyak meditasi, menyempurnakan skill bahasa Perancis dan Jepang dan rilex main piano. Dia suka simponi Johann Sebastian Bach.

Konfrontasinya melawan junta militer bikin dia menyabet Nobel Peace Prize dan Sakharov Prize for Freedom of Thought. Dia dan Megawati Sukarnoputeri, kala itu, disebut-sebut sebagai "dua wanita paling berani".

Tapi alas, Aung San Suu Kyi yang sekarang bukan Suu Kyi yang dulu. Di tahun 2013, dia ketauan Anti Islam pasca gerutu (spat) "off air"-nya terdengar. Pasalnya, reporter BBC (yang seorang muslim) mendesak agar Suu Kyi mengutuk aksi brutal Junta Militer terhadap muslim. Suu Kyi menolak dengan berkelit-kelit. Akhirnya dia menggerutu dan berkata, “no one told me I was going to be interviewed by a Muslim.” ("Gak ada yang kasih tahu saya kalau saya akan diwawancarai wartawati muslim." Kalau dia tahu duluan, bakalan gak akan mau diwawancarai -red)

Saat ini pun Suu Kyi menutup mata. Malahan, dia tuding jurnalis dan aktifis HAM sebagai pendukung teroris.

Dua belas peraih hadiah Nobel dan Anies Baswedan mendesak agar Nobel menganulir nama Aung San Suu Kyi.

Partai Gerindra, PKS dan PAN mendesak agar Duta Besar Myanmar diusir dari Jakarta.

Dunia tertipu dengan sosok Aung San Suu Kyi.

Dulu, saya sempat Pro dengan Aung San Suu Kyi. Tapi begitulah politisi. After all, dia sendiri pernah bilang, "I'm just a politician. I'm not quite Margaret Thatcher. No. I'm not Mother Theresa either".

THE END


Baca juga :