Suara Habib Rizieq dari Arab Saudi: Pilihannya Ada di Hadapan Pemerintah, REKONSILIASI atau REVOLUSI


[PORTAL-ISLAM.ID] "Bahwa ketidakhadiran saya saat ini di Indonesia, perginya saya ke luar dari Indonesia ke tanah suci bukan bentuk pelarian dari tanggung jawab hukum. Akan tetapi merupakan bentuk perlawanan terhadap kezaliman, perlawanan terhadap kebatilan, perlawanan terhadap diselewengkannya hukum oleh para penegak hukum. Pilihannya ada di hadapan pemerintah, rekonsiliasi atau revolusi” (HABIB MUHAMMAD RIZIEQ SYIHAB)

Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab kembali melakukan komunikasi melalui telepon dari Arab Saudi. Ia berkomunikasi usai acara diskusi yang diselenggarakan oleh GNPF MUI di Hotel Balairung Matraman Jakarta Pusat, Jumat (16/6/2017).

Acara yang bertajuk Silaturahim dan Konsolidasi Nasional “Uji Shahih Alat Bukti Elektronik dalam Kasus Chatting HRS” itu, hadir sejumlah pihak menjadi pembicara. Di antaranya Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra, Pengacara Azis Yanuar, Ahli Telematika ITB Hermansyah, serta Dosen Hukum Pidana UI Akhiar Salmi.

Dalam sambungan teleponnya usai berbuka puasa, Habib Rizieq menyinggung sejumlah hal. Termasuk alasan kenapa dia saat ini berada di Arab Saudi, meskipun kasus hukumnya sedang bergulir.

“Bahwa ketidakhadiran saya saat ini di Indonesia, perginya saya ke luar dari Indonesia ke tanah suci bukan bentuk pelarian dari tanggung jawab hukum. Akan tetapi merupakan bentuk perlawanan terhadap kezaliman, perlawanan terhadap kebatilan, perlawanan terhadap diselewengkannya hukum oleh para penegak hukum,” kata Rizieq dalam sambungan teleponnya.

Terkait kasus hukumnya, Habib Rizieq mengaku masih menginginkan diselesaikan melalui jalur rekonsiliasi. Ia mendorong pemerintah untuk mengedepankan dialog dan musyawarah untuk menghentikan kegaduhan yang ada. Namun menurut Habib Rizieq, upaya rekonsiliasi tersebut selalu gagal karena ditolak oleh pihak pemerintah,

“Bagi saya di tanah suci, tentu saya selaku pembina GNPF MUI tetap ingin mengedepankan dialog dan musyawarah dengan lebih mengutamakan rekonsiliasi. Akan tetapi kalau rekonsiliasi gagal, kalau rekonsiliasi tetap ditolak oleh pihak di seberang sana, sementara para ulama terus menerus dikriminalisasi, para aktivis terus menerus diberangus kebebasannya, diberangus hak asasi manusianya, dan rakyat jelata terus menerus dipersulit, dan Islam juga terus menerus dimarjinalkan, maka tidak ada kata lain yang harus kita lakukan kecuali lawan,” kata dia.

“Jadi sekarang pilihannya ada di hadapan pemerintah, rekonsiliasi atau revolusi,” kata Habib Rizieq.

Berikut rekaman suara pernyataan lengkap Habib Rizieq dalam sambungan teleponnya:


Sumber: Kumparan

Baca juga :