Sekjen IDI Kritik Video Anto Galon: Pasien Kritis itu Langsung ke UGD, Tak Perlu Antri; Film BODOH Kok Jadi Juara?


[PORTAL-ISLAM.ID] JAKARTA - Sekretaris Jendral Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (Sekjen PB IDI) Dr. Moh Adib Khumaidi, Sp. OT menanggapi adegan pelayanan rumah sakit dalam Film "Kau adalah Aku yang lain" karya Anto Galon yang diposting DivHumas Polri.

Menurut Adib, ada beberapa hal yang perlu dikritisi dalam video berdurasi tujuh menit itu. Pasien yang sedang kritis atau sakit berat, kata dia, seharusnya mendaftar ke Unit Gawat Darurat (UGD) atau Emergency Unit yang tidak memerlukan nomer antrian.

"Pasien akan segera dilayani sesuai tingkat kegawatannya masing-masing, bukan soal siapa yang duluan datang," kata Adib saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (29/6) malam.

Dia juga menilai, pelayanan emergency atau UGD sudah menjadi Standard Operational Prosedure (SOP) dalam pelayanan kesehatan yang diprioritaskan. Hal ini, kata dia tentu telah dipahami dengan baik oleh pegawai rumah sakit, baik resepsionis, satpam maupun petugas pendaftaran.

"Sehingga Jika ada pasien gawat darurat langsung diarahkan ke UGD," kata dia.

Dia mengatakan, pihak kesehatan atau kedokteran pasti akan mengoreksi bahwa video karya Anto Galon itu tidak menggambarkan prosedur rumah sakit terutama pelayanan kegawatdaruratan. Dia juga menyarankan pembuat video untuk melakukan observasi mendalam sebelum membuat sebuah video.

"Dengan kata lain harusnya ada observasi terlebih dahulu untuk pembuat film melihat prosedur Pelayanan kegawatdaruratan di RS," ujar Adib.

Dia berharap, video atau film yang mengandung kesalahan atau hal yang bertentangan dengan kesehatan, kedokteran maupun rumah sakit untuk melakukan konsultasi atau pengumpulan informasi sebanyak mungkin kepada pihak terkait seperti pihak rumah sakit, dokter, atau pasien.

"Sehingga banyak informasi yang salah kepada masyarakat akibat video tersebut, padahal kita berharap melalui media seperti ini dapat juga mengedukasi yang benar kepada masyarakat terkait dengan permasalahan kesehatan atau kedokteran," kata Adib. (ROL)

LUCU BUKAN???

Bagaimana mungkin film yang tanpa riset dan ternyata bertolak belakang dengan realita ini menjadi JUARA dalam Police Movie Festival 2017 ???

Film ini tidak hanya menyudutkan umat Islam, tapi sekaligus juga menyudutkan RUMAH SAKIT dan PETUGAS KESEHATAN.

Film pendek berdurasi 7 menit ini dibuka dengan adegan ketika satu pasangan suami-istri diantar seorang anggota POLRI membawa anak balitanya ke RS.

Mereka menuju ke Poli Rawat Jalan RS (bukan UGD) sehingga harus mengambil nomor antrian. Nomor yang didapat adalah nomor 27, padahal saat itu pasien yang mendapat giliran pelayanan baru sampai nomor 11.

Mungkin Sang Bapak merasa anaknya sudah dalam kondisi parah, sehingga ia menemui petugas RS untuk meminta agar anaknya didahulukan.

Petugas menolak dan mengatakan, "Maaf, Pak. Ini sudah peraturan." (???)

Adegan ini tergambar begitu miris, tragis, dan ironis, ketika seorang pasien anak-anak yang sakit parah harus pasrah menunggu antrian.

Pembuat film kemudian menampilkan "pahlawan" yaitu seorang pasien dengan nomor urut 12 yang bersedia menukarkan antriannya dengan anak tsb.

Betapa bodohnya pembuat film. Seperti dikatakan Sekjen IDI, PERATURAN (SOP) bagi pasien emergency itu langsung UGD tak perlu antri. Dan SOP itu telah dipahami dengan baik oleh pegawai rumah sakit, baik resepsionis, satpam maupun petugas pendaftaran.

GAK HABIS PIKIR, FILM BODOH SEPERTI INI MALAH JADI JUARA Police Movie Festival 2017???


Baca juga :