Memahami Pentingnya Posisi Qatar Dalam Geopolitik Global



[PORTAL-ISLAM.ID]  Sejak beberapa hari lalu, Qatar, negara Arab berpenduduk 2,2 jiwa, dikucilkan oleh sejumlah negara Arab. Yang cukup menarik, sikap Arab Saudi sebagai negara Arab yang disegani justru menjadi sponsor dari pengucilan tersebut,

Menarik untuk diikuti, perkembangan dari pengucilan sesama negara Arab ini. Sebab Arab Saudi dan Qatar merupakan dua negara yang bersekutu dengan Amerika Serikat. Di kedua negara, Amerika punya Pangkalan Militer.

Apakah Amerika harus menutup salah satu dari dua pangkalan dan jika memilih, negara mana yang ditutup?

Yang pasti persoalannya menjadi rumit. Sebab kalau AS ikut mengucilkan Qatar, sangat mungkin negara kecil ini akan mencari aliansi. Sebagian besar pengamar berpendapat, Qatar akan menjalin aliansi dengan Iran, negara di Teluk Persia yang bermusuhan dengan AS dan kedudukannya di seberang laut Hormutz - bagian Utara Qatar

Jika ini terjadi, Rusia yang bersekutu dengan Iran, otomatis mendapat sahabat baru. Tidak tanggung-tanggung, sebuah negara Islam yang kaya minyak.

Atau boleh jadi juga Amerika akan menerapkan kebijakan uniknya standar ganda. Dua-duanya bisa untung, yang rugi bukan Amerika. Artinya bersahabat dengan Arab Saudi, okey dengan Qatar juga tetap.

Seperti yang dilakukannya terhadap China. Dengan China RRT dia membuka hubungan diplomatik, tetapi dengan China Taiwan tetap berlanjut sekalipun terbatas pada urusan perdagangan.

Yang untung tetap AS sendiri.

Empat buah peta di bawah ini mungkin bisa memberi perspektif bagaimana memahami konflik baru di Timur Tengah yang cepat atau lambat pasti akan berpengaruh terhadap Indonesia.





Dari peta tersebut, jelas, Qatar hanya negara kecil di Jazirah Arab.

Namun, keberadaan pangkalan militer Amerika membuat Washington memiliki banyak alasan untuk menjaga agar wilayah Qatar dan sekitarnya tetap tenang.

Qatar selama ini menjadi pangkalan udara AS terbesar di Timur Tengah.

Berlokasi  di Al Udeid, pangkalan udara ini menjadi basis perlawanan AS saat memimpin serangan kepada kelompok militan Islam yang telah merebut bagian Suriah dan Irak.

Di sisi lain, Qatar yang tetap terbuka menerima  seperti Hamas dan Taliban, yang dicap Washington sebagai kelompok teroris, bahkan pernah berperang melawan pasukan AS di Afghanistan selama lebih dari 15 tahun, memberi peluang untuk menjadi tempat mediasi dan rekonsiliasi bila sewaktu-waktu diperlukan.

Di tengah kebekuan diplomatik sejumlah negara Arab ini, Washington justru memilih langkah senyap, untuk diam-diam mencoba menenangkan Arab Saudi dan Qatar.

Motifnya satu, karena Qatar yang meski hanya Negara Teluk kecil, memiliki arti sangat krusial bagi kepentingan militer dan diplomatik AS.

Arab Saudi, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab, diikuti Yaman, Maladewa juga Libya boleh saja memusuhi Qatar, tapi AS punya kepentingan strategis tersendiri.

AS tentu tidak akan mau kehilangan Qatar yang selama ini menjadi tulang punggung bagi terjaganya stabilitas keamanan di wilayah Timur Tengah.

Penulis: Derek Manangka
Editor: Tim Portal Islam [*]
Baca juga :