LUAR BIASA Komitmen Hotel Berbintang di Malaysia Hormati Ramadhan, Beda Dengan Warteg Saeni


[Penuturan ustadz Abrar Rifai, 17/6/2017]

Seorang pengemudi taksi online menatap heran ke arah kami. “Kenapa Bang?” saya dahului menanyainya, sebelum ia bertanya. “Eeh, tak apa, tak apa. Sila, jemput masuk, Bang...” agak canggung ia kemudian mempersilakan kami masuk mobilnya.

“Abang abang ni datang hotel Concorde, jumpa kawan ker memang tidur sana?” Si Abang Taksi rupanya masih penasaran, sehingga melanjutkan tanya yang tadi belum tersampaikan.

“Kami dah 3 malam Bang, tidur di Concorde,” saya jawab pertanyaannya dengan sedikit angkuh. Sesekali boleh lah, saya mengeluarkan jurus angkuh juga. :)

“Itulah Bang yang saya pelik, dalan banyak banyak orang yang saya ambil di Concorde, baru sekarang saya jumpa orang pakai kain (sarung) macam abang berdua ini.” Oooh, rupanya si abang penasaran dengan sarung kami. Ada-ada aja. Biasa aja keleees! :D “Orang tidur di hotel Concorde ini biasa kan baju smart, pakai kasut (sepatu), Bang.”

“Saya pun smart, Bang!”

“Iyeeee?” Si abang, melirik ke saya yang duduk di sebelah kirinya “Iyelah iyelah. Abang memang smart!”

Kalau ke Malaysia saya memang sangat jarang tidur di hotel. Biasanya sih tidur di rumah teman atau santri kami asal Malaysia. Tapi kali ini seorang kawan meminta saya menemaninya menginap di hotel. Hotel bintang lima pulak tuh. Saya OK aja. Kapan lagi bisa macak wong sugih. :)

Keheranan pengemudi taksi di atas, itu satu hal. Dia heran saja mungkin melihat tampilan santri seperti kami, koyok wong ndeso tapi nongkrongnya di hotel bintang lima.

Nah, yang sekarang saya ingin ceritakan, adalah komitmen pihak hotel terhadap pelaksanaan ibadah puasa.

Pada malam ke dua kami bermalam di Concorde, teman saya sakit. Lambungnya naik. Dia merintih, terguling-guling. Saya pun menyarankannya untuk tidak berpuasa esok hari. Tidak sakit pun kami sebenarnya boleh saja untuk tidak berpuasa. Secara kami adalah musafir. Tapi rupanya Si Kawan berat untuk tidak berpuasa. Tapi saya serang dia, “Wes ta, menne gak usah poso. Ini Allah sudah ngasih rukhsoh lho buat Sampean. Sakit dan musafir. Sombong sekali Sampean kalau besok tetap berpuasa!” Si Kawan akhirnya menyerah pada fatwa ustadz ganteng. :)


Di Hotel Concoede Kuala Lumpur, selama bulan Ramadhan jatah sarapan pagi untuk yang beragama Islam dialihkan menjadi sahur, dari jam 03.00 hingga subuh menjelang. Nah, pada malam teman saya yang berniat besoknya tidak puasa, saya bilang ke pegawai restonya, “Ini kawan saya tak puasa, Bang. So, dia tak ikut sahur sekarang.”

“Lalu?”

“Boleh tak esok dia ikut sarapan di sini?”

“Owh, tak boleh, Bang!”

“Kenapa tak boleh Bang, dia kan sekarang tak ikut sahur?”

“Kawan abang muslim, kan?”

“Naah, tulah, undang-undang di sini tak membolehkan Bang, orang Islam makan time puasa.”

Ini pegawai resto di hotel yang bukan hotel syariah, kukuh megenggam aturan negaranya yang tidak membenarkan aktifitas makan-minum bagi orang Islam di area umum.

Akhirnya teman saya, pesan sarapan khusus yang diantar ke kamar.

“Nah, kalau makan di dalam bilik, tak masalah, Bang!”

***

Kalau bicara aturan makan di bulan Ramadhan jadi inget Bu Saeni, yang se kelas warteg aja malah bandel tak mau patuhi Perda Aturan Jam Buka Warung Makan di bulan Ramadhan.

Ini hotel umum berbintang pula, tapi sungguh menghormati aturan jam makan di tempat umum pada bulan Ramadhan.


Baca juga :