Mendefinisikan Ulang Makna TOLERANSI


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Apakah toleransi itu? Tampaknya sederhana dan mudah kita mengerti, tetapi ternyata sangat pelik dan tak berlaku umum. Kata "Toleran" lebih sering berkaitan dengan keharusan bagi muslimin untuk melonggarkan aturan (syariat). Menegakkan aturan Islam dianggap tidak toleran dan bahkan radikal, sementara ketika orang lain melakukan disebut "Konsistensi" dan "Konsekuensi" beragama.

Ketika Donald Trump berkunjung ke Arab Saudi, istrinya dipuji media karena berani melawan "religious repression" alias penindasan agama (dalam hal ini Islam). Saat itu Melania, istri Trump, diharapkan memakai penutup kepala (seperti aturan Islam) dan ia menolak karena bertentangan dengan kebiasaan sehari-hari.

Tetapi ketika di Vatican ia harus mengenakan pakaian dengan ketentuan Vatikan yang bermiripan sebagaimana di Arab Saudi, Melania memenuhinya dengan alasan "respect" alias menghormati. Ini merupakan sikap yang harus ditunjukkan oleh siapapun yang berbudaya.

Ada standar ganda di sini dan rentang waktu antara kedua peristiwa tersebut kurang dari satu minggu.

Hal serupa terjadi dalam banyak aspek lainnya. Ketika anak-anak muslim belajar tentang al-wala' wal bara' sebagai konsekuensi dari aqidah, ini dianggap sebagai bentuk radikalisme dan fundamentalisme. Mereka lupa bahwa para pahlawan yang meneteskan darah untuk kemerdekaan negeri ini, dulu disebut ekstremis dan fundamentalis oleh penjajah.

Tetapi ketika anak-anak Israel diajari untuk membenci dan membunuh muslimin Palestina yang tanahnya mereka rampas, ketika mereka menuliskan nama-nama atau kalimat kebencian di ujung bom, mereka memperoleh sebutan mulia sebagai pembentukan karakter dan identitas religius. Ini dikesankan sebagai hal yang wajar untuk membela diri.

Benarlah kata Malcolm X. Ia berkata, "If you're not careful, the newspaper will have you hating the people who are being oppressed, and loving the people who are doing the oppressing."

"Jika kamu tidak berhati-hati," kata Malcolm X, "surat kabar akan membuatmu membenci orang-orang yang sedang ditindas, dan mencintai mereka yang sedang melakukan penindasan."

Hari ini, surat kabar itu juga menjelma dalam bentuk lain; berbagai ragam media untuk menyebar "kabar".

*Sumber: fb

Baca juga :