Surat Kabar Kristen Protestan 'Sinar Harapan' Per Hari Ini Berhenti Terbit


[PORTAL PIYUNGAN] Tahun baru, sejarah baru, ke arah yang lebih baik tentu. Harusnya seperti itu. Namun, terhitung mulai 1 Januari 2016, Sinar Harapan, koran milik kelompok Kristen Protestan ini berhenti terbit karena alasan keuangan.

Tahun 2016 bukan menjadi yang pertama bagi Sinar Harapan untuk menghentikan penerbitannya. Media yang pertama kali hadir pada 27 April 1961 itu ketika berusia 25 tahun atau tepatnya pada 9 Oktober 1986 pernah diberedel oleh pemerintah Orde Baru.

Sinar Harapan pun berhenti terbit. Hingga 2001, harian itu kembali hadir. Namun, karena kondisi keuangan, kini mereka memutuskan untuk mengakhiri kegiatan mulai 1 Januari 2016.

Aristides Katoppo, salah satu tokoh yang kembali menerbitkan koran ini di bawah naungan PT Sinar Harapan Persada, menulis artikel singkat pada laman sinarharapan.co di penghujung kegiatan mereka dengan judul "Sampai Jumpa Lagi".

Dalam artikel yang diunggah pada Kamis (31/12/2015) pukul 15.32 WIB itu, pria yang karib disapa Tides tersebut berbagi cerita singkat tentang perjalanan 'Sinar Harapan' serta tanggapannya terkait penutupan koran ini.

"Jelang akhir 2015, sangat disayangkan, di tengah melajunya komersialisme, Sinar Harapan tidak dapat bertahan dan mulai tahun depan berhenti terbit sebagai surat kabar harian yang dicetak sore hari," katanya seperti dikutip pada Kamis sore (31/12/2015).

Ia mengakui banyak pihak yang kecewa. Mereka bertanya-tanya masih adakah harapan di balik semua ini. "Sebenarnya, dalam pertanyaan itu tersimpul peluangnya," ujar Tides.

Sementara itu, anggota Dewan Redaksi Kristanto Hartadi dalam artikelnya di situs tersebut menyebutkan bahwa sejak awal surat kabar mereka selalu kesulitan keuangan.

Kristanto, dalam artikel berjudul "Semangat yang tak akan Padam" itu menyebutkan ada konflik internal yang selalu ada namun "yang sedari awal tidak pernah dilakukan ketika akan menerbitkan kembali Sinar Harapan, yakni survei pasar (pembaca, pengiklan, sirkulasi) yang ilmiah untuk mengetahui koran sore memang masih dibutuhkan atau tidak di pasar, bagaimana persaingan dengan sesama surat kabar yang ada (pagi dan sore), maupun dengan media-media lainnya (jumlah stasiun televisi yang terus bertambah, juga perkembangan new media yang sangat pesat mengikuti kemajuan teknologi komputer). "

"Penerbitannya lebih banyak diwarnai semangat masa lalu. Kiranya hal ini jangan terulang," kata Kristanto yang memimpin Sinar Harapan pada 2001-2010.

Sinar Harapan didirikan pada 1961 oleh Hendrikus Gerardus Rorimpandey bersama JCT Simorangkir, Subagyo P.R dan lainnya. Suratkabar ini didirikan orang-orang Kristen Protestan tapi kebijakan redaksionalnya sekuler. Sinar Harapan adalah nama pilihan Rorimpandey sendiri.


Baca juga :