ISTIDROJ PENGUASA ZALIM

𝐈𝐬𝐭𝐢𝐝𝐫𝐨̄𝐣

Pada masa ini, kita diperlihatkan oleh Allōh ﷻ orang-orang yang sepertinya terus mendapat nikmat berkepanjangan sementara ia masih terus saja berbuat kema`ṣiyatan kepada Allōh ﷻ dan Rosūl-Nya ﷺ. 

Pasti di benak kita bertanya-tanya kenapa orang-orang yang fāsiq, suka berma`ṣiyah, ẓōlim kepada manusia, bahkan sering melecehkan Ṡariàt Agama, kok ya bebas melenggang seperti punya "kekebalan"? Jadi bertanya, apakah mereka punya kedudukan spesial di sisi Allōh?

Ternyata hal tersebut telah dijawab oleh Baginda Nabī ﷺ lebih 1.400 tahun lalu.

📌 Di dalam sebuah riwayat dari Imām Aḥmad ibn Ḥanbal رحمه الله تعالى [HR Aḥmad no 16673], bahwa Baginda Nabī ﷺ mengatakan di dalam sabdanya:

إِذَا رَأَيْتَ ٱللهَ تَعَالَى يُعْطِي ٱلْعَبْدَ مِنْ ٱلدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمُ عَلَى مَعَاصِيهِ فَٱعْلَمْ أَنَّ ذَلِكَ مِنْهُ إِسْتِدْرَاجٌ

“Apabila kamu menyaksikan seorang mendapatkan dari Allōh yang Maha Tinggi apa-apa yang ia sukai dari kehidupan Dunia ini namun ia terus saja berma`ṣiyah, maka ketahuilah bahwa semua itu adalah istidrōj.”

Kemudian Baginda Nabī ﷺ membacakan firman Allōh ﷻ:

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَىۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةً فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kenikmatan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus-asa.” [QS al-Anȁm (6) ayat 44].

⇛ Bahasa sederhananya, "Istidrōj" itu adalah penangguhan hukuman dan ditundanya àżāb dengan memberikan kesenangan kepada orang-orang yang dimurkai oleh Allōh ﷻ.

Contoh istidrōj ini paling tampak pada para penguasa yang ẓōlim, di mana mereka itu seringkali Allōh ﷻ istidrōj. 

Al-Qur-ān dan al-Ḥadīṫ menunjukkan kepada kita bagaimana dulu Firàun telah Allōh istidrōj. Lihatlah betapa Firàun itu selalu diberikan kenikmatan harta benda, menang perang, dan bahkan diberi tubuh yang sehat yang tak pernah menderita sakit. Namun lihatlah bagaimana akhiran kehidupannya, di mana ia mati dalam kekufuran dan harus menanggung semua dosanya tanpa pernah sedikitpun diberikan "cicilan ażāb" di Dunia. Bahkan Malā-ikat Jibrīl عليه السلام pun menyumpal mulut Firàun dengan pasir agar Firàun tak bisa mengucapkan kalimat keīmānan dan pertaubatan.

Adapun di Abad XX lalu kita saksikan betapa para penguasa yang teramat sangat ẓōlim itu Allōh ﷻ istidrōj. Lihatlah bagaimana akhir kehidupan dari Adolf Hitler yang bunuh diri penuh ketakutan di dalam Führerbunker, dan mayatnya pun ia perintahkan agar dibakar karena takut dipermalukan oleh pasukan Sekutu. Lihatlah akhir kehidupan Joseph Stalin yang menderita stroke di kamarnya dalam keadaan sendirian bahkan dibiarkan berjam-jam tak ditolong oleh pengawalnya sampai-sampai tubuh Stalin berlumuran feses dan urine-nya sendiri.

Jadi memang seorang fāsiq yang sudah sangat keterlaluan itu akan Allōh ﷻ berikan apa yang ia inginkan di Dunia ini, dan biasanya diberikan sedikit saja hukuman atas dosa-dosanya menjelang sakarotul-maut seperti Firàun dulu.

📌 Kata Baginda Nabī ﷺ di dalam sabdanya:

إِنَّ عِظَمَ ٱلْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ ٱلْبَلَاءِ وَإِنَّ ٱللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ٱبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ ٱلرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ ٱلسَّخَطُ

“Sungguh-sungguh apabila Allōh menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di Dunia, dan apabila Dia menginginkan keburukan bagi hamba-Nya, maka Allōh akan menahan hukuman-Nya atas hamba tersebut atas dosa-dosa yang ia lakukan hingga ia mendapati semua balasan atas dosanya itu utuh pada Hari Qiyāmat.” [HR at-Tirmiżiyy no 2396].

Maka usahlah heran lagi apabila melihat ada orang-orang yang sangat ẓōlim, curang, penipu, pengkhianat, maling, dan suka melakukan berbagai kejahatan lainnya bahkan pelaku àmalan kekufuran, akan tetapi hidupnya lama dan tak mati-mati bahkan seperti terus diberi kenikmatan, sebab bisa jadi mereka itu sedang diulur oleh Allōh ﷻ untuk menuntaskan seluruh dosa-dosanya di sepanjang hidupnya di Dunia.

Mungkin bertanya-tanya, kenapa Allōh ﷻ malah memberikan nikmat duniawi begitu besar kepada sebagian orang-orang yang ẓōlim itu?

Ternyata itu adalah ujian bagi orang-orang berīmān dan agar orang-orang yang kufur tak bisa menuntut apapun kepada Allōh ﷻ di Āḳirot kelak, kerena kenikmatan di Āḳirot hanya disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.

📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَلَوۡلَآ أَن يَكُونَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً لَّجَعَلۡنَا لِمَن يَكۡفُرُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ لِبُيُوتِهِمۡ سُقُفًا مِّن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيۡهَا يَظۡهَرُونَ ۝ وَلِبُيُوتِهِمۡ أَبۡوَٰبًا وَسُرُرًا عَلَيۡهَا يَتَّكِـُٔونَ ۝ وَزُخۡرُفًاۚ وَإِن كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَٱلۡأٓخِرَةُ عِندَ رَبِّكَ لِلۡمُتَّقِينَ ۝

“Dan sekiranya bukan dikarenakan untuk menghindarkan manusia menjadi ummat yang satu (dalam kekāfiran –pent), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kāfir kepada (Allōh) yang Maha Pengasih itu loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki, dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka, dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar, dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan Dunia, sedangkan kehidupan Āḳirot di sisi Robb-mu disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” [QS az-Zuḳruf (43) ayat 33-35].

Oleh karena, apabila seseorang merasa bahwa Allōh ﷻ terus melimpahkan berbagai kenikmatan duniawi kepada dirinya, berupa rezeki harta-kekayaan, jabatan, kekuasan, anak-keturunan, perempuan, sedangkan dirinya terus-menerus melakukan banyak kema`ṣiyatan dan keẓōliman, maka itu bisa jadi adalah istidrōj.

(Oleh: Arsyad Syahrial)

Baca juga :