Poros Sekoci Golkar-PAN
Sekitar dua pekan lalu, selepas rapat dengan kader internal partai, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mencetuskan pembentukan poros baru koalisi partai politik. Dia meyakinkan bahwa kader partai berlambang matahari itu menghendaki Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar; dan Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN, dapat diusung sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilihan Umum 2024.
Yandri lantas menyodorkan tawaran tersebut ke Partai Golkar. PAN juga telah melakukan beberapa pertemuan informal untuk membahas kemungkinan membentuk poros baru koalisi partai politik—di luar Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) ataupun Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Kedua partai disebut-sebut telah mengagendakan pertemuan secara formal di antara masing-masing ketua umum. “Insya Allah dalam waktu dekat ditentukan kapan harinya dan di mana pertemuan Golkar dengan PAN tersebut,” ucap Yandri saat ditemui Tempo pada Senin, 5 Juni 2023.
Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional tak hanya berupaya bergabung dengan sejumlah koalisi yang telah terbentuk. Saat ini Golkar dan PAN bergabung dalam KIB bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP telah menyatakan mendukung deklarasi PDIP yang mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden. PAN juga membuka opsi koalisi dengan Gerindra. Sejumlah elite Partai Gerindra bertandang ke kantor DPP PAN di Jakarta Selatan, kemarin.
Golkar dan PAN kini menjajaki kemungkinan membentuk poros baru. Upaya Golkar dan PAN membentuk poros koalisi baru mengemuka setelah Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan mengunggah foto pertemuan keduanya di akun media sosial masing-masing pada Sabtu, 27 Mei lalu. Saat itu, keduanya sama-sama mengikuti pertemuan tingkat menteri Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Amerika Serikat. Airlangga pada Ahad lalu di kantornya, seperti dilansir Antara, menyebutkan masih ada peluang berpasangan dengan Zulkifli sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden.
Nama Airlangga dan Zulkifi dinilai mampu menciptakan coat-tail effect atau efek elektoral untuk mengerek suara partai melalui kedua sosok tersebut. Airlangga dan Zulkfili disebut-sebut juga saling terhubung satu sama lain dalam banyak hal. Jika keduanya dapat disatukan, Yandri memprediksi, bakal ada empat pasangan calon presiden yang maju dalam Pemilu 2024.
Meski begitu, Yandri memastikan pembentukan poros koalisi baru ini bukan bertujuan untuk hengkang dari koalisi yang sedang dijalin dengan Partai Gerindra. Menurut dia, belum ada kesepakatan di antara semua pihak untuk mengusung sosok pasangan calon presiden dalam Pemilu 2024. Selagi belum ada surat keputusan yang ditandatangani dan diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), kata dia, proses lobi-lobi politik dengan semua partai terus berjalan. Tak terkecuali adanya wacana menduetkan pasangan Airlangga dan Zulkifli.
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno turut menyokong rencana pembentukan poros koalisi baru dengan Golkar. Dia menilai suara partainya dengan Golkar cukup untuk mengusung Airlangga dan Zulkifli. “Kami tentu ingin kader partai internal yang maju. Itu salah satu opsi prioritas bagi kami,” ujar Eddy.
Merujuk pada aturan pemilu, syarat untuk mengusung calon presiden dan wakilnya diatur dalam Pasal 222 Undang-Undang Pemilu. Pasal itu menyebutkan pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya. Melansir laman KPU.go.id, jumlah perolehan suara Golkar pada Pemuilu 2019 mencapai 12,15 persen, sedangkan PAN 6,74 persen.
Eddy mengatakan partainya melanjutkan tren yang hampir setiap satu dekade mengusung calon presiden dan calon wakil presiden dari kader internal. Dia menuturkan, dalam Pemilu 2004, Amien Rais, yang kala itu Ketua Umum PAN, maju sebagai calon presiden bersama Siswono Yudo Husodo, Menteri Negara Perumahan Rakyat di era Orde Baru. Dalam Pemilu 2014, PAN mengusung kadernya, Hatta Rajasa, sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
PAN Prioritaskan Erick Thohir ke Gerindra
Kendati begitu, Eddy menyatakan tak menutup kemungkinan PAN tetap menyokong Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersanding dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. “Idealnya memang Prabowo dan Erick karena kami mengukur dari kajian akademis probabilitas kemenangan mereka cukup tinggi,” ucap Eddy.
Karena alasan ini, Eddy melanjutkan, nama Erick masih disodorkan ke Gerindra untuk dipertimbangkan sebagai pasangan calon wakil presiden. Tawaran itu juga dicuatkan ketika PAN menjamu pengurus Gerindra di kantornya, Jalan Amil Buncit Raya Nomor 7, Jakarta Selatan, kemarin. Bahkan PAN meyakinkan Gerindra dengan mempromosikan bahwa Erick telah berhasil memperbaiki Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
PAN mengklaim prestasi Erick sebagai Ketua Umum PSSI, yakni keberhasilan tim nasional menjuarai SEA Games di Kamboja. Erick juga dianggap berhasil mendatangkan juara Piala Dunia Qatar 2022, tim nasional Argentina, agar bisa bertanding dalam laga persahabatan dengan Indonesia. Erick pun dinilai mampu memimpin BUMN dan memperbaiki perekonomian nasional.
Dua politikus di PAN menceritakan mereka berharap Erick bisa dipinang Prabowo sebagai bakal calon wakil presiden. Niat tersebut bisa terwujud, bergantung pada kemauan Erick. “Kan masing-masing partai punya posisi tawar. Misalnya, Pak Airlangga berharap calon wakil presiden, Cak Imin (Muhaimin Iskandar) juga ingin hal sama. Tentu kami harus lobi-lobi untuk memenuhi ekspektasi masing-masing,” ucap dia.
Partai Gerindra saat ini berkongsi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membentuk KKIR. Koalisi ini mengusung nama kedua ketua umum, Prabowo Subianto dan Cak Imin, sebagai bakal calon presiden dan wakilnya.
Menurut politikus PAN itu, Prabowo juga disebut-sebut menunggu keseriusan Erick jika mau diusung. Salah satu prasyarat yang dibutuhkan adalah keperluan logistik yang mesti dipenuhi Erick, terutama bagi masing-masing partai politik pendukung KKIR. Jadi, dalam waktu dekat, sekitar Juni, nama pasangan calon wakil presiden pendamping Prabowo sudah bisa diumumkan ke publik.
Politikus PAN lainnya menambahkan, usulan nama Prabowo-Erick menjadi prioritas mereka. Opsi kedua, PAN berharap Erick dapat diusung sebagai calon wakil presiden mendampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang disokong PDIP. “Soal nama pasangan Airlangga-Zulkifli, itu jadi opsi terakhir karena elektabilitas Airlangga saja jauh di bawah Anies.” Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, merupakan bakal calon presiden yang diusung Koalisi Perubahan, yang terdiri atas Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Untuk merealisasi niat tersebut, politikus senior ini menuturkan PAN terus menggencarkan lobi-lobi politik. Mereka mengutamakan menyodorkan nama Erick agar dipasangkan dengan Prabowo atau Ganjar. PAN optimistis Prabowo bakal memilih Erick dibanding didampingi Muhaimin Iskandar, yang merupakan bagian dari KKIR. “Secara hitung-hitungan, Erick punya nilai lebih dibanding Cak Imin,” ujarnya.
Respons Gerindra-Golkar Menyikapi Lobi-lobi PAN
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani membenarkan bahwa PAN telah menyodorkan nama Erick sebagai menu wajib perbincangan rencana koalisi. Kendati begitu, menurut dia, siapa pun yang disodorkan merupakan orang-orang yang dianggap terbaik bagi bangsa dan negara. “Kami menyimak dengan saksama. Mudah-mudahan akan ada hasil pembicaraan itu,” ucap Muzani.
Muzani menyebutkan usulan nama Erick sebagai calon pendamping Prabowo bakal dibahas bersama PKB dalam KKIR. Dia menegaskan, koalisi yang mereka bangun membebaskan masing-masing partai membuka komunikasi politik dengan siapa pun, termasuk Gerindra yang tak mempersoalkan PAN membangun wacana membentuk poros koalisi baru bersama Partai Golkar.
Adapun Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Dave Akbarshah Fikarno Laksono mengatakan usulan pembentukan poros koalisi baru dengan PAN memang dinyatakan oleh Airlangga. Namun pembentukan poros itu belum final dan masih dipertimbangkan. “Bukan hanya opsi dengan PAN, opsi yang lain kan bisa. Namanya bersikap dinamis. Bisa saja kami berkoalisi dengan Gerindra atau PDIP,” ujar Dave.
Dave juga memastikan bahwa partainya masih menghendaki Airlangga dapat maju sebagai bakal calon presiden. Dave tidak heran bila muncul pembentukan poros baru bersama PAN. Dia pun tak mempersoalkan jika pasangan Airlangga-Zulkifli nantinya kalah dalam Pemilu 2024. Tapi, kata dia, sebelum itu terjadi, Golkar bakal habis-habisan menyokong Airlangga agar menang.
Direktur Eksekutif Aksara Research Institute, Hendri Kurniawan, justru pesimistis terhadap rencana menduetkan pasangan Airlangga-Zulkifli. Menurut Hendri, boleh jadi itu hanya langkah politik PAN dan Golkar untuk mendesak Prabowo Subianto mengumumkan pasangan calon wakil presiden. “Kans terbesar Prabowo dimungkinkan condong ke Erick karena dia punya modal besar dalam urusan logistik dan elektabilitasnya pun lebih baik ketimbang Airlangga maupun Cak Imin,” ujar Hendri.
Menurut dia, Prabowo pasti memperhitungkan banyak aspek ihwal calon wakil presiden yang bakal dipilih. Sebab, menurut Hendri, para kandidat calon presiden memiliki elektabilitas yang sepadan. Dia menilai seorang bakal calon wakil presiden mesti memiliki elektabilitas kuat, bahkan harus didukung pendanaan yang besar, terutama untuk memperebutkan suara di Jawa Timur yang disebut menjadi kantong suara di tingkat provinsi terbesar kedua setelah Jawa Tengah.
(Sumber: Koran Tempo, Selasa 6 Juni 2023)