[PORTAL-ISLAM.ID] Amerika Serikat (AS) kembali diguncang penembakan massal. Kali ini, penembakan terbaru melanda sebuah Sekolah Dasar (SD) di Uvalde, Negara Bagian Texas, pada Selasa (24/5/2022) siang waktu setempat.
Dalam peristiwa itu, 21 orang tewas. Jumlah itu termasuk 19 orang anak-anak dan 2 guru.
Penembak diidentifikasi sebagai Salvador Ramos. Ia diketahui berusia 18 tahun.
Ramos tewas setelah melakukan baku tembak dengan polisi. Sebelum melakukan aksinya, ia sempat menembak neneknya sendiri yang diberitakan sejumlah media dirawat intensif di rumah sakit (RS).
Lalu siapa Ramos?
Menurut keterangan yang dikutip media AS, Fox 32, Ramos merupakan warga Texas. Tempat tinggalnya berjarak 135 km dari lokasi kejadian.
Saat ini, ia masih berstatus pelajar SMA. Ia juga bekerja di sebuah kedai makanan cepat saji Wendy's.
Dari bekerja itulah dia punya uang untuk membeli senjata semi otomatis yang dipakainya untuk membantai anak SD.
Insiden ini pun mengundang reaksi dari banyak pihak, termasuk Presiden AS Joe Biden. Pemimpin 79 tahun itu memerintahkan agar bendera AS dikibarkan setengah tiang di Gedung Putih dan di semua gedung dan halaman publik.
"Saya muak dan lelah. Kita harus bertindak. Jangan bilang kita tidak bisa berdampak pada pembantaian ini," kata Biden.
Kasus Ramos ini jadi bahan kajian yang rumit. Ramos tidak punya catatan kriminal. Juga tidak ada riwayat kelainan jiwa. Hubungan dengan neneknya, orang tua dan masa SD-nya akan menjadi bagian penting dalam kajian.
Tentu Sang nenek masih lama untuk bisa didengar keterangannya. Wajahnya hancur ditembak Ramos. Kena rahang dan pipi. "Harus dilakukan rekonstruksi wajah yang berat untuk bisa pulih," ujar Sang suami.
Kajian itu mungkin juga hanya sebatas ilmu pengetahuan. Tidak akan ada pengaruh apa-apa terhadap perubahan kebijakan AS. Organisasi senjata api di Amerika (NRA) terlalu kuat.
Pun kemarin (Jumat pagi waktu Texas) tetap diselenggarakan acara itu: konferensi nasional NRA dan pameran besar senjata. Di Texas. Di Houston. Mantan Presiden Donald Trump tetap datang dan memberikan pidato. Tidak ada rasa sungkan dengan tragedi yang baru saja terjadi.
"Saya pernah ikut konferensi NRA seperti itu. Selama dua hari. Beberapa tahun lalu. Di Nashville. Saya mendaftar resmi. Bayar USD 100. Tidak ditanya apa pun. Cukup isi formulir," kata Dahlan Iskan di cacatan Disway (29/5/2022).
"Di sela-sela konferensi itu saya melihat pameran senjata. Saya tidak membelinya. Untuk apa. Sulit juga dibawa pulang. Sampai sekarang, tiap tiga bulan, saya dikirimi majalah NRA. Di alamat saya di Amerika," lanjut Dahlan Iskan.
"Mereka tidak mau perdagangan senjata disalahkan. Yang salah adalah orangnya. Maka penembakan seperti di Uvalde itu belum yang terakhir. Tetap akan terjadi lagi," ungkap Dahlan Iskan.
"Organisasi senjata api di Amerika (NRA) terlalu kuat," ujar Dahlan Iskan.