Mengenal Ertuğrul, Peletak Fondasi Dinasti Turki Usmani
Oleh: Dr. Muhammad Najib
SERBUAN bangsa Mongol ke berbagai penjuru dunia telah mengubah jalannya sejarah, termasuk wilayah Eropa yang dikuasai ummat Nasrani dan Timur Tengah yang dikuasai umat Islam.
Tiga kekuatan besar umat Islam pada waktu itu adalah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Bagdad, Turki Seljuk yang kekuasaannya membentang dari Asia Tengah sampai Anatolia (Turki bagian Asia) termasuk wilayah Timur Tengah bagian Utara, dan dinasti warisan bani Umayyah di Andalusia (Spanyol dan Portugis saat ini).
Dinasti Abbasiyah langsung hancur dengan jatuhnya Bagdad, sementara Turki Seljuk walaupun sebagian besar wilayahnya disapu oleh tentara Mongol, akan tetapi masih mampu bertahan dan mengendalikan kekuasaan atas wilayahnya yang tersisa dari Konya.
Ertugrul anak seorang kepala salah-satu kabilah Turki bernama Kay (IYI) yang dipimpin oleh Sulaimansyah, terus bertahan dan melawan tentara Mongol dengan cara gerilya. Sambil terus bergerak dari Merv di Turkistan ke arah Barat sampai ke Anatolia (Turki Timur).
Nahasnya dari arah Barat, dunia Islam diserang oleh Tentara Salib. Bahkan tidak jarang terjadi kerjasama antara tentara Mongol dengan pasukan Salib untuk menaklukan umat Islam. Karena itu tentara Islam menjadi terjepit di tengah-tengah.
Ertugrul yang kemudian menggantikan ayahnya sebagai Ketua Kabilah saat Sulaimansyah meninggal dunia karena sakit, semakin agresif melakukan perlawanan. Berkat kegigihan dan prestasinya, Sulthan Allaudin Kaikubad yang berkuasa di Konya kemudian mengangkatnya sebagai Kepala sejumlah kabilah Turki yang berada di wilayah itu.
Selain itu memberikan hadiah sebidang tanah di Karaca Dag dekat pegunungan Angors (Ankara) yang subur yang berada paling Barat dari wilayahnya, untuk ditempati Erthugrul dan sukunya secara permanen.
Dengan berada di lokasi ini, Kabilah Kay yang dipimpin Ertugrul diharapkan menjadi benteng penjaga wilayah perbatasan kekuasaan Turki Seljuk di sebelah Barat, yang berbatasan langsung dengan wilayah Bizantium yang dikendalikan dari Konstantinopel (kini Istanbul).
Dengan dukungan Sulthan Allaudin, Erthugrul dan pasukannya bukan hanya mampu mempertahankan wilayah perbatasan. Ia terus mengadu taktik dan bertempur melawan tentara Salib, sehingga wilayah yang dikuasai Kesulthanan Turki Seljuk dari waktu ke waktu bertambah luas ke arah Barat.
Saat Kesulthanan Turki Seljuk berhasil dihancurkan oleh pasukan Mongol, menyebabkan kabilah-kabilah Turki kehilangan induk. Putra Erthugrul yang bernama Usman yang menggantikannya, kemudian mendeklarasikan Kesulthanan Turki Usmani yang dimaksudkan untuk meneruskan dinasti Turki sebelumnya.
Kesulthanan ini mampu bertahan selama 8 Abad dengan lingkup wilayah yang sangat luas di Asia, Eropa, dan Afrika.
Jika sebelumnya nama-nama Sulthan Turki Usmani yang terkenal dan sering disebut seperti Usman Al Ghazi sebagai Sulthan pertama, kemudian Muhammad Alfatih yang berhasil merebut Konstantinopel yang menjadi ibukota Bizantium (Romawi Timur ), serta memperluas wilayahnya ke kawasan Eropa, serta Sulaiman Alkanuni yang berhasil membuat sistem manajemen Kesulthanan ketika wilayahnya sudah sangat luas. Kini orang mulai mengetahui tokoh penting lain yang bernama Ertugrul.
Nama Ertugrul mulai dikenal setelah munculnya film berjudul: Dirilis Erthugrul (Kebangkitan Erthugrul) yang bisa diunggah di Youtube. Walaupun cukup panjang karena lebih dari 500 episode yang rata-rata tiap episodenya lebih dari 30 menit, akan tetapi setiap selesai kita menonton satu episode kita penasaran untuk melihat episode berikutnya.
Kombinasi antara kepiawaian diplomasi, ditambah adu cerdik dalam politik, dikombinasi dengan strategi dan taktik militer yang nampak menonjol dan mendominasi setiap episodenya. Yang membuat film ini menarik adalah keberanian dan ketangguhan sang tokoh sebagai seorang pemimpin melakoni perannya.
Lebih dari itu kemampuannya mendeteksi dan meredam berbagai pengkhianatan yang dilakukan anggota sukunya sendiri. Para tokoh dari suku Turki yang merasa terancam atau tersaingi, sampai pada saudara-saudaranya sendiri yang tidak siap menerima konsekwensi dan risiko dari semangat yang dimiliki Erthugrul.
Film ini juga menguras air mata, karena penderitaan yang dialami keluarga dan anggota sukunya mulai dari luka-luka akibat perang, penculikan, dan hilangnya nyawa anggota keluarga berulangkali terjadi, termasuk menimpa diri Erthugrul dan keluarganya.
Film ini semakin menarik karena dibumbui kisah cinta yang tidak selalu berakhir manis sehingga mampu menguras air mata penontonnya berulangkali.
Film yang disutradarai oleh Mehmet Bozdag dan Kemal Tekden yang semula berbahasa Turki yang ditayangkan di TV TRT ini, sudah diterjemahkan dan didubbing ke dalam banyak bahasa dan ditonton oleh lebih dari 100 juta orang.
Film ini semakin membuat penasaran, karena Perdana Menteri Pakistan Imran Khan ikut mengkampanyekannya agar rakyatnya menonton film ini. Sementara di sejumlah negara Arab film ini justru dilarang untuk diputar.
Yang pasti dengan menonton film ini, kita akan disadarkan bahwa kemajuan dan kebesaran sebuah bangsa menuntut kesediaan warganegaranya untuk berjuang, mau bekerja keras, kesiapan untuk berkorban, baik dalam bentuk tetesan air mata, tumpahnya darah, dan hilangnya nyawa yang terus berlanjut dari generasi ke generasi.
(Penulis adalah Pengamat Politik Islam dan Demokrasi)