DARI PAPUA, SEMUANYA AKAN TERBONGKAR
Sebagai pendukung Prabowo, kita ini kecewa dan sakit hati dengan pelaksanaan pemilu yang menurut kita banyak ke anehan. Muaranya, kita beranggapan ada kecurangan yang bermain.
Melihat konflik di Papua saat ini, sebenarnya bisa saja kita lampiaskan kekesalan dan rasa sakit hati pada rezim ini dengan mendukung aksi-aksi warga Papua.
Logikanya begini, jika Papua sampai lepas maka Jokowi adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas lepasnya Papua. Kita tau hal itu akan membuat gejolak baru di masyarakat. Jika kita menumpang di aksi rakyat Papua dengan meramaikannya di sosial media, pasti akan membuat suasana makin panas.
Tapi..
Itu gak kita lakukan. Justru kita inginkan Papua tetap berada di wilayah NKRI. Salut sama teman-teman yang masih memandang Papua adalah daerah yang harus kita pertahankan. Sedikitpun kita gak mau ikut-ikutan berteriak Papua harus merdeka atau Papua harus lepas dari NKRI.
Prabowo sebagai sosok yang kita dukung pun demikian, ingin Papua harus dipertahankan apapun caranya. Imam Besar yang berada di Saudi, juga berkomentar bahwa Papua harus tetap berada di wilayah NKRI.
Tidak ada provokasi dari Prabowo atau Imam Besar agar menimbulkan gejolak baru. Mereka para tokoh yang kita dukung, gak mengambil kesempatan ini untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi dengan permasalahan di Papua.
Secara nurani, kita satu suara dengan pendukung Jokowi yang kita benci bahwa Papua harus dipertahankan dalam wilayah NKRI. Namun secara bedah kasus, harus ada pihak yang bertanggung jawab mengapa Papua bisa menginginkan merdeka dikala segala perhatian sudah tertuju pada diri mereka di 5 tahun Jokowi menjabat.
Jika di Papua suara pemilu kemarin dimenangkan oleh Prabowo, boleh tuduh ada keterlibatan Prabowo atau oknum di lingkaran Prabowo sebagai pihak yang memicu terjadinya konflik. Karena kecewa Prabowo kalah, maka bisa jadi alasannya inginkan merdeka.
Namun lihat..
Papua dimenangkan mutlak oleh Jokowi. 90% suara masyarakat Papua untuk Jokowi. Jadi gak mungkin kerusuhan Papua karena dipicu oleh oknum Gerindra, seorang wanita di Surabaya yang kerap dituduhkan oleh pendukung Jokowi.
Bagaimana mungkin seorang lawan bisa pengaruhi pemilih absolute Jokowi?
Ini sama aja tuduhan bahwa ada HTI yang provokasi rakyat Papua bubarkan Banser. HTI itu agamanya Islam, sedangkan di Papua hampir 70% masyarakatnya beragama Nasrani. Dan mereka Nasrani menolak HTI karena framing yang telah dibentuk oleh pendukung Jokowi.
Kok bisa-bisanya minoritas Muslim pengaruhi mayoritas Nasrani Papua untuk bubarkan Banser? Minoritas yang dituduh anti Pancasila lagi.
Video ini adalah penggalan pernyataan pendeta Simon ketika melakukan orasi di atas mobil dalam aksi masyarakat Papua. Dengarkan omongannya, dengarkan orasinya.
— #JR OPOSISI (@IpungLombok) August 31, 2019
Di situ jelas, permasalahan Papua bukan lah sekedar ucapan rasis semata. Ada kekecewaan yang lebih tinggi di rasakan oleh masyarakat Papua, dimana kecewa itu selama ini mereka simpan dan pendam. Namun, entah kenapa muncul kembali ketika ada ucapan rasis yang keluar dan di viralkan pada masyarakat Papua yang sebelumnya sudah banyak kecewa.
Ibarat ilalang, mereka adalah ilalang yang sudah mengering dan menumpuk di gudang. Saat ada percikan abu rokok yang diterbangkan oleh angin hinggap di atasnya, maka percikan abu itu akan menjadi kobaran api yang membesar. Membakar semuanya dan mengeluarkan hawa panas yang selama ini bisa ditahan.
Kita kritik Jokowi selama 5 tahun berlaku apa saja sampai rakyat Papua merasa ditinggalkan. Bukankah infrastruktur katanya dibangun? Bukankah katanya listrik mulai dirasakan oleh masyarakat Papua? Bukankah harga semen dan harga BBM sudah sama dengan di pulau Jawa?
Lalu kenapa mereka masih mengatakan kecewa? Mengapa mereka masih mengatakan bahwa Jokowi tidak tulus membangun Papua?
Ini mereka sendiri yang mengatakan, bukan orang luar Papua. Bukan saya atau teman-teman yang lain dan non Papua. Saat masyarakat Papua yang berkata, wajar jika kita bertanya...
"Sebenarnya apa yang telah Jokowi lakukan selama ini di Papua?"
Karena warga Papua, justru tidak merasakan ada cinta pada diri Jokowi ketika kerap berkunjung kesana.
Bagi saya, Papua adalah sebuah misteri yang akan menjawab segala propaganda yang pernah dimainkan oleh rezim ini dan pendukungnya. Dan harus dipecahkan, agar publik bisa melihat dan menyaksikan bagaimana Papua bisa diselamatkan.
Rezim ini selalu mengatakan Khilafah sebagai gerakan yang mengancam NKRI. BPIP nya selalu berkata di media bahwa ajaran Khilafah sudah semakin mengkhawatirkan dan bisa membuat NKRI terpecah. BIN dan badan yang mengawasi teroris bahkan sampai berkata bahwa pendidikan PAUD kita sudah terpapar ajaran radikal. Pancasila seperti sebuah mahkota yang selalu dibela namun tidak jelas kemana arahnya.
Dan Papua...menjawab semua propaganda yang mereka lakukan.
Bukan HTI, bukan khilafah dan bukan bendera tauhid yang membunuh puluhan aparat keamanan kita. Melainkan gerombolan pemberontak yang mendiami hutan Papua yang menjunjung bendera bintang kejora.
Belum ada berita aparat keamanan TNI dan kepolisian melakukan operasi besar2an menyisiri hutan Papua untuk memberantas OPM, seperti dulu pernah mereka lakukan kala Santoso, gembong teroris yang melarikan diri di hutan bisa di bunuh oleh pasukan khusus TNI ketika mereka telah melakukan operasi di hutan Sulawesi.
Pancasila yang mereka agungkan, yang mereka banggakan, yang mereka jadikan dasar tuduhan pada pihak2 yang di anggap berlawanan. Ternyata di Papua, justru Pancasila itu tidak di praktekkan sehingga membuat masyarakat Papua kecewa dan meminta merdeka.
Logikanya simple,
Jika Pancasila itu benar ada dan dijalankan sepenuh jiwa, mustahil Papua menuntut merdeka.
Konflik Papua, adalah hukuman bagi pihak2 yang merasa paling menjaga NKRI. Pihak2 yang berafiliasi dengan pemerintah dan selalu menepuk dada atas langkah yang di ambil.
Konflik Papua, adalah konflik antara masyarakatnya dengan pemerintah pusat. Bukan konflik sosial antara masyarakat A dan B. Bukan konflik agama seperti di Ambon dan Poso. Bukti memperlihatkan bahwa yang dirusak adalah bangunan milik pemerintah.
Jika nanti konflik berujung pada kerusuhan antara warga. Maka jelas, siapa yang membelokkan konflik ini untuk menghindari tanggung jawab yang seharusnya mereka emban sebagai penyelenggara negara.
Jangan hanya tau slogan NKRI Harga Mati, tanpa tau cara berjuangnya.
Selamatkan Papua, itu HARGA MATI saat ini.
By Setiawan Budi [fb]