Mahfud MD Jangan Hina Aceh
Oleh: Don Zakiyamani*
Pernyataan Mahfud MD bahwa Prabowo-Sandi menang di Provinsi Islam garis keras tidaklah ilmiah. Salah satu Provinsi yang disebutkannya adalah Aceh. Ia tampaknya jarang jalan-jalan, terutama ke Aceh.
Mahfud MD yang belakangan ini terkesan sebagai tim pemenangan Jokowi sebaiknya meminta maaf kepada rakyat Aceh. Taat aturan Allah bukan berarti Islam garis keras. Pelaksanaan syariat Islam di Aceh tidak seperti bayangan dan delusi dirinya.
Islam di Aceh tidak anti non-Islam, bahkan rakyat Aceh bisa berteman dengan siapa pun. Penganut agama lain tidak pernah diganggu ketika melaksanakan ibadah mereka. Mahfud MD menjadi korban hoaks atau menciptakan hoaks?
Pernyataan penuh tendesius itu bukanlah cermin tokoh bangsa. Wajar bila Jokowi membatalkan pencalonan Mahfud MD meski sudah ukur baju segala. Ternyata pengetahuan Mahfud MD tentang daerah-daerah di Indonesia tidak sementereng gelar akademiknya.
Mahfud MD telah merusak citra Aceh sebagai sebuah bangsa. Ia telah menghina Aceh sebagai entitas dan identitas. Mahfud MD harus bisa membuktikan pernyataannya atau ia telah menyebar fitnah dan kebencian. Ia Mahfud MD telah nyata menghina Islam di Aceh.
Beberapa hal yang perlu Mahfud MD ketahui soal Islam di Aceh adalah masyarakat Aceh tidak mempersoalkan perbedaan mazhab, bahkan Aceh tidak begitu mempersoalkan pernyataan Ahok yang didemo berjilid-jilid. Kalau pelaksanaan syariat Islam mengganggu pusat, maka silakan lepas Aceh dari Indonesia.
Mahfud MD tampak tidak menggunakan prinsip ilmiah bahwa Prabowo-Sandi memang di Aceh karena rakyat Aceh pemilih cerdas. Kalau Islam garis keras, pasti rakyat Aceh akan memilih ulama (Ma'ruf Amin). Tapi faktanya, rakyat Aceh malah memilih Prabowo yang Islam-nya diragukan banyak orang.
Harusnya Mahfud MD mengeluarkan pernyataan menyejukkan di tengah ancaman konflik vertikal dan horizontal. Kini, atas ucapan tersebut, Mahfud MD telah mengkapling Indonesia berdasarkan pemilih Prabowo dan Jokowi.
Pernyataan Mahfud MD tidak mencerminkan ia sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Mahfud MD harusnya mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila, bukan sebaliknya.
Seorang mantan Ketua MK dan kini anggota Dewan Pengarah BPIP tidaklah pantas mengeluarkan pernyataan yang rasis. Sangat disayangkan tuduhan bahwa Islam di Aceh merupakan Islam garis keras.
Mahfud MD sebaiknya meminta maaf kepada rakyat Aceh, Jawa Barat, maupun daerah lain yang diklaim terdapat Islam garis keras karena Jokowi kalah. Mahfud MD kelihatan nalarnya makin pendek, tidak objektif dalam melihat dan menilai realitas politik.
Pernyataan Mahfud MD juga mendahului hasil rekapitulasi KPU. Seolah-olah Jokowi sudah pasti menang. Tawaran rekonsiliasi namun didahului pernyataan rasis bukanlah solusi. Malah ada paradoks di sana, dan Mahfud MD telah menghidupkan kembali sentimen Islam.
Saya tak tahu apakah rakyat Aceh ikhlas disebut sebagai Islam garis keras. Satu hal yang pasti, ucapan tersebut tidak didasari penelitian. Jika ada dalil yang mendukung pernyataannya, silakan Mahfud MD sampaikan. Saya heran dengan pernyataan seseorang yang gelarnya seabrek.
Sejauh ini saya belum mendapatkan bukti bahwa Islam di Aceh termasuk Islam garis keras. Setidaknya gereja-geraja masih kokoh, rumah ibadah agama lain juga masih melangsungkan ibadah tanpa pernah terjadi insiden bom.
Fanatisme kepada Islam di Aceh bukanlah argumen yang cocok untuk mengeklaim Aceh sebagai daerah Islam garis keras. Bahkan Aceh tidak pernah mewacanakan khilafah atau berkeinginan membentuk negara Islam. Wajar saja kalau saya dan barangkali rakyat Aceh heran dengan klaim Mahfud MD.
Saya heran dengan Mahfud MD yang seolah tokoh paling bijak namun kesulitan berargumen dengan benar. Mahfud MD, kalau ingin menjilat penguasa, sebaiknya jangan begitu caranya. Orientasi politik Anda sudah terbaca; semua sudah tahu Anda dukung siapa.
Mahfud MD sudah kehilangan momen. Barangkali peran yang dimainkan saat ini ialah membentuk opini bahwa Jokowi telah menang. Peran Mahfud MD saat ini seolah tokoh netral yang bisa mengakomodasi semua pihak. Sayangnya, tidak semua pihak terhipnotis dengan peran pura-pura bijak.
Sebagai cawapres batal, harusnya Mahfud MD menunggu 2024. Tak perlu cari sensasi berlebihan, tidak ada pemilu tahun depan (2020). Jangan tampakkan kegalauan Anda yang batal dipilih Jokowi. Menurut saya, kalau Jokowi menang, Anda bakal dapat jabatan, jadi tenang saja. Tak perlu menghina provinsi-provinsi di mana Jokowi kalah.
Kalau boleh saran, siapa pun presiden terpilih, sebaiknya beri jabatan untuk Mahfud MD. Namun harus serius, jangan sudah janji berikan jabatan namun dibatalin ketika sudah ukur baju.
Saya percaya ada jabatan yang cocok bagi Mahfud MD. Sebagai mantan Ketua MK dan mantan bakal calon wakil presiden, Mahfud MD masih punya kapasitas dalam kabinet.
Saya yakin rakyat Aceh maupun provinsi yang dihina Mahfud MD akan memaafkan seandainya ia meminta maaf. Semoga Mahfud MD segera ke Aceh, menyaksikan sendiri bagaimana toleransi dibangun tanpa perlu imbauan dari pihak mana pun.
*Sumber: https://www.qureta.com/post/mahfud-md-jangan-hina-aceh
Bagaimana mungkin Pak @mohmahfudmd yg menyatakan dirinya menggerakkan suluh kebangsaan justru mengeluarkan pernyataan keruh kebangsaan dg menuduh daerah sprt Aceh, Sumbar, Jawa Barat dst yg dukung Prabowo adl daerah Islam Garis keras.
— Dahnil A Simanjuntak (@Dahnilanzar) 28 April 2019