[PORTAL-ISLAM.ID] Para pedagang “sepatu biru raiso” (blue shoe can’t) mengeluhkan barang dagangan mereka tak laku lagi dijual. “Tak ada yang mau beli,” kata mereka. Ketika ditanya mengapa masyarakat tak mau membeli, mereka sendiri tidak tahu.
Catatan: Supaya mudah menuliskannya, kita sebut saja “blue shoe can’t” menjadi “blusukan”, sesuai ucapan Indonesia saja.
Para pedagang mengatakan, mereka membeli blusukan pada 2014 dalam jumlah besar. Tujuannya ialah supaya bisa dijual dengan untung besar pada musim kunjungan keliling 2018. Mereka memperkirakan misi keliling kampung, pasar becek, dan gorong-gorong akan menaikkan permintaan blusukan. Jadi, mereka simpanlah blusukan di gudang untuk dipasarkan pada 2018 ini.
Mereka merasa tertipu. Blusukan tak diminati lagi. Bahkan dijual obral pun tak ada yang mau membeli. Mereka kemudian menguji masyarakat apakah mereka akan berebut kalau dibagikan cuma-cuma (gratis).
Ternyata dibagi gratis pun, tidak juga. Orang-orang lewat begitu saja. Tak ada yang “menerge” (perduli). Para pedagang sangat heran.
Mereka kemudian menjumpai prosuden blusukan. Para pedagang ingin tahu mengapa blusukan tak diminati. Anehnya, pembuat blusukan (sepatu biru raiso) tidak melayani keluhan pedagang.
Mereka kemudian mendatangi lembaga penelitian produk dan lembaga konsumen. Mereka meminta bantuan untuk menjelaskan fenomena ini. Para pedagang itu semakin penasaran.
Selidik punya selidik, ternyata masa berlaku blusukan hanya sampai Desember 2014. Ini baru diketahui setelah para penyelia produk meneliti dengan saksama kemasan blusukan.
Seorang peneliti dengan alat pembaca hologram menemukan tulisan dalam bahasa Inggris seperti berikut ini:
Product Name: Blue Shoe Can’t (Blusukan)
Expiry Date: December 2014.
Terjemahan:
Nama Produk: Blusukan
Tanggal Usang: Desember 2014
Setelah mendapat penjelasan ini, para pedagang menjadi mengerti mengapa blusukan tak laku lagi dijual. Rupanya, produk ini tak bisa bertahan lama. Karena terbuat dari bahan-bahan palsu.
Para pedagang mengatakan, banyak pembeli blusukan tahun 2014 mendatangi mereka sambil melemparkan produk palsu itu.
“Jangan lagi jual blusukan di sini,” kata para pembeli 2014. “Palsu. Tipuan semua,” ujar mereka dengan nada tinggi.
Penulis: Asyari Usman