TERUNGKAP! Ini Alasan SBY Dukung Prabowo


[PORTAL-ISLAM.ID]  Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menggelar konferensi pers terkait manuver yang selama ini dilakukan partainya jelang pendaftaran capres-cawapres 4 hingga 10 Agustus mendatang. Dalam konferensi pers itu, ia memperjelas sikap partainya yang tak bisa bergabung dengan koalisi Jokowi.

Tak hanya soal itu, SBY juga memberi sejumlah klarifikasi terhadap pernyataan kubu Jokowi yang dinilainya tidak benar. Berikut 6 pernyataan SBY yang disampaikan di kediamannya, di Mega Kuningan, Jakarta Selatan:

1. Tutup Buku dengan Jokowi

SBY mengaku saat ini partainya lebih condong dekat dengan koalisi Prabowo Subianto. Sebab, ia mengaku ada sejumlah hambatan yang membuat partainya tak bisa bergabung dengan koalisi Jokowi.

"Jadi tidak begitu saja tutup buku dengan Pak Jokowi dan buka buku dengan Pak Prabowo. Saya harus katakan nampaknya ada hambatan dari Demokrat untuk ada di dalam koalisi," ujar SBY.

Maka, meski menghormati segala upaya yang dilakukan oleh Jokowi, namun SBY melihat kans terbentuknya koalisi sudah tidak mungkin.

"Oleh karena itu tanpa meninggalkan luka apa pun, saya dengan Pak Jokowi, saya menghormati dengan beliau, tetapi barangkali jalan itu tidak terbuka dengan baik dan kami mengerti," ujarnya.

2. Hubungan dengan Megawati yang Belum Pulih

Salah satu alasan SBY tak bisa berkoalisi dengan Jokowi adalah karena hubungan pribadinya dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang hingga saat ini belum membaik.

"Tapi karena melihat realitas hubungan dengan Ibu Mega masih belum pulih, masih ada jarak di situ," ucap SBY.

SBY mengatakan, ia sudah berupaya memperbaiki hubungannya dengan Megawati. Bahkan melalui bantuan suami Megawati, almarhum Taufiq Kiemas. Namun, hal itu rupanya belum membuahkan hasil.

"Mendiang sahabat saya Taufiq Kiemas berupaya untuk memulihkan hubungan kami berdua tapi Allah belum menakdirkan. Saya tetap menghormati beliau sebagai presiden saya. Tidak akan pernah hilanghormat saya ke beliau," tutur dia.

3. SBY Akui Ditawari Jatah Menteri oleh Jokowi

Selama setahun lebih, SBY mengatakan, telah melakukan penjajakan dengan Jokowi. Ia mengaku sudah bertemu dengan Jokowi selama lima kali dalam satahun terakhir.

Menurut SBY, dalam pertemuan-pertemuan itu Jokowi sempat menawarkan posisi menteri kepada Partai Demokrat, sebagai imbalan jika partai berlambang mercy itu bergabung dengan koalisinya di Pilpres 2019.

"Pak Jokowi memang mengatakan kalau Partai Demokrat di dalam (koalisi), tentu ada posisi-posisi menteri sebagaimana partai yang lain," tutur SBY.

Meski demikian, SBY meniilai kontrak politik yang ditawarkan Jokowi adalah hal yang wajar. Apalagi, ia sendiri juga pernah berpengalaman menjadi capres sebanyak dua kali.

"Jadi wajar, tapi saya garis bawahi, beliau tidak pernah tawarkan cawapres. Saya juga tidak pernah minta posisi cawapres dan mengajukan posisi," lanjutnya.

4. SBY Tak Pernah Tawarkan AHY Jadi Cawapres ke Jokowi

Meski sudah melakukan lobi-lobi dan komunikasi politik selama setahun, SBY mengaku tak pernah menawarkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, untuk dijadikan cawapres Jokowi.

"Saya ceritakan, saya tidak pernah mengajukan kepada Pak Jokowi cawapres dari Partai Demokrat, tidak pernah. Termasuk yang disebut-sebut, AHY, tidak pernah. Silakan dicek ke Pak Jokowi," ucap Presiden ke-6 RI tersebut.

Begitu juga sebaliknya, SBY juga mengatakan, Jokowi tak pernah menawarkan posisi cawapres kepada Partai Demokrat. Menurutnya, komunikasi politik yang selama ini ia jalin adalah soal lobi-lobi dukungan Partai Demokrat di laga pilpres, bukan soal posisi cawapres.

"Beliau juga tidak tawarkan posisi (cawapres) itu, tapi kami terus laksanakan pertemuan," tuturnya.

5. Beri Peringatan ke Romy

Dalam konferensi pers yang digelar di rumahnya, SBY sempat geram dengan pernyataan pimpinan-pimpinan parpol koalisi Jokowi, salah satunya Ketum PPP Romahurmuziy (Romy).

SBY mengaku tak terima dengan tudingan Romy yang menyebut Demokrat tak jadi berkoalisi dengan Jokowi lantaran tawaran cawapres yang disodorkan Demokrat tak diterima parpol koalisi.

"Kalau saya mendengar dari Bung Romy pimpinan PPP, seolah-olah SBY tidak jadi berkoalisi dengan Pak Jokowi lantaran yang ditawarkan jadi cawapres tidak diwadahi, salah. Saya harap Bung Romy hati-hati dalam mengeluarkan statement, tidak baik mengeluarkan statement tanpa dasar yang kuat," tegasnya.

Hal itu juga yang menjadi alasan Partai Demokrat kini cenderung memberikan dukungannya kepada kubu Prabowo.

6. SBY Ingatkan Ngabalin

Salah seorang wartawan yang hadir dalam konferensi pers bertanya kepada SBY soal pertanyaan Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin. Dalam pertanyaannya, disebutkan bahwa SBY tidak izin Jokowi untuk mendukung Prabowo di ajang pilpres.

Padahal, Ngabalin tak pernah berkata demikian. Ia hanya menegaskan antara SBY dan Jokowi sudah tak ada hambatan karena AHY mendapat tawaran posisi menteri.

"Saya tidak harus izin dengan beliau. SBY bukan bawahan Jokowi. Kami saling hormat menghormati. Kalau itu keluar dari Ngabalin hati-hati kalau berbicara," ucap SBY, geram.

"Saya tidak mengatakan ini hambatan dengan Pak Jokowi tetapi ada hambatan dengan koalisi. Bukan dengan Pak Jokowi, hubungan saya dengan Pak Jokowi tetap baik," lanjut dia.

SBY juga mengingatkan agar jangan ada yang menyimpulkan bahwa hubungannya dengan Jokowi ada masalah. "Dan tidak ada kata-kata harus minta izin. Saya tidak tahu sekolahnya di mana," ucap SBY

Sumber: Kumparan
Baca juga :