Gempar! Densus 88 Diduga Salah Sasaran

[Beni (kiri) bersama istri Delima diabadikan saat momen wisuda TK anaknya Sakinah sekitar seminggu lalu. Waspada/Ist]

[PORTAL-ISLAM.ID] TANJUNGBALAI - Masyarakat di Kota Tanjungbalai dan Asahan gempar dengan kabar bahwa Pasukan Densus 88 Anti Teror yang menggerebek sejumlah terduga teroris salah sasaran, Jumat (18/5/2018).

Korban penembakan, Beni, 34, warga Rusunawa, Lingk. 4 Kel Seiraja, Kec. Seitualang Raso, Kota Tanjungbalai yang semula disebut-sebut terduga teroris, ternyata tidak ada hubungannya dengan kelompok Bud Cs. Beni sendiri berada di rumah Bud (adik Beni), karena ingin mengetahui kabar ibunya, Nuraini (sempat diamankan Densus lalu dibebaskan), yang sedang sakit.

Dewi, 25, adik korban yang menyaksikan langsung tragedi penembakan itu menuturkan saat kejadian Beni datang ke TKP di Jln Kol Yos Sudarso, Lingk. 4 Kel Betingkuala Kapias menggunakan becak miliknya. Beni ingin masuk dan menanyakan kondisi ibunya yang tengah dirawat di rumah sakit.

Ternyata saat itu anggota Densus 88 sudah ada di depan rumah dan mencegat Beni. Anggota Densus lalu bertanya kepada Beni tentang hubungannya dengan Bud, lalu dijawab Bud adalah adiknya. Seketika Densus menembak kaki dan paha Beni yang sempat berlari menjauh dari Densus.

“Bang Beni tidak cocok sama bang Bud, karena pemahaman mereka berbeda, bang Beni gak salah kok ditembak,” kata Dewi. Nuraini, 53, ibu korban juga membenarkan Beni tidak termasuk dalam kelompok Bud. Beni dan Bud pemahamannya berseberangan sehingga dia yakin anak tertuanya itu tidak bersalah.

Tetangga Beni di Rusunawa, Awal, 43, Jai, 48, dan Ijul, 52 juga terkejut mendengar Beni ditembak karena terlibat teroris. Mereka tidak percaya karena kesehariannya tidak menunjukkan gelagat mencurigakan, bahkan Beni sendiri sangat bergaul dengan masyarakat sekitar.

Dari segi berpakaian ungkap Awal, Beni lebih sering bercelana pendek saat menarik becak, dan jika ada yang meninggal dia juga ikut takziah. Di sisi lain, istri Beni tidak menggunakan cadar sebagaimana terduga teroris pada umumnya. Istri Beni katanya juga akrab dengan warga Rusunawa.

“Masak Beni dibilang teroris, padahal kami sering main kartu sama, kerja membaguskan becak orang, nyari botot sama, tebodoh kami mendengar kabar itu,” ungkap Awal, Jai, dan Ijul seirama.

Sekjen Forum Umat Islam, Lutvi Ananda Hasibuan juga mengaku mengenal dekat pribadi Beni. Menurutnya, Beni ini pengetahuannya awam, jangankan ikut pengajian, shalatnya saja masih ‘bolong-bolong’.

“Saya pernah tinggal dengan bang Beni di Rusunawa, dia sempat bilang ke adiknya Bud agar jangan sering-sering berkumpul di rumah ibu mereka, karena kalau terjadi sesuatu, bukan hanya mereka yang kena, ibu dan adiknya mereka juga nanti terimbas, jadi saya yakin, Beni ini bukan teroris,” kata Luthvi.

Istri korban, Delima, 33, juga mengatakan hal yang sama. Beni katanya tidak pernah ikut perkumpulan iparnya Bud. Beni kesehariannya menarik becak dengan penampilan masyarakat pada umumnya seperti bercelana pendek, bahkan shalat sendiri Beni sering bolong-bolong.

Delima mengaku saat ini tidak mengetahui keberadaan suami tercintanya apakah masih hidup atau sudah meninggal. Namun, sejak penangkapan itu, dirinya terus dilanda kesulitan terutama dalam hal ekonomi, karena Beni adalah tulang punggung keluarganya.

“Suami saya menarik becak Pak, saya sendiri berjualan makanan dan minuman ringan di depan sekolah, saat ini saya pun tak kerja, entah dari mana lagi kami mencari makan Pak,” kata Delima dengan mata berkaca. Saat ini ungkap wanita itu, dirinya harus berjuang menafkahi dua putrinya yang masih kecil-kecil, apalagi katanya dirinya sedang berbadan dua.

Anak pertama katanya bernama Sakinah, 5, tahun baru wisuda TK, dan kedua Cahaya, umur delapan bulan. Delima berharap suaminya dipulangkan ke keluarganya karena mereka sangat membutuhkan sosok ayahnya.

“Tolong suami saya dikembalikan dengan selamat, dia tidak bersalah, kami butuh dia,” ujar Delima dengan suara tersedak menahan tangis. Saat wawancara, Delima beberapa kali muntah karena efek jabang bayi yang ada dalam perutnya.

Ketua FUI, Indra Syah, menyesalkan tindakan Densus 88 yang diduga tidak prosedural. Seharusnya ungkap Indra, petugas sudah memiliki data akurat siapa saja yang menjadi target. “Kita sangat menyesalkan penembakan ini, banyak masyarakat menjelaskan bahwa Beni bertolak belakang dengan adiknya Bud. (a32)

Sumber: http://waspadamedan.com/index.php/2018/05/18/gempar-densus-88-diduga-salah-sasaran/

Baca juga :