NGAKAK! Zeng Wei Jian: Ahoker Udik Ribut Soal Becak


[PORTAL-ISLAM.ID]  Ahoker benci Anies. Itu pasti. Jurnalis Dick Lyles berkata, “Hate makes people stupid“. Salah satu ciri Ahoker, ya Go-Block. Ngga tau tapi sok tau. Benar kata Rio Sumantri, “Too much hate, makes people crazy“.

Nyender pada kualitas bencinya, posisi Ahoker ada di antara standpoint: stupid dan crazy.
Anies punya rencana: izinkan becak. Ahoker merespon dengan memes. Setiap hari, publik diguyur meme bombardment.
Kontennya jahat. Norak. Fitnah dan Hoax. Ngasal. Sik penting bisa caci-maki Anies.

Asem tenan, Ahoker giat usaha mencitrakan diri sebagai “orang kota”. Padahal ngga lebih dari Metropolitan garbage cans. Alis di-tattoo. Pake blue jeans. Nge-blonde tapi “buceri”. Alhasil, jadinya dekil dan kumuh.
They think they are smart ass. Bikin komparasi foto electric train di Singapore versus becak reyot ala Jakarta.

Mereka kira, becak itu outmoded.
Old fashion trash from the past. Ngga compatible dengan gaya-gayaan kota besar yang modern. Syahdan, mereka kurang piknik. “Udik..!” kata Geisz Chalifah.

Todays, ada sekitar 4 juta becak beroperasi di seluruh dunia. Becak or Pedicab ada di Budapest, Barcelona, Oxford, Sydney, Chiang Mai, Vancouver, Berlin hingga
Shanghai. Hanya Jakarta dan Pakistan yang melarang operasi becak.

Di Madagaskar, becak disebut cyclo pousse. Jadi moda transportasi umum. Sering juga disebut pousse-pousse atau push push yang artinya gowes-gowes.
Selain bernama pedicab, becak dikenal dengan sebutan velotaxi, rickshaw, cyclo, bikecab bicitaxi, dan taxi ecologico.

Di Amerika, becak rolling about the city. Bebas. Lepas. Ngga dihina. Ngga dinista. Di city centers, park lands, sports stadia, nightlife districts, dan tourist heavy areas.

Ahoker memang sableng. Mereka pelintir berita. Seolah Anies mau jadikan Jakarta sebagai ibukota becak. Padahal Dhaka adalah
Rickshaw Capital of the World. Sekitar 400 ribu unit becak beroperasi di sana. Jauh lebih banyak dengan jumlah becak di Auckland yang hanya punya 19 unit.

Sekali pun becak bikin Dhaka jadi macet, crowded, semerawut dan kacau balau tapi anehnya becak sering ajadi simbol seni Bangladesh. Becak muncul di lukisan dan handycraft.

Anies ngga berpikir memadati Jakarta dengan segitu banyak becak. Ahoker jangan ngawur lah.
Hanya Gubernur Wiyogo Atmodarminto yang menyatakan becak identik dengan exploitation de l’homme par l’homme. Entah dari mana rumusnya. Alhasil, puluhan ribu becak diberangus. Dibuang ke laut. Sebagai rumpon. Yang untung, pengusaha automobile. Problem kemiskinan? Tetap ngga berubah. Orang miskin semakin susah cari nafkah.

Daripada jadi rampok, profesi penarik becak lebih terhormat. At least, biasa aja itu profesi. Cuma Ahoker yang menghina profesi tukang becak. Sok kaya. Ngga pernah nonton film Pedicab Driver (1989) yang dibintangi
Sammo Hung kali ya.

Akibat tidak dikelola dengan benar, becak dinista. Padahal di Eropa dan Amerika, produsen becak hidup secara profesional. Misalnya, Eco-chariots, London Pedicabs, Tikki Tikki, Coaster Pedicab, Velotaxi GmbH, Paradise Pedicabs dan sebagainya.
Di tahun 2000an, ada inovasi becak listrik. Electric-assist pedica didesain di Jerman, diproduksi di Czech Republic dan dikloning di China.

Januari 2008, New York justru larang becak listrik. The City Council hanya mengizinkan muscle power pedicab. Alias becak-gowes.

Selain listrik, Thomas Lundy of Amsterdam mengadopsi becak semi-solar powered. Ahoker boro-boro bisa bikin becak tenaga surya, kepikiran pun ngga. Tapi bawelnya minta ampun. Cerigis.

So, becak punya banyak manfaat bila dikelola dengan benar. Biarkan Anies berimprovisasi. Semoga sukses.

THE END

Penulis: Zeng Wei Jian
Baca juga :