ADA YANG "HILANG" DARI JAKARTA


ADA YANG HILANG DARI JAKARTA

by Tb Ardi Januar*

Ada yang hilang dari Jakarta. Dulu kota ini memiliki pemimpin yang tak ramah dan doyan mengumbar amarah. Pemimpin yang lisannya kerap memecah belah dan membuat konflik menjadi pecah. Pemimpin yang sering membuat rakyat kecil jadi susah.

Ada yang hilang dari Jakarta. Tak ada lagi demonstran yang dicaci maki. Tak ada lagi seorang ibu yang dibentak dengan sebutan maling alias pencuri. Tak ada lagi rakyat kecil yang menangis karena tempat tinggalnya dieksekusi. Tak ada lagi kebijakan yang mengundang kontroversi. Tak ada lagi pernyataan yang membuat naiknya tensi.

Ada yang hilang dari Jakarta. Kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil kini tak ada lagi. Kampung Aquarium kembali berdiri. Bukit Duri kembali berseri. Tanah Abang tertata rapi. Jalan Thamrin boleh dilalui sepeda motor kembali. Semua terjadi atas dasar keadilan nurani dan atas nama hak asasi.

Ada yang hilang dari Jakarta. Tak ada lagi golongan tertentu yang merasa terluka dan disakiti. Kini Monas kembali dibolehkan untuk kegiatan rohani. Masjid didatangi, gereja disambangi, pura dikunjungi, pemuka agama disowani, kalangan minoritas diayomi. Semua dilakukan sebagai wujud kecintaan kepada kota ini.

Ada yang hilang dari Jakarta. Tak ada lagi konflik antar lembaga. Dengan DPRD, dengan BPK, dengan KPK, dengan LSM, dengan Ormas, bahkan dengan pemerintah pusat sekalipun dapat bekerjasama. Tak ada aksi saling serang di media. Tak ada manuver untuk menjaga citra. Semua dirangkul untuk bekerja mengawasi Jakarta.

Ada yang hilang dari Jakarta. Keraguan hati untuk menunaikan janji ternyata dalam waktu singkat bisa ditepati. Rumah tanpa DP sudah terbukti. Program Oke Oce sudah berdiri. Program Oke Otrip dijalani. Alexis sudah tak ada lagi. Dan tetap konsisten menolak dilanjutkannya reklamasi. Janji saat kampanye satu per satu ditunaikan sepenuh hati.

Ada yang hilang dari Jakarta. Tubuh Anies Baswedan semakin kurus. Wajah Sandiaga Uno semakin tirus. Kenyamanan waktu mereka kini tergerus. Mereka tak mau Jakarta salah urus. Persetan dengan hinaan dan bully hatter yang terus menerus.

Ada yang hilang dari Jakarta. Amarah menjadi amanah. Keras menjadi ikhlas. Kesombongan menjadi kesantunan. Kesenjangan menjadi kesetaraan. Predikat penista menjadi pekerja. Pro konglomerat menjadi pro rakyat. Benar-benar 100 hari yang menggembirakan.

Terima kasih Mas Anies dan Bang Sandi.

(Sumber: fb penulis)

Baca juga :