Fahri Hamzah Untuk 2019


Fahri Hamzah Untuk 2019

Oleh: Dulatip*

Adalah Fahri Hamzah, seorang tokoh muda di parlemen yang tiap hari muncul baik di media jurnalistik maupun di media Sosial. Gua gak terlalu tau asal-usulnya secara detil. Ringkasnya, gua cuma tahu dia seorang Anggota legislatif asal Sumbawa, bagian kecil di provinsi NTB dari sebuah parpol puritan yang sekarang lagi gencar mempermasalahkan kedudukan Fahri sebagai Wakil Ketua di DPR karena partainya tersebut ngerasa telah mecat Fahri sejak tahun lalu.

Orang yang gemar ngikutin berita-berita politik nasional pasti tahu sosok Fahri yang sering tampil dengan wacana-wacana kontroversial ini. Mulai dari gigihnya nembak orang-orang yang diduga jadi dalang kasus Bank Century, mengkritik KPK tiada henti yang sampe pada puncaknya mengeluarkan gagasan secara blak-blakan untuk membubarkan KPK. Sejak saat itu, bully terhadap dirinya seolah tiada akhir.

Dibalik keteguhan pemikirannya yang terus mengoposisi kinerja dan keberadaan KPK, sebenernya dia memiliki pemikiran yang menarik dan substansial. Pertanyaanya yang tak mudah dijawab bahkan oleh para pakar dan penegak hukum itu sendiri adalah “kemana arah pemberantasan korupsi dan harus berapa lama negara memberikan mandat terhadap KPK untuk memberantas korupsi di negara ini?”

Kalo merujuk pada buku-buku yang dia keluarkan tentang korupsi, tampak jelas bahwa Fahri adalah seorang politisi yang antikorupsi namun mengkritisi model pemberantasan korupsi terutama oleh KPK secara ekstrim karena ia anggap kagak pro justitia, lamban dan tebang pilih. Kalo mau berpijak pada fakta, belakangan memang terkuak bahwa KPK bukan sekali dua kali melakukan pelanggaran seperti drama penangkapan yang kagak sesuai dengan KUHAP sehingga mereka dikalahkan di praperadilan beberapa tersangka korupsi. Lamban dan tebang pilih seolah udah melekat pada kinerja KPK terutama menyangkut orang-orang di lingkar kekuasaan tertinggi dan pelaku bisnis yang menggurita.


Mana tau di lain kesempatan gua bisa ulas tentang hal di atas, namun saaat ini gua lebih tertarik membahas karakter dan gagasan penting Fahri Hamzah, yang biasa disebut singa senayan oleh para penggemarnya (”,).

Gua sebagai orang yang terbiasa mengamati politisi baik via media sosial maupun media lainnya, cukup lama mengenal Fahri (bukan secara pribadi). Dalam demokrasi di ruang media sosial, Fahri yang gua tau adalah seseorang yang tangguh, kukuh memegang semua pemikirannya yang dengan gigih selalu dia kemukakan baik dengan dukungan massa yang pro maupun ketika dia tampak berjalan sendiri. Tak ayal, caci maki, hujatan dan hinaan senantiasa dia peroleh dalam kesehariannya di media sosial. Sebuah karakter yang unik ketika seorang Fahri Hamzah yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua DPR menerima semua cercaan terhadapnya secara santai. Gua kagak pernah tau ada sebuah akun yang mengeluh karena dia telah diblokir untuk mengakses semua celotehnya.

Buat sebagian orang sikap Fahri yang tangguh di sosial media ini dianggap sikap yang gak penting. Namun, buat gua pribadi seorang Fahri yang membiarkan semua hujatan itu masuk ke tab mention dia adalah sikap arif dan terhormat. Gua kagak menjumpai politisi yang duduk dengan jabatan cukup prestisius seperti Fahri rela dirinya dimaki-maki setiap hari tanpa memblokir atau melaporkannya ke pihak berwajib. Gua mulai melihat Fahri sebagai sosok demokrat tulen dari hal seperti ini.

Membiasakan diri bergelut dengan perbedaan pendapat membuat pemikiran Fahri kian matang. Dia kagak gagap bicara tentang topik apapun. Penampilannya di TV selalu ditunggu oleh pendukung maupun penentangnya seolah mereka kagak sabar untuk berkomentar tentang konten-konten pembicaraan Fahri. Menurut gua, dia seorang politisi yang terbiasa membaca sebuah permasalahan secara utuh mulai dari akar hingga ranting. Itulah sebabnya ketika dia bicara dalam topik apapun, penjelasan dan narasinya selalu panjang lebar, ia baca sebuah masalah dari spektrum yang luas disertai gambar besar yang ia paparkan.

Di antara sekian banyak gagasan Fahri Hamzah, penegakan hukum sebagai solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa adalah pemikiran paling brilian yang pernah ia kemukakan. Pada saat hampir seluruh manusia Indonesia berbicara pemberantasan korupsi, Fahri adalah seorang legislator yang berkata bahwa sesungguhnya negara ini dipenuhi pelbagai persoalan karena hukum di negara ini tidak pernah ditegakkan secara adil dan konsisten. Menurut Fahri yang bukan seorang sarjana hukum, Semua persoalan di negeri ini bisa diselesaikan bukan dengan jalan memberantas korupsi, namun dengan cara menegakkan hukum. Kagak cuma korupsi, persoalan yang kian mengemuka seperti intoleransi yang jadi gorengan pemerintah, berbagai masalah akan perlahan-lahan selesai melalui konsep penegakkan hukum sebagai sebuah solusi bagi negeri tercinta ini. Dengan penegakkan hukum yang baik seperti taat asas tanpa tebang pilih, dengan sendirinya masyarakat akan memberikan trust terhadap pemerintah. Dengan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat situasi akan makin kondusif yang pada akhirnya ekonomi akan tumbuh.

Khusus tentang pemberantasan korupsi, Fahri emang orang yang ekstrim yang berani berkata kagak butuh KPK untuk memberantas korupsi andai ia jadi presiden. Konsep yang dia kemukakan adalah model pemberantasan korupsi yang dipimpin langsung oleh pemangku jabatan eksekutif tertinggi yaitu Presiden. Dia berbicara seperti itu bukan tanpa argumen. Dalam buku yang dia tulis, dia telah meriset anatomi korupsi selama bertahun-tahun. Untuk ini, Fahri bukan bicara pepesan kosong seperti seorang wali kota yang tiba-tiba bicara tentang mudahnya penanganan banjir dan macet di ibu kota tanpa pernah melakukan riset terlebih dahulu.

Fahri -seorang politisi yang dibesarkan di lingkungan politik ideologis yang barang tentu lekat dengan isu-isu sektarian di lingkungan yang membesarkannya- adalah politisi yang unik. Seperti ikan di laut yang tak pernah asin, dia pandai menjauhkan diri dari isu-isu tentang friksi baik dalam agamanya maupun isu primordial lainnya seperti ras dan kesukuan. Ia senantiasa hadir tanpa mengemukakan isu-isu primordial sebagai topik utamanya. Ini menjadi kontras dengan label yang selama ini dilekatkan oleh lawan-lawan politik tempat ia dibesarkan.

Menjadi pendiri gerakan mahasiswa sekaligus pendiri partai, Fahri menurut gua bisa dibilang politisi yang matang. Memenangkan kursi DPR selama tiga kali berturut-turut, aktif mengkritik pemerintahan lintas rezim dan seorang orator yang mampu bakar semangat audiens. Untuk yang terakhir, gua yakin orang yang hadir langsung pada Reuni 212 kemaren pernah ngerasain semangat yang digelorakan sama Fahri.

Kita pernah memiliki Presiden-Presiden dengan latar belakang militer, berlatar belakang kepala daerah yang fokus pada pembangunan infrastruktur namun gak memberi dampak langsung yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penindakan hukum yang cenderung pro pada rejim serta pendukungnya dan lain-lain. Lantas kenapa kita kagak coba kasih kesempatan pada seorang aktifis untuk memimpin negara ini?

Fahri Hamzah yang kritis, seorang pemberani meski harus melawan arus tanpa dukungan yang luas, tegas, selalu berbicara substantif, memiliki konsep, pembelajar yang baik, dari semua narasi-narasi yang dia sampaikan sangat cerdas dan lugas. Ia tak cuma aset partai tempat dia dibesarkan, lebih dari itu ia adalah aset bangsa yang sangat diperlukan tetap berada di ruang lingkup politik.

Silakan bandingkan sendiri isi kepalanya (gagasan & konsep) dengan para calon-calon pendatang baru yang sama-sama kagak bisa diukur prestasinya di eksekutif. Rasanya kita udah bosen dengan calon-calon pemimpin yang penuh janji manis, berbicara besar namun kosong. Atau mau ikutin pola lama seperti popularitas sebagai alat utama mempresentasikan calon presiden? Gagal jangan berulang, broooh!

Mas Agus Yudhoyono, Pak Gatot Nurmantio, Cak Imin Now, Pak Zul Hasan dan lain-lain, Anda semua harus punya kemampuan naratif, keberanian mengambil sikap dan memiliki konsep seperti Fahri Hamzah agar masyarakat mampu mencerna apa yang akan anda-anda lakukan nanti. Kalo Pak jokowimah kita udah tahu semua kapasitas beliau seperti apa….

Sekian.

*Sumber: https://dulatip.com/blog/fahri-hamzah-untuk-2019/


Baca juga :