Kisah Ibu Pemasak Batu di Zaman Umar Bin Khattab, Kini Terjadi di Indonesia


[PORTAL-ISLAM.ID]  Diberitakan dari sebuah stasiun televisi yang menayangkan seorang wargau usia lanjut bernama Niarti (60), Jalan Apel, Gang Jambu Air, Kecamatan Pontianak Barat, Kalimantan Barat. Niarti terpaksa meminum air rebusa batu untuk bertahan hidup selama 1 tahun terakhir (Pontianak, KabarBerita.id).

Nenek Niarti hanya hidup sebatang kara dan selama 10 tahun terahir beliau sering menderita sakit-sakitan. Jangankan untuk berobat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja beliau tidak punya uang. Sehingga untuk bertahan hidup beliau hanya meminum rebusan batu. Selain itu, kondisi rumah beliau juga sangat memprihatinkan dengan kondisi ruangan yang pengap dan banyak batu berserakan. Untuk memasak beliau menggunakan tungku yang terbuat dari batu yang disimpan diluar rumah. Berita ini sontak menjadi viral dimedia sosial dan menjadi konsumsi publik.

Sungguh memprihatinkan, di mana pada saat ini Negara kita terbilang sudah merdeka selama 72 tahun tetapi kesejahteraan masyarakatnya belum terjamin. Pembangunan-pembangunan infrastruktur pun juga sudah digalakkan tetapi masih ada masyarakatnya yang kelaparan.

Sumber daya alam yang melimpah tetapi belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Menyedihkan memang, dimana negara kita merupakan negara yang amat subur dan banyak aneka ragam sumber daya alam. Ibarat pepatah mengatakan bagaikan ayam mati di lumbung padi.

Kisah nenek Niarti ini mengingatkan kita pada kisah pada masa Khalifah Umar bin Khattabyang menjadi pemimpin pada kala itu. Umar sangat terpukul melihat rakyatnya menderita kelaparan, bahkan Umar sampai menghukum dirinya sendiri karena takut mendapat hukuman dari Allah di akhirat kelak. Hingga akhirnya pada suatu hari Khalifah Umar melakukan blusukan pada saat di suatu dirumah beliau mendengar seorang anak menangis sesegukan kepada ibunya sedang memasak sesuatu. Begitu kagetnya ketika Khalifah Umar melihat apa yang dimasak oleh ibu tersebut adalah batu, hal ini dilakukan seorang ibu untuk membohongi anaknya agar tidak menangis.

Saudariku, dari kisah Umar bin Kattab ini menunjukkan bahwasanya menjadi pemimpin itu bukanlah hal yang mudah karena itu merupakan amanah yang besar dari rakyatnya. Amanah yang harus dilaksanaakan sesuai dengan ketentuan. Seperti firman Allah yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal : 27)

Rasulullah juga bersabda :

Bagi seorang khalifah, tidak halal memiliki harta dari Allah, kecuali dua piring saja.Satu piring untuk kebutuhan makannya bersama keluarganya. Dan satu piring untuk ia berikan kepada rakyatnya” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no.362)

Sesungguhnya sejelek-jelek penggembala adalah yang kasar terhadap hewan gembalaannya.” (HR. Muslim no. 1830)

Ini adalah beberapa dalil bahwasanya seorang pemimpin hendaklah ia memenuhi hak-hak rakyatnya dan menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin dengan amanah. Karena kelak setiap perbuatan kita yang dilakukan di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Janganlah menjadi pemimpin yang hanya sibuk untuk memajukan negaranya sedangkan bagian dalamnya saja masih banyak permasalahan mendasar. Saudariku, marilah kita saling mengingatkan satu sama lain, dan hendaklah kita saling membantu satu sama lain. Pepatah mengatakan ibarat tubuh saah satu bagian tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain jugamerasakan sakit. Wallahua’lam.

Penulis: Ilma Kurnia Pangestuti (Mahasiswa tinggal di Blitar, Jawa Timur)

Baca juga :