Najwa Shihab Mundur dari Metro TV Untuk Jadi Menteri Jokowi?


Oleh: Samson Rahman

Mundurnya Host Mata Najwa Metro TV, Najwa Shihab sangat mengejutkan banyak pihak dan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar dari banyak kalangan. Pertanyaan bersliweran menilik mundurnya presenter cantik dan cerdas itu. Najwa yang sudah tujuh belas tahun bekerja di Metro tentu saja merupakan aset sangat berharga bagi tv berita itu. Acara Mata Najwa yang digadang Najwa tak kalah menariknya dari acara ILCnya Karni Ilyas di TV One. Walaupun ada beberapa orang yang menganggap Najwa kadang berpihak pada arahan politis para owner metro tv di mana dia mengabdi sebagai jurnalis yang ditunggu dan tak jarang dikritisi dengan sangat keras dan tajam.

Najwa yang selama ini bergelut di Metro TV merasakan tempat yang pas dan cocok untuk artikulasi dan aktualisasi dirinya ssbagai jurnalis handal dan kompeten. Namun kenapa Najwa mundur? Ini pertanyaan yang jawaban pastinya hanya Najwa yang tahu dan dia yang berhak memberi jawaban walaupun pasti dia tidak akan menyingkap dan mengungkap semua drama di balik pengunduruan dirinya yang terkesan mendadak.

SPEKULASI

Ada asumsi dan anggapan paling gamblang dan sangat mencolok bahwa Najwa mundur karena dia dianggap tidak lagi patuh pada arahan "boss" yang ditandai pembangkangan dia saat mewancarai Novel Baswedan di Singapura yang sedang menjalani pengobatan serius akibat tindakan kriminal "serius" namun ditangani dengan cara tidak serius.

Najwa ingin memantik agar semua pihak melakukan penanganan serius sehingga Najwa Shihab perlu bertandang ke Singapura dengan melakukan wawancara serius, dan ternyata mendapat perlakuan sangat serius oleh pihak Metro.

Mundurnya Najwa Shihab yang mengundang tanya tak perlu saya sampaikan jawabannya. Yang ingin kita kunyah bersama adalah bahwa Najwa Shihab telah melakukan langkah tidak biasa dan tindakan yang tidak dinyana (disangka). Banyak orang bahkan mengira Najwa Syihab akan mengabdi di dan pada Metro dalam jangka waktu yang akan sangat lama sampai dia tua. Ini patut dikata karena Najwa Shihab begitu brilian mengemas acara yang luar biasa di Metro dan dianggap sosok sangat berharga sebagaimana Sandrina Malaiko di zamannya.

Apakah benar faktor Novel Baswedan membuat Najwa harus "titik tanpa koma" dari Metro di bulan Agustus ini?

Spekulasi mundurnya Najwa dari Mata Najwa secara khusus karena wawancara eksklusifnya dengan Novel memang tak bisa disangkal. Di saat aparat tidak bergerak cepat menangani kasus Novel yang seharusnya ditangani khusus dan sigap, tiba tiba Najwa melesat bagai elang betina yang memecah cakrawala. Mencairkan kebekuan atau lebih tepatnya pendiaman kasus Novel.

Najwa tiba tiba bersinar bagai bintang di saat penegakan hukum mengalami kegelapan.
Najwa seakan menjadi "juru selamat" muka Novel yang cidera akibat air keras.
Najwa bagai keluar dari ring Metro TV yang sangat ketat.

Namun jikapun spekulasi ini benar muncul analisa yang tak kalah tajam. Najwa mundur karena Metro banyak diboikot oleh para aktivis Islam karena sering memposisikan diri berseberangan secara "kasar" dengan sikap ummat Islam.

Mata Najwa yang tajam tentu melihat jeli bahwa ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan acara yang dia pandu yang walaupun masih banyak peminat namun sekian banyak orang mengalami alergi dan gatal gatal dengan cara positioning Najwa yang tak menggigit. Bahkan terlihat sangat depend on someone who still mistery. Mata Najwa yang tajam terasa menjadi sayu di tengah gemerlap Metro yang semu. Kata kata yang tajam terasa semakin menumpul setiap hari diterpa ketidak berpihakan metro yang kentara pada ummat Islam.

Najwa berada pada titik gamang antara idealisme yang mungkin masih dia miliki dalam kode etik jurnalis dengan kenyataan pahit yang dia harus terima di Metro yang tak memberi ruang kebebasan ekspresi yang luas.

Untuk lari tanpa ada "perlawanan" yang tampak benderang rasanya bukan perilaku Najwa...dia harus keluar dan membawa bendera kemenangan dan bukan pecundang...dia sepertinya meninggalkan gelanggang yang semakin akan sepi dan akan membuka medan baru dengan cara elegan walaupun pasti terus dilanda kecurigaan akibat sikapnya yang selama ini kurang gentle woman.

JADI MENTERI

Kejutan-kejutan spekulasi selanjutnya selain karena Metro tidak lagi banyak diminati kalangan Islam, sehingga membuat Najwa hengkang, adalah adanya rumor bahwa dia diplot untuk naik "maqam". Dari hanya seorang wartawan dan jurnalis yang sering tampil di layar kaca yang maya menjadi sosok yang lebih luas daya jangka interaksi publiknya di alam realita. Dia diplot menjadi menteri mengganti seorang menteri wanita yang rumornya akan mencalonkan ulang sebagai calon gubernur setelah sebelumnya gagal. Tentu kita yang sering membaca berita tentang Pilkada sangat paham kemana telunjuk rumor ini mengarah. Dan saya tidak perlu menyebutkan sesuatu yang sudah sangat dipaham.

Jika rumor ini memang ternyata benar, maka amis ploting Najwa mewancarai Novel sebagai amunisi pengunduran dirinya dari Metro akan menjadi memiliki bau sangat menyengat bahwa itu semua adalah sandiwara kelas tinggi dan drama yang alur alur ceritanya sangat mudah dibaca.

Posisi Najwa yang selama ini sangat tidak terlalu berpihak pada kalangan Islam sengaja ditutup dengan mewancarai Novel agar jejak tidak netralnya tidak terlalu kentara dan ummat Islam menjadi "hilang ingatan" pada semua sikap dan perilakunya selama ini.

Najwa sangat paham sosio-psiko bangsa Indonesia yang secara sosial sangat mudah memaafkan dan secara psikologis sangat mudah melupakan. Atau dalam bahasa yang sarkastis mudah hilang ingatan.

Bangsa ini adalah bangsa yang ramah dan memiliki kearifan yang keterlaluan hingga hal-hal yang sebenarnya sangat prinsip sangat mudah dimaafkan dan setelah itu dikadali dan dikibuli dengan telanjang dipanggung sejarah yang kejam.

Jika apa yang diperkirakan sebagian orang ini benar maka bisa dipastikan bahwa Mata Najwa memang tajam dan bangsa ini memang mudah terpesona dengan keindahan mata seseorang.


Baca juga :