Memposisikan HABIB RIZIEQ "SHIHAB" dengan QURAISH "SHIHAB"


MEMPOSISIKAN HABIB RIZIEQ SHIHAB DENGAN QURAISH SHIHAB

Oleh : Moh Aflah

Dua tokoh ini, sama-sama dzurriyah (keturunan) Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sama-sama mempunyai Fam Shihab. Sama-sama cerdas namun beda dalam manhaj, beda dalam memahami agama.

Jelas saya hanya butiran pasir hitam diantara bongkahan batu raksasa bila dibandingkan dengan dua tokoh ini.

Habib Rizieq Shihab bagi pandangan saya berani bicara benar, tegas, konsisten perjuangkan hukum agama sesuai syariat Islam, wawasan luas, cerdas, pandangannya lurus. Ijma' Ulama' dijadikan sandaran dalam berpendapat.

Quraish Shihab, juga demikian, cerdas, wawasan luas, namun dalam masalah-masalah tertentu lebih mengedapankan pendapatnya sendiri daripada pendapat Jumhur Ulama'. Terutama dalam masalah jilbab.

Bagi pendapat beliau, perempuan tidak wajib pakai Jilbab, sehingga tak heran bila isteri dan anak-anak perempuan nya tak ada yang pakai Jilbab.

Dalam kasus ini Quraish Shihab telah keluar dari Jumhurul Ulama'. Karena kata Syekh Ali Jum'ah Mufti Mesir lebih 60 madzhab Ijma' Ulama sepakat bahwa Hijab itu wajib.

Apakah pendapat Quraish Shihab ini sesat? Maka bila merujuk kepada pendapat Jumhur Ulama' pendapat seperti itu dianggap sesat.

Oleh karena yang demikian maka dua diantara tokoh yg sama-sama berfam Shihab ini harus ada yang diikuti dan harus ada yang ditinggalkan (tak boleh diikuti).

Lalu bagaimana cara memposisikan dan menyikapi dua keturunan Nabi yang berseberangan ini?

Kita sama-sama hormati, kita muliakan orangnya, namun tak boleh mengikuti pendapat atau pemahamannya yang salah dari agama.

Maka ikuti yang benar, ikuti yang sesuai dengan syariat agama, tanpa harus mencaci atau melecehkan dzurriyah yang tak sesuai dengan Syariat agama.

Menjelaskan mana yang keliru dan mana yang sesat itu keharusan untuk memposisikan benang merah, agar diketahui mana yang haq dan mana yang salah.

Menjelaskan bahwa pemahaman seperti ini menyesatkan dan wajib dijauhi itu bukanlah cacian, sebab yang namanya cacian itu umpatan dan sumpah serapah.

Yang tidak boleh itu adalah mencaci, memaki orangnya, dengan kata makian yang tak pantas dilontarkan, misalkan dengan umpatan, bangsat lo, brengsek lo, monyet lo! Dan umpatan-umpatan kotor yang lain.

Ungkapan cacian tak layak seperti ini pernah dilontarkan oleh Ade Armando (pentolan liberal) kepada Habib Rizieq Shihab di media sosial, maka bagi hemat saya orang ini tak bermoral dan tak mempunyai integritas intelektual yang baik.

Dibawah ini saya lampirkan sebuah penggalan Kitab karangan As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Rahmatullahi alaihi, Ulama pakar hadist dari tanah suci Mekkah, Bagaimana cara kita mensikapi Ahlu Bayt yang salah, atau yang berlaku dzalim kepada kita??

Beliau menuturkan di dalam kitab karangan nya "Manhajus-salaf Fi Fahmin-nushus"...

(Pada halaman 32-33):

"Jika ada salah satu dari keturunan Ahlu Bayt berlaku tidak baik kepada seseorang, atau berbuat salah kepada orang lain, atau menyakiti orang lain,

Maka hendaklah ambil tindakan sesuai aturan yang benar dengan cara yang setimpal. Jangan melampaui Batas dalam mengambil tindakan.

Akan tetapi yang paling utama adalah memaafkan dari perbuatan tidak baiknya, ampuni perbuatan dzalimnya, maafkan kesalahan nya. Sebagai bentuk menghormati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam jika mampu berbuat demikian. Dan juga bentuk dari mengamalkan Wasiat Baginda Nabi Shallahu alaihi Wa sallam keatas Ahlu bayt nya.

Menasehati, memaafkan adalah bentuk daripada akhlak mulia yang dianjurkan oleh Islam, memperlakukan setiap orang dengan akhlak yang demikian adalah anjuran Islam, terlebih kepada para Ahlu Bayt Nabi lebih utama diperlakukan dengan cara menasihati dan memaafkan, jika mereka berbuat kesalahan.

Diantara nasehat-nasehat Baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wa sallam serta Bagian dari Memuliakan Nabi, Adalah Memberi nasehat kepada Ahlu baytnya Jika mereka Salah, serta Memuliakan nya, Jaga Kemaslahatan nya, Perlakukan Dengan Baik, berilah Arahan Yang baik dan peringatan yang Baik jika mereka berbuat Salah, karena atas dasar mulianya Nasab Ini.

Tindakan seperti itu ke atas mereka adalah bagian dari akhlak Yang Mulia dan perkara yang Terpuji.

Tentu saja hal yang demikian dengan cara yang Hikmah dan Mau'idzatun Hasanah, Supaya ajakan nasehat nya lebih mudah diterima, lebih mudah dalam Memperbaiki kelalaian, dan memperbaiki kesalahan.

Perbuatan mulia dan terpuji diatas adalah Akhlak orang pilihan dan akhlak tokoh besar berpendidikan.

Dorongan untuk melakukan perbuatan yang Mulia tersebut, Ulama' berkata:

فَتَشَبَّهُوا إِنْ لَمْ تَكُْونُوْا مِثْلَهُمْ إِنَّ التَّشـبُّهَ بِالرِّجَالِ فَلاَحُ

"Tirulah jika kalian tidak bisa persis seperti mereka. Sungguh, menyerupai para tokoh besar adalah sebuah keberuntungan."

Nah terhadap Dzurriyah yang salah, atau tersesat dalam manhajnya, tergelincir dalam pemikiran nya kita dianjurkan untuk Tetap berlaku Ramah, tapi juga Harus menjelaskan kesesatan nya dan tidak membenarkan perbuatan nya.

Lalu bagaimana dengn orang yg menghina, mencemo'oh, nyinyir, mencaci, mengumpat, memfitnah dan mengedit fotonya dengan editan yang kurang ajar, terhadap Dzurriyah yang manhaj nya masih Lurus, selaras dengan Ajaran Agama, selaras dengan Pemahaman Jumhurul Ulama' penyeru Amar makruf Nahi Mungkar, seperti Habib Riziq Shihab?

Tentu akibat buruknya lebih dahsyat dan lebih mengerikan, jika tak bertaubat maka akan menuai balasan.

البر لا يبلى والذنب لا ينسى والديان لا يفنى كما تدين تدان

"Kebaikan tidak akan punah, dosa tidak akan dilupakan, dan Tuhan Yang Maha Pembalas tidak hancur, sebagaimana engkau berbuat engkau menerima balasannya."

Semoga kita tetap berlaku Adil, dan tak terjebak kedalam cacian orang-orang Jahil.


Baca juga :