TERUNGKAP Inilah Alasan Elite PDI P dan Ahoker Menghujat Wapres Jusuf Kalla


[PORTAL-ISLAM]  Pasca vonis 2 tahun dijatuhkan untuk Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kasus penodaan agama, pendukung Ahok kontan menghujat Jokowi.

Serangan frontal Ahoker kepada Presiden Jokowi, tak lepas dari citra dan ekspektasi yang selama ini terbangun, bahwa Jokowi dan Ahok adalah satu paket tak terpisahkan. Bahwa jika Ahok tersandung kasus hukum, maka Jokowi dengan sertamerta akan 'menyelamatkan' Ahok.

Sayangnya, impian itu kandas bersama sikap tegas Jokowi untuk tidak ingin mengintervensi proses hukum Ahok.

Tak ayal, hujan hujatan dan cemoohan pun diterima Jokowi. Salah satu yang paling fenomenal adalah kritik Veronica Koman Liau saat berorasi di depan LP Cipinang.

Vero, nama panggilan pengacara dan aktivis LBH, menyebut rezim Jokowi lebih buruk ketimbang rezim SBY.

Kritik Vero sontak memerahkan telinga loyalis Jokowi dan PDI P, hingga tak tanggung-tanggung, Mendagri Tjahjo Kumolo pun sempat bersikap kekanakkan dengan menyebarkan foto e-KTP Vero melalui jejaring percakapan Whatsapp.

Ketegangan ini tentu tidak menguntungkan bagi kubu Jokowi. Karena sebagian besar loyalis Jokowi adalah loyalis Ahok.

Menyadari situasi ini, elite PDI P pun bermanuver dan mencari satu "common enemy" atau musuh bersama.

Tujuan mendiskreditkan Jusuf Kalla dengan tudingan rasis dan koruptif seperti yang dilakukan Ketua Solidaritas Merah Putih Silvester Matutina sangatlah jelas.
Wapres Jusuf Kalla perlu digeser dan digusur dengan berbagai cara agar loyalis Ahok tetap bersama Jokowi dengan iming-iming mimpi menduetkan Jokowi-Ahok pada pilpres 2019 nanti.

Maka, pada acara Refleksi Gerakan Mahasiswa 98 Melawan Kebangkitan Orde Baru di Taman Ismail Marzuki, Rabu 17 Mei 2017 lalu, Adian Napitupulu pun sengaja menyebut Wapres JK seperti duri dalam pemerintahan. Dengan nada ancaman, Adian pun setengah mengancam JK agar jangan coba-coba  mengkhianati Presiden Jokowi.

Akibat dari hujatan Adian itu, Masyarakat Sulawesi Selatan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) menyambangi kantor perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan di Jalan Yusuf Adiwinata, Jakarta 17 Mei 2017 menyikapi upaya pecah belah itu.

Hujatan dan tudingan Silvester Matutina dan aleg PDI P Adian Napitupulu, tak lepas dari nafsu kuasa yang kandas pasca kekalahan beruntun di berbagai Pilkada.

Apalagi, menurut isi yang berembus, nama Anies Baswedan, pemenang Pilkada DKI 2017 disodorkan oleh Jusuf Kalla.

Dendam sekaligus ketakutan akan hilangnya suara dari loyalis Ahok, ditambah adanya "hukuman sosial" dari berbagai lapisan masyarakat karena PDI P telah berani mengusung Ahok yang sudah menistakan agama dan ulama Islam membuat elite PDI P kembali memainkan gaya politik dendam.

Gaya politik elit PDI P yang pendendam sebenarnya bukan barang baru. Publik tentu belum lupa dengan gaya politik pendendam yang diumbar sosok Ketua Umum PDI P, Megawati Soekarnoputri.

Megawati yang pernah berselisih, dan kemudian disalip SBY dengan memenangakan pilpres, masih menyimpan dendam kepada SBY. Sikap dan gaya itulah yang kemudian di-copy paste para kadernya. [*]

Baca juga :