KETERGANTUNGAN EKONOMI INDONESIA KEPADA CHINA (RRC) MENINGKAT PESAT


[Analisis Ekonomi Oleh Sigid Kusumowidagdo]

- KETERGANTUNGAN EKONOMI INDONESIA KEPADA CHINA (RRC) MENINGKAT PESAT
- DEFISIT PERDAGANGAN INDONESIA MENCAPAI US $ 536 JUTA DI AWAL 2017
- CHINA MENJADI NEGARA ASAL IMPOR INDONESIA TERBESAR MENGALAHKAN AMERIKA DAN JEPANG

Sejak awal pemerintah Jokowi-JK hubungan politik ekonomi dengan China yang erat Indonesia telah banyak dimanfaatkan China. Bahan-bahan mentah Indonesia diekspor terbanyak ke China dan diekspor ke Indonesian kembali dalam bentuk produk industri atau barang jadi yang nilainya lebih tinggi. Dan banyak produk China yang diekspor china ke Indonesia sudah bisa dibuat di Indonesia. Contoh ekstrimnya pacul tentunya menjadi saingan bagi indusytri dalam negeri dan pemerintah China memberi dukungan kepada industri mereka denagn kebijakan nilai tukar yang menguntungkan, tenaga kerja yang cukup murah dan kredit ekspor.

Impor Indonesia dari China lebih besar dari tujuh negara Asia Tenggara yang hanya US $ 8,43 miliar atau sebesar 22,49 % dari total impor Indionesia.

Jepang negara asal impor kedua terbesar bagi Indonesia dan Jepang hanya 10.94 % atau setara US $ 4,10 miliar.

Impor Indonesia dari China sebesar US $ 368 miliar, antara lain mesin mekanik senilai US $2,33 miliar, mesin peralatan listrik mencapai US $ 1,99 miliar dan bahan kimia organik sebesar US $ 368 juta. Sedangkan China membeli bahan-bahan mentah dari perkebunan, kehutanan, batu bara dan mineral mentah. Neraca perdagangan migas Indonesia-China defisit bagi Indonesia sebesar US $ 536,6 juta di awal 2017.

China menjadi negara pengimpor non-migas Indonesia di angka US$ 1,55 milar atau12,8 % dari total ekspor non migas Indonesia sepanjang 2016. Diikuti US $1,43 miliar dari India. Sebelum ini ekspor RI ke Amerika Serikat merupakan terbesar dibanding China, Jepang, atau Eropa.

Dalam keadaan saat ini Indonesia sekedar menjadi satelit yang beredar di sekitar orbit lingkaran kekuatan China. Posisi ekonomi Indonesia menjadi lemah terhadap China, menjadikan Indonesia tidak banyak memiliki posisi tawar menawar (bargaining position) terhadap China dan pada akhirnya kebijakan politik luar negeri Indonesia sukar untuk tidak mendekat mengikuti kebijakan strategis RRC.. dalam percaturan politik dunia.

Kebijakan perdagangan Indonesia sebaikinya tidak dikendalikan para pedagang saja tetapi harus mengikuti kebijakan internasional Indonesia yang memperhatikan perimbangan dari segi ekonomi politik.

*Sumber: fb


Baca juga :