 |
| Pic: Courtesy of Vivanews.com |
[PORTAL-ISLAM] Tensi politik yang amat sangat tinggi saat ini rupanya membuat Megawati Soekarnoputri kehilangan kontrol atas emosinya.
Usai mencoblos di TPS 27, Jln Kebagusan Dalam IV, Jagakarsa. Mega menyempatkan diri mengunjungi bazar makanan ala Betawi dan melakukan wawancara singkat dengan para pewarta yang berada di lokasi.
Awalnya Mega tampak excited dan ceria saat menemui awak media.
"Ayo mau nanya apa ini," kata Mega kepada wartawan yang bergerombol di depan rumahnya, Kebagusan, Rabu 19 April 2017.
Salah satu reporter televisi pun langsung menanyakan hasil survei beberapa lembaga yang menempatkan pasangan Ahok-Djarot berada di bawah pasangan Anies-Sandi.
"Ibu bagaimana tanggapannya tentang survei pasangan Ahok-Djarot?" tanya reporter tersebut.
Sontak, Megawati Soekarnoputri pun dan menganggap reporter tersebut kurang sopan dalam mengajukan pertanyaan.
Mega yang didampingi putra dan putrinya, Muhammad Prananda dan Puan Maharani itu pun tampak emosi mendengar pertanyaan tersebut.
"Kok nanyanya langsung tendensius begitu ya, tanya dulu bagaimana Pilkada hari ini. Atau ga jadi (wawancara, red) ini," cetus Mega.
Puluhan wartawan lainnya yang sudah menunggu Mega sejak pagi pun langsung bereaksi dan membujuk Mega untuk tetap melanjutkan wawancara.
Akhirnya Mega pun tetap bersedia wawancara, tetapi hanya dalam durasi singkat. Mega hanya mengomentari seputar pelaksanaan pilkada hari ini dan juga sempat menyinggung hasil survei.
"Sudah ya cukup," tutup Mega sambil masuk ke kediamannya.
Para wartawan yang berada di lokasi pun tampak sedikit kecewa karena tidak bisa mengajukan beberapa pertanyaan, karena Mega terlanjur kesal dengan reporter televisi tersebut.
"Nanya itu baik-baik mbak, pelan-pelan, jangan langsung tinggi begitu, mulai dulu prolog dulu, nanya yang santai dulu, beliau itu kan tokoh," sahut salah seorang wartawan lainnya.
Sumber: m.inilah.com/news/detail/2373652/mega-kesal-ke-wartawan-wawancara-jadi-singkat#sthash.MezVhfOC.dpuf
------
Mungkin Mbak Mega tidak sanggup melihat kenyataan bahwa segala jerih payahnya akan hancur.
