"MAKNA KEMENANGAN REFERENDUM TURKI" by @anismatta


Ada pelajaran menarik dari perkembangan terakhir di Turki.. Hasil referendum (16/4/207) memutuskan negara ini beralih ke sistem presidensial..

Peralihan ini bukan saja soal pindahnya konsentrasi kekuasaan ke eksekutif, tapi juga simbol berakhirnya sistem parlementer Kemalisme..

Kemalisme adalah sistem yg diwariskan Kemal Ataturk yg bersendikan militerisme.. Sengaja dibuat sistem yg fragile (rapuh -red) agar mudah dikooptasi (oleh militer -red)..

Konsolidasi kekuasaan sipil selalu gagal, digiring ke jalan buntu, lalu dikudeta oleh militer..

Setidaknya lebih dari lima kali percobaan kudeta militer..

Terakhir pada 15 Juli 2016 dan kalah oleh perlawanan rakyat bermodal panci, pisau dapur dan media sosial..

Butuh 15 tahun bagi Erdogan utk menggulirkan perubahan besar ini, dgn segala tantangan dan rintangan..

Erdogan mengerti betul pattern of big changes in democracy.. Ia sabar dan persuasif..

Kemenangan tipis kubu pro-presidensialisme merupakan hasil persuasive leadership yg dijalaninya..

Di Turki, Islam dan nasionalisme adalah satu kesatuan, dijalankan dalam sistem demokrasi..

Sistem demokrasi itulah yg berubah, dari parlementer ke presidensial..

Momentum ini bisa juga dimaknai sbg berakhirnya Kemalisme dan fajar baru Erdoganisme.. Erdogan ikon sejarah baru dlm demokrasi Turki..

Kemalisme mewariskan sekularisme, nasionalisme yang anti-Islam dan dominasi militer..

Erdogan membawa Islam, nasionalisme dan demokrasi dgn dominasi sipil..

Yg menarik, apa yg dialami Turki sudah dialami Indonesia jauh lebih dulu..

Sistem parlementer yg pernah dicoba sbg hasil Pemilu 1955 dikembalikan ke presidensialisme oleh Bung Karno..

Perubahan tsb adalah bagian dari langkah kembali ke UUD 45, spt termaktub dlm Dekrit Presiden 1959..

Mengenai Dekrit terbuka ruang utk diskusi, tp ada pandangan founding fathers kita bhw presidensialisme lbh efektif..

Presidensialisme lebih cocok utk Indonesia yg majemuk dan tersebar sbg negara kepulauan..

Pilihan sistem bukan soal mana yg terbaik, tapi mana yg paling cocok.. Politik selalu berlangsung dlm ruang dan waktu..

Mengenai peran militer dlm politik kita juga pernah mengalaminya.. Cabut Dwi Fungsi ABRI merupakan tuntutan Reformasi..

Pada proses amandemen UUD, peran militer dlm politik didudukkan pd proporsinya..

Reposisi militer dlm politik menjadi bagian tak terpisahkan dr reformasi Konstitusi..

Dlm buku "Gelombang Ketiga", ini bagian dari nation & state building yg dilalui bangsa Indonesia..

Dalam beberapa hal Indonesia telah lebih dulu mengalami perubahan sistem politik dan demokrasi..

Ini modal berharga utk menjadi negara yg kuat dan terkonsolidasi..

Islam, nasionalisme dan demokrasi harus menjadi sumbangan umat Islam bagi kemajuan Indonesia, spt dicontohkan para founding fathers kita..

Kobarkan semangat Indonesia!!

Twitter @anismatta
22.01-54 17/4/2017


Baca juga :