Lawan Curang, Anies Masih Bisa Menang


Lawan Curang, Anies Masih Bisa Menang

Oleh: Chaniago jo Piliang

Awan Jakarta semakin panas, sepanas suhu politik menjelang pilkada putaran kedua. Sebelum memutuskan untuk mencoblos siapa pada tanggal 19 April 2017 nanti, mari kita melihat sejenak perjalanan proses demokrasi ini semenjak tahun 2015.

Nama Ahok, jelas paling dominan ketika itu. Rasa-rasanya tak ada pesaing yang mampu dan mau disandingkan melawan Ahok mengingat popularitasnya yang meningkat dari waktu ke waktu dipompa oleh media yang berpihak kepadanya, boleh jadi karena sifat kontroversinya atau dukungan dari pemilik media yang kebetulan berasal dari etnis yang sama.

Tengok saja hasil survei LSI. Pada survei LSI bulan Maret 2016, Ahok pribadi begitu perkasa dengan tingkat elektabilitas 59,3 persen. Saat itu elektabilitas Ahok sendirian tetap lebih besar dibandingkan 10 calon gubernur yang lain yang digabung menjadi satu diantaranya Yusril Ihza Mahendra, Tri Risma, dan Sandiaga uno. Total 10 orang kompetitor itu dijumlah bahkan hanya 26.30 persen, masih jauh di bawah dukungan Ahok sendirian.

Namun, Allah berkehendak lain. Pada bulan Oktober 2016, elektabilitas Ahok pribadi merosot hanya diangka 31,1%. Pada saat itu sudah muncul nama pesaingnya Yaitu Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan. Ia memang masih diatas Agus yang sebesar 22,30 persen dan Anies yang sebesar 20,20 persen. Namun, hanya Anies ditambah Agus (42,5 persen) sudah bisa mengalahkan Ahok (31,1 persen) dengan selisih 11,4 persen.

Ketika waktu pencoblosan tiba pada Februari 2017 silam, hasil rapat pleno KPU memaparkan rekapitulasi penghitungan suara tingkat provinsi. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvina Murni memperoleh 937.955 suara atau 17.07 persen. Pasangan Ahok-Djarot memperoleh 2.364.577 suara atau 42,99 persen dan pasangan Anies-Sandiaga memperoleh suara 2.197.333 atau 39,95 persen. Ini artinya jumlah suara Paslon Cagub-Cawagub Muslim sekitar 57,02 persen (17,07 persen ditambah 39,95 persen), di atas perkiraan survei LSI bulan Oktober 2016 yang sekitar 42,5 persen. Kenaikan sekitar 14,5 persen ini cukup fantastis diantaranya didukung peran Aksi 411 dan 212 yang fenomenal sepanjang demokrasi Indonesia pascareformasi 1998.

Namun sayangnya pendukung AHY-Silvy tidak serta merta mengalihkan dukungannya ke Anies-Sandi. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia terbaru di bulan April 2017 ini. Meskipun hasil survei Anies-Sandi masih memimpin namun angkanya menjadi 51,4 persen, sedangkan Basuki atau Ahok-Djarot berada pada angka 42,7 persen. Ada sekitar 5,62 persen pendukung AHY yang belum menjatuhkan pilihannya secara tegas ke Anies-Sandi dan 0.29 persen pemilih Ahok-Djarot yang jutru mulai ragu-ragu kepada Ahok-Djarot.

Berdasarkan hasil survei tersebut kedua timses paslon memutar otak untuk menerapkan strategi kemenangan. Sayangnya, cara-cara tak terpuji kerap dipertontonkan di ranah publik mulai dari berita hoax, fitnah, ketidakseimbangan pemberitaan media mainstream, keberpihakan penguasa mendukung paslon tertentu, sampai dengan kehebohan bagi-bagi sembako dan kursi roda kepada rakyat pemilih di daerah-daerah tertentu dengan alasan bakti sosial dan alasan-alasan lainnya yang patut dicurigai sebagai upaya yang tak lazim dan tak patut.

Meskipun demikian, pendukung dan pemilih Anies-Sandi jangan sampai patah arang, karena paslon ini masih akan menang. Setidaknya ada beberapa langkah yang perlu dilakukan timses, relawan dan pendukung Anies-Sandi.

Pertama, timses Anies-Sandi harus terus melobi dan mendekati kubu AHY-Silvy untuk mendorong dan menginstruksikan relawan, pemilih, pendukung dan timses AHY-Silvy untuk memilih Anies-Sandi melalui berbagai pertemuan darat, laut dan udara. Kedua kubu harus rajin mengirin khabar baik melalui pesan sms, WA, telepon maupun pertemuan langsung. Gunakan jejaring dan key persons yang selama ini terlibat.

Kedua, timses Anies-Sandi harus terus berkomunikasi dengan para pemilihnya selama ini melalui berbagai saluran komunikasi yang memungkinkan. Jangan merasa puas dan yakin mereka yang telah memilih di putaran satu akan tetap memilih di putaran dua seratus persen. Dua hari kedepan adalan masa transisi yang rawan godaan dari pihak lawan untuk mempengaruhi pemilih Anies-Sandi dengan berbagai cara baik dengan cara yang patut maupun tidak, baik dengan cara yang terpuji atau tidak.

Ketiga, para ulama harus terus membakar semangat umat melalui tausyiah menyejukkan namun tetap mampu meningkatkan adrenalin kaum muslimin dan muslimat untuk berjuang dan berjihad di jalan kebenaran guna menegakkan perintah Al Maidah. Isu mengenai buruknya politisasi agama yang dihembuskan kubu lawan sesungguhnya tidak ada dalam kamus agama Islam. Hal ini dikarenakan Islam adalah agama yang lengkap dan paripurna. Politik tak bisa dipisahkan dari Islam sebagaimana ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan yang berada dalam cabang cabang agama Islam dan tak bisa serta tak boleh dipisahkan dalam menjalankan agama ini.Seruan memisahkan politik dari agama sesungguhnya berasal dari kaum sekuler atau dari agama yang kurang lengkap ajarannya.

Keempat, kaum muslimin dan muslimat yang tengah membaca artikel ini kiranya dapat melihat bahwa perjuangan memenangkan paslon muslim dalam Pilkada DKI merupakan ladang amal yang tiada terkira sehingga ikhlas dan sabar mewakafkan waktunya secara totalitas dalam hari-hari menjelang 19 April 2017 untuk mengingatkan anggota keluarga dan tetangga serta saudaranya untuk memilih paslon muslim. Sedekahkan pulsa telepon untuk menghubungi mereka melalui berbagai pesan singkat bahkan dengan bertatap muka secara langsung, memperpanjang tali silaturahmi.

Kelima, putihkan Jakarta semenjak sekarang dengan memakai baju atau atribut serba putih, karena Band wagon effect atau efek ikut-ikutan akan membuat banyak orang memilih Anies-Sandi. Band wagon effect adalah efek eksternalitas jaringan positif di mana seseorang menjadi ingin memiliki suatu barang atau ikut ikutan memakai baju putih dikarenakan seseorang atau sekelompok orang yang lain juga memakai baju putih atau atribut serba putih tersebut. Hal ini tentunya akan semakin meningkat kepercayaan diri pemilih mengambang untuk segera menetapkan pilihannya pada Anies-Sandi diantaranya karena melihat derasnya gelombang baju putih yang ada di mana mana sampai tanggal 19 April 2017.

Keenam, datangi setiap TPS dan menetaplah sampai waktu perhitungan berakhir. Waspadai semua potensi kecurangan, foto dan videoka serta segera laporkan. Jalankan aksi simpatik dengan menyapa semua orang yang ada di sana, berbagi penganan dan minuman sekedarnya sesuai yang diizinkan Bawaslu.

Ketujuh, bangun malam dan lakukan sholat tahajud, witir, fajr, shubuh berjamaah di masjid, isyro, dhuha, hajat dan lakukan seluruh sholat wajib di masjid secara beramai-ramai. Doakan agar Allah SWT mencegah berbagai kecurangan lawan, menunjukkan hidayah pada pemilih muslim yang masih mengabaikan perintah Al Maidah dengan Allah membolak balikan hati mereka sehingga menjadi patuh dan taat pada Allah dengan memilih paslon Muslim. Pada akhirnya, Allah jua yang akan menetapkan apa yang terbaik bagi kita di Jakarta. Namun sebelum keputusan itu ditetapkan Allah, maka Allah dan Rasul tentunya ingin melihat seberapa besar kesungguhan kita dalam bekerja memenangkan Cagub dan Cawagub muslim sebagaimana firman Nya : "Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah [9]: 105).

***

Jangan berhenti di tanganmu, wahai saudaraku....sebarkan....viralkan.....semoga menjadi ladang amalmu...Aamiin yaa mujibashailiin...


Baca juga :