"ANALISA HASIL REFERENDUM TURKI" by DR Sitaresmi S Soekanto


By DR Sitaresmi S Soekanto
(Doktor Politik UI)

Seperti sudah diduga dan saya tuliskan di Tweet kemarin bahwa hasilnya akan ketat.

Baris kiri hasil suara di kota-kota tsb ketika Pemilu November 2015 & baris kanan saat Referendum kali ini. Ada pertambahan suara sekitar 2%.

Dan itu didapat dari sebagian kecil konstituen MHP (mitra koalisi AKP dalam Referendum -red) yag mau mengikuti pimpinannya dan sebagian dari Kurdi.

Dilihat dari angka yang memilih EVET (YES) di kota-kota yang dihuni suku Kurdi.


Dari daftar tersebut nampak bahwa suara dukungan untuk AKP secara keseluruhan di wilayah-wilayah Kurdi naik 40% dari pemilu yang sebelumnya.

Analisis saya:

1. Untuk bisa dikatakan sebagai pemenang Referendum memang dibutuhkan "hanya" 50% plus 1, namun angka tsb tidak cukup kokoh untuk langkah-langkah Erdogan slanjutnya.

2. Partisipasi rakyat Turki sangat tinggi dalam Referendum kali ini yakni 85,6% atau mendekati angka 90%.

3. Militansi pemilih AKP yang loyal dan pemilih CHP (oposisi) yang loyal menguat ketika berhadapan di Referendum kali ini. Hal itu nampak dengan partisipasi konstituen AKP yang hampir 100%. Dan konstituen CHP di atas 90%.

4. Pengaruh media Barat & media lokal yang bias sangat gencar mengkampanyekan 'HAYIR'(NO) telah menyebabkan penurunan suara di kota-kota besar seperti Istanbul & Ankara. (Di dua kota ini NO yang menang -red). Artinya mereka semula mendukung AKP dan Erdogan (pada Pileg dan Pilkpres) namun tidak menghendaki perubahan sistem politik. Suara yang berasal dari swing voter pendukung AKP ini tidak cukup loyal untuk mempercayai gagasan perubahan yang diajukan Erdogan.

5. Namun hal yang mencengangkan adalah pertambahan dukungan suara di kota-kota berpenduduk suku Kurdi. Padahal selama ini tantangan internal & menjadi penyebab instabilitas adalah gejolak dari kelompok Kurdi yg pada umumnya berada di wilayah Timur Turki.

6. Oleh karena itu menurut saya apapun kelanjutan terhadap hasil Referendum Turki ini, AKP dan Erdogan sesungguhnya telah menang. Sebab di tengah gencarnya propaganda negara-negara Uni Eropa yang menentang Referendum perubahan tsb AKP tetap memperoleh 51,41% suara EVET (YES).


7. Hasil perolehan suara yang ketat tersebut di antaranya penurunan suara pendukung AKP di Istanbul dan Ankara, menampakkan bahwa ide perubahan konstitusi belum terlalu diterima. Boleh jadi karena kota-kota besar rentan untuk mendengarkan semua pemberitaan dan propaganda.

8. Namun hasil yang ketat pada hakikatnya justru menunjukkan betapa fairness ditegakkan. Bahwa Referendum berjalan adil dan transparan serta pemerintah tidak melakukan intervensi dengan penyalahgunaan kekuasaan.

9. Tentang 'fairness' ini sudah saya tuliskan di tweet sebelumnya, bahwa semua pihak termasuk pihak oposisi dan para pengamat politik di Turki meyakini bahwa pemilihan akan fair, adil dan transparan.

10. Maka kejujuran adalah bentuk kemenangan Erdogan yang terbesar. Sekaligus menjadi alat ampuh bagi yang menuduh Erdogan otoriter.

11. Sebab melalui Referendum ini Erdogan menguji penerimaan rakyat pada gagasan perubahan yg diajukannya & bahwa hasil akhirnya tetap pada rakyat. Negara tidak otoriter memaksakan kehendaknya.

12. Kemenangan hakiki lainnya yang jauh lebih penting bagi upaya mewujudkan stabilitas Turki di masa mendatang adalah dukungan kaum Kurdi yg meningkat sekitar 40% dibanding di Pemilu November 2015.

13. Maka congratz Mr Erdogan, bagaimanapun hasil akhir Referendum ini sesungguhnya Anda telah menang dengan tidak memaksakan kehendak dan menyerahkan hasilnya pada kemauan rakyat.

14. Tingkat partisipasi pemilih yg sgt tinggi juga menunjukkan hasil edukasi politik pemerintah berhasil krn rakyat mjd melek politik & tdk brsikap apatis.

15. Sekali lagi congratz..'and let's wait and see ' langkah-langkah apa yang akan dilakukan Erdogan menyikapi hasil Referendum kali ini.

Moga-moga saja pemerintahan Jokowi mau belajar dari Turki utk menegakkan netralitas & 'fairness' di Pemilukada di DKI Rabu tg 19 April mendatang. Jangan melakukan intervensi dengan "abuse of power'. Biar rakyat dalam hal ini warga DKI bebas menentukan pilihannya tanpa intimidasi ataupun rayuan sembako yang jelas-jelas merupakan pelanggaran karena menggunakan 'money politics'.

Wallahu a'lam bis shawab.

(@sitaresmi02)


Baca juga :