Pelajaran dari Kisah Nabi Yusuf


Pelajaran dari Kisah Nabi Yusuf

Dari kisah Nabi Yusuf kita dapat pelajaran bahwa tidak sepatutnya seluruh karunia yang diberikan Allah kepada kita, kita beberkan kepada orang lain.

Baik itu rezeki berbentuk harta, kebahagiaan rumah tangga, kemesraan suami-istri, kelucuan anak-anak, berbagai kesempatan, peluang dan prestasi dalam hidup, serta kelebihan-kelebihan lainnya.
Karena sebagian manusia memiliki pandangan yang sempit. Dan hatinya lebih sempit lagi melihat kelebihan yang ada pada orang lain.

Mereka lebih banyak memandang kepada nikmat yang ada di tangan orang lain daripada memperhatikan nikmat yang diberikan Allah kepadanya.

Palingkurang, kita tidak menjadi ujian bagi orang lain. Tidak patut saudara kita berperang dengan dirinya sendiri mengatasi gejolak iri mendengarkan kicauan kita tentang banyaknya nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kita. Apalagi yang mendengar lagi diuji Allah dengan kekurangan.

قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". (Yusuf: 5)

Dari kisah Nabi Yusuf kita mendapatkan pelajaran bahwa sebagian manusia membenci kita karena kelebihan yang ada pada diri kita, bukan karena kekurangan yang merusak kepribadian kita.

Saudara Nabi Yusuf benci kepada beliau karena memiliki kegantengan melebihi mereka dan kebaikan akhlak yang tidak ada pada diri mereka.

Manusia itu tidak suka kepada orang yang mengingatkannya terhadap kekurangan dirinya.

Semoga kita terbebas dari penyakit SMS (Senang Melihat orang Susah dan Susah Melihat orang Senang).

Oleh: Ust. Zulfi Akmal
(Al-Azhar Cairo)

Baca juga :