Bal’am bin Ba’ura, "Ahli Agama" Yang Melacurkan Diri Demi Dunia


Umat Islam tersentak ada "Ahli Agama" yang malah mendukung Penista Al-Qur'an, menjadi pembelanya. Melacurkan diri demi dunia.

Sesungguhnya hal ini tidaklah aneh. Dulu di zaman Nabi Musa alaihissalam ada jenis manusia seperti itu. Dia adalah Bal’am bin Ba’ura.

Allah SWT telah mengabadikan kisah Bal’am bin Ba’ura di dalam Al-Quran surat Al-A’raaf ayat 175 – 177:

175. Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami [pengetahuan tentang isi Al Kitab], kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan [sampai dia tergoda], maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan [derajat]nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya [juga]. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah [kepada mereka] kisah-kisah itu agar mereka berfikir. 

177. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. 

Berkaitan ayat Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 175 – 177 terdapat sebuah kisah yang menggambarkan seorang bernama Bal’am bin Ba’ura, (bernama Bal’am bin Abar dalam suatu riawayat). Dia adalah seorang ulama atau seorang yang ahli ibadah di zaman Nabi Musa yang berasal dari Yaman[1] (menurut Ibnu Abbas) atau seorang dari golongan Bani Israil (menurut Ibnu Ma’ud)[2] dan tinggal bersama kaum Jababirah. Bahkan Allah telah mengaurianakan kelebihan untuknya yaitu sebuah penglihatan yang apabila dia melihat kesemua penjuru dia bisa melihat semua ciptaan Allah beserta isinya, karena kelebihanya itu Bal’am bisa melihat jin dan malaikat, bahkan jika Bal’am melihat kelangit dia bisa melihat Arsy atau tempat Dimana Allah mengawasi setiap mahluk-Nya. Dan dia juga mengetahui nama-nama Allah yang maha sempurna, setiap do’a yang dimunajadkan oleh Bal’am pastilah akan dikabulkan oleh Allah.

Tapi sayangnya Bal’am hidup dilingkungan orang-orang kufur dan tidak mau beribadah, hingga suatu saat Nabi Musa AS ingin mengajak Bal’am untuk bersama-sama menegakkan kebenaran dijalan Allah atau untuk berda’wah bersama. Tapi sebelum niat Nabi Musa terlaksana dan sampai kerumah Bal’am, orang orang didaerah Bal’am melihat kedatangan Nabi Musa dipadang Taih yang membawa rombongan tentara yang cukup banyak dan mengetahui niat dari Nabi Musa yang ingin mengajak Bal’am berda’wah bersama, mereka mencoba menghasut Bal’am agar berdo’a kepada Allah supaya Musa dan pengikutnya binasa.

Diantara mereka berkata kepada Bal’am: "Musa adalah orang kuat, dan dia memiliki banyak tentara, seandainya mereka menyerang kita, maka kita akan hancur. Oleh karena itu, berdo’alah kepada Allah agar mencegah mereka untuk datang kemari."

Bal’am dengan pengetahuanya berkata: "Celakalah kalian, Sesungguhnya Nabi Allah itu disertai oleh malaikat dan kaum mukminin. bagaimana mungkin aku mendo’akan sesuatu yang buruk kepada mereka padahal aku mengetahui semua itu dari Allah."

Tetapi kaum Jababirah tidak begitu saja menyerah untuk merayu Bal’am, semua harta yang ada dikerahkan untuk diberikan kepada Bal’am agar mau mendo’akan Nabi Musa supaya binasa sebelum sampai didaerah Bal’am tinggal. Sebenarnya Bal’am tidak mau melakukan itu, tapi apa daya istri Bal’am merayu dan berkata: "Berdoalah! mengingat kalau harta yang berharga itu harus diraih dengan kerja, pastilah akan memakan usia, bahkan belum tentu seumur hidup akan bisa mendapatkannya”.

Akhirnya Bal’am pun terhasut dan membenarkan setiap ucapan istrinya dan mengikuti nafsu dunia yang fana ini. Kemudian Bal’am beserta pasukan mencoba mengintai pasukan Nabi Musa dipuncak gunung Husban. Kemudia disitulah Bal’am memanjatkan do’a kepada Allah sesuatu hal yang buruk agar menimpa Nabi Musa dan pasukannya.

Maka terjadilah apa yang terjadi. Sebelum berdoa Bal’am mengatakan bahwa Allah sangat membenci pada perzinahan, padahal kaum Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa itu merupakan orang pelarian yang kebanyakan tidak memiliki isteri. Untuk menghancurkan mereka, hendaknya seluruh wanita kaum Jababirah disarankan segera mendekati kaum Bani Israel dan menyerahkan tubuh-tubuh mereka agar disetubuhi tanpa dengan ikatan tali perkawinan, dimana perbuatan itu segera akan mengundang murka Allah yang selanjutnya mereka akan dihancurkan-Nya dengan tanpa pertumpahan darah.

Maka wanita-wanita itu segera bersolek sedemikian rupa seperti yang dianjurkan Bal’am dengan dipimpin oleh anak gadis raja mereka sendiri untuk menjebak Bani Israel. Sebelum berangkat, anak gadis itu disarankan oleh Bal’am. “Untuk dirimu, wahai putri junjunganku, janganlah kau mau dizina terkecuali oleh Musa sendiri.”

Maka rombongan para wanita dari kaum Jababirah-pun datang ke kamp-kamp kaum Bani Israel dipadang Taih. Dan disitulah kaum bani Israil yang kebanyakan imannya keropos itu pun berpesta pora mengadakan perzinahan besar-besaran tanpa menggubris lagi seluruh saran dan nasehat Nabi Musa. Akan halnya anak gadis raja itu setelah mencari-cari Nabi Musa dan ternyata tidak ada sebuah tanggapan, maka segera mendekati seorang pemimpin dari dua belas suku keturunan Nabi Ya’qub. Dan ternyata lelaki itu pun jatuh dalam rayuannya, namun setelah mau berzina, wanita itu melaporkan dulu mengenai hasil usahanya kepada sang ayah bahwa yang terkena rayuannya bukan Nabi Musa, akan tetapi hanya seorang pemimpin dari dua belas pemimpin suku-suku mereka. Setelah berpikir cukup, sang ayah segera mengizinkan sang putri untuk berzina dengan lelaki itu.

Dan ketika perbuatan itu berlangsung, seorang lelaki dari keturunan Nabi Harun dapat mengetahui kebejadan dari kaumnya yang berzinah dengan wanita wanita kaum Jababirah, maka segera saja keduanya dilempar dengan tombak hingga menemui ajalnya, kemudian tubuhnya diangkat dengan tombak tinggi-tinggi, agar kaum Bani Israel melihat atas hukuman yang ditimpakan pada mereka.

Akibat doa Bal’am ini, kaum Bani Israel terkungkung dan terjebak di Padang Taih, sebuah kawasan yang selalu membuat bingung mereka yang di dalamnya. Dikisahkan jika saja Bani Israel itu pagi-pagi berangkat ke utara agar bisa keluar dari kawasan itu, maka ketika sore tiba-tiba telah berada pada tempat mereka ketika berangkat. Demikian pula jika saja ke daerah timur menjelang petang, maka paginya mereka telah berada di tempat berangkat itu lagi.

Dari kejadian kejadian itu yang tanpa henti akhirnya Nabi Musa pun berdo’a dan bertanya kepada Allah sebenarnya Dosa apakah yang telah diperbuat olehnya sehingga Nabi Musa ikut terkurung didalamnya. Dan Allah pun menjawab pertanyaan Nabi Musa bahwa yang terjadi dikarenakan do’a Bal’am. Nabi Musapun tak tinggal diam atas yang dilakukan oleh Bal’am terhadapnya. Dan Nabi Musa pun berdo’a:

“Sebagaimana Engkau telah memperkenankan doa Bal’am untuk mencelakan aku beserta kaumku, maka perkenankanlah doaku agar dia celaka. Lepaskan pula ismul A’zham dan iman yang telah Engkau karuniakan kepadanya, ya Allah.”

Begitu Nabi Musa memohon. Allah pun memperkenankan doa Rasul-Nya, sehingga ismul A’zham dan iman serta makrifat yang dimiliki Bal’am terlepas dan keluar dari tubuhnya bagaikan seekor merpati putih yang terbang. Dan dilain pihak Bal’am merasakan apa yang diakhawatirkan dan Bal’am berkata: "Sekarang hilang sudah dariku Dunia dan Akhirat, tidak tersisa padaku kecuali tipu daya muslihat". Dari do’a Musa maka semua karunia yang dimiliki Bal’am pun lenyap dan dia menjadi manusia biasa yang hidup dalam kekufuran dan kekafiran sampai dia meninggal. Wallaahu a’lam.

(Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah)

***

Dari Abu Dzar ra, Nabi SAW bersabda: "Ada hal yang aku takutkan pada ummatku melebihi Dajjal yaitu Ulama yang sesat lagi menyesatkan".


Baca juga :